Dan
telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam kitab itu : “Sesungguhnya kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
Baitul Maqdis
Baitul Maqdiaadalah
tempat para nabi dan
berkumpulnya mereka untuk beribadah. Tidak ada sejengkal pun tanah di tempat
itu yang tidak dipakai untuk shalat oleh para nabi atau para
Malaikat.
Salahudin Al-ayubi, Siapa Salaudin Al-ayubi..?
Salahuddin Ayyubi atau Saladin atau Salah
ad-Din (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdi: صلاح الدین ایوبی) (Sho-lah-huud-din al-ay-yu-bi) (c. 1138 –
4 Maret 1193) adalah seorang jendral dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit
(daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti
Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.
Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan
militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun serta berani,
wara’, zuhud, khusyu’, pemurah, pemaaf, tegas dan lain-lain sifat terpuji. Para
ulama dan penulis sejarah telah memberikan kepujian yang melangit.
Sifat pemurah dan pemaafnya
diakui oleh lawan mahupun kawan. Seorang penulis sejarah mengatakan: “Hari
kematiannya merupakan kehilangan besar bagi agama Islam dan kaum Muslimin,
kerana mereka tidak pernah menderita semenjak kehilangan keempat-empat Khalifah
yang pertama (Khulafaurrasyidin).
Istana, kerajaan dan dunia diliputi oleh
wajah-wajah yang tertunduk, seluruh kota terbenam dalam dukacita, dan rakyat
mengikuti keranda jenazahnya dengan tangisan dan ratapan.”
Latar Belakang
Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin
Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung
halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak).
Shalahuddin
lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi
penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada
Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak.
Ketika Imaduddin
berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub
(ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat
Raja Suriah Nuruddin Mahmud.
Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa
mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu,
Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi
Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169,
Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).
Perang Salib
Berabad abad lamanya kota itu berada di bawah pentadbiran Islam,
tapi penduduknya bebas memeluk agama dan melaksanakan ajaran agamanya
masing-masing tanpa ada gangguan. Orang-orang Kristian dari seluruh dunia juga
bebas datang untuk mengerjakan haji di kota Suci itu dan mengerjakan upacara
keagamaannya.
Orang-orang Kristian Eropa datang mengerjakan haji dalam
jumlah rombongan yang besar membawa obor dan pedang, Sebagian
dari mereka mempermainkan pedang dikelilingi pasukan gendang dan
seruling serta diiringi pula pasukan bersenjata lengkap.
Sebelum Jerussalem ditadbir
Kerajaan Seljuk pada tahun 1070, upacara seperti itu dibiarkan saja oleh umat
Islam, kerana dasar toleransi agama. Akan tetapi apabila Kerajaan Seljuk memerintah,
upacara seperti itu tidak dibenarkan, dengan alasan keselamatan. mungkin
kerana upacara tersebut semakin berbahaya.
Lebih-lebih lagi kumpulan-kumpulan
yang mengambil bahagian dalam upacara itu sering menyebabkan kegaduhan
dan huruhara. Ketua-ketua agama mereka mulai menebar fitnah
kebebasan agamanya telah dicabuli oleh orang-orang Islam dan menyeru agar Tanah
Suci itu dibebaskan dari genggaman umat Islam.
Patriach Ermite adalah paderi
yang paling lantang dan bertungkus lumus mengapi-apikan kemarahan umat Kristian.
Dia asalnya seorang tentara, berwatak
kepala angin dan cepat marah.
Dalam usahanya untuk menarik simpati umat
Kristian, Ermite telah berkeliling Eropah dengan mengenderai seekor kaledai
sambil memikul kayu Salib besar, berkaki ayam dan berpakaian compang camping.
Dia telah berpidato di hadapan orang ramai sama ada di dalam gereja, di
jalan-jalan raya atau di pasar-pasar. Dia menceritakan sama ada benar atau
bohong kisah kunjungannya ke Baitul Maqdis.
Katanya, “dia melihat pencerobohan kesucian ke atas kubur Nabi Isa oleh
Kerajaan Turki Seljuk. Diceritakan bahawa jemaah haji Kristian telah dihina,
dizalimi dan dinista oleh orang-orang Islam di Jerussalem. Serentak dengan itu,
dia menggalakkan orang ramai agar bangkit menyertai perang untuk membebaskan
Jerussalem dari tangan orang Islam”.
Hasutan Ermite berhasil dengan menggalakkan.Paus Urbanus II
mengumumkan ampunan seluruh dosa bagi yang bersedia dengan suka rela mengikuti
Perang Suci itu, sekalipun sebelumnya dia merupakan seorang perompak, pembunuh,
pencuri dan sebagainya.
Maka keluarlah ribuan umat Kristian untuk mengikuti
perang dengan memikul senjata untuk menyertai perang Suci. Mereka yang ingin
mengikuti perang ini diperintahkan agar meletakkan tanda Salib di badannya,
oleh kerana itulah perang ini disebut Perang Salib.
Paus Urbanus
menetapkan 15 agustus 1095 pemberangkatan
tentera Salib menuju Timur Tengah, tapi kalangan awam sudah tidak sabar
menunggu lebih lama lagi setelah dijanjikan dengan berbagai kebebasan,
kemewahan dan sebagainya. Mereka mendesak Patriach Ermite
agar berangkat memimpin mereka.
Maka Ermite pun berangkat dengan 60,000 orang
pasukan, kemudian disusul oleh kaum tani dari Jerman seramai 20.000, datang
lagi 200,000. Sepanjang perjalanan, mereka di izinkan merompak, memperkosa,
berzina dan mabuk-mabukan. Setiap penduduk negeri yang dilaluinya, selalu mengalu-alukan dan
memberikan bantuan seperlunya.
Akan tetapi sesampainya di Hongaria dan Bulgaria,
sambutan sangat dingin, menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan makanan
ini marah dan merampas harta benda penduduk. Penduduk di dua negeri ini tidak
tinggal diam.
Walau pun mereka sama-sama beragama Kristian, mereka tidak senang
dan bertindak balas. Terjadilah pertempuran sengit dan pembunuhan yang
mengerikan. Dari jumlah ratusan ribu
pasukan Salib itu hanya 7000 sahaja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia
di bawah pimpinan sang Rahib.
Kekalahan Umat Islam
Setelah kaum Salib yang dipimpin oleh para Rahib yang tidak tahu
strategi perang itu musnah sama sekali, muncullah pasukan Salib yang dipimpin
oleh anak-anak Raja Godfrey dari Lorraine Perancis, Bohemund dari Normandy dan
Raymond dari Toulouse.
Mereka berkumpul di Konstantinopel dengan kekuatan
150,000 askar, kemudian menyeberang selat Bosfur dan melanggar wliayah Islam
bagaikan air bah. Pasukan kaum Muslimin yang hanya berkekuatan 50,000 orang
bertahan mati-matian di bawah pimpinan Sultan Kalij Arselan.
Satu persatu kota dan Benteng kaum Muslimin jatuh ke tangan kaum
Salib, memaksa Kalij Arselan berundur dari satu benteng ke benteng yang lain
sambil menyusun kekuatan dan taktik baru. Bala bantuan kaum Salib datang
mencurah-curah dari negara-negara Eropah. Sedangkan Kalij Arselan tidak dapat
mengharapkan bantuan dari wilayah-wilayah Islam yang lain, kerana mereka sibuk
dengan kemelut dalaman masing-masing.
Setelah berlaku pertempuran sekian lama, akhirnya kaum Salib dapat kesempatan dan
mengepung Baitul Maqdis, tapi penduduk kota Suci itu tidak mahu menyerah kalah
begitu saja. Mereka telah berjuang dengan jiwa raga mempertahankan kota Suci
itu selama satu bulan. Akhirnya pada 15 Julai 1099, Baitul Maqdis jatuh ke
tangan pasukan Salib, tercapailah cita-cita mereka.
Kekejaman Tentara Salib
Seorang ahli sejarah Perancis, Michaud berkata: “Pada saat
penaklukan Jerussalem oleh orang Kristian tahun 1099, orang-orang Islam
dibantai di jalan-jalan dan di rumah-rumah. Jerussalem tidak punya tempat lagi
bagi orang-orang yang kalah itu.
Beberapa orang cuba mengelak dari kematian
dengan cara menghendap-hendap dari benteng, yang lain berkerumun di istana dan
berbagai menara untuk mencari perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun
mereka tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang
Kristian itu”.
Masjid
Umar, umat Islam coba mempertahankan diri selama beberapa lama, tentara
salib laknatullah melakukan lagi aksi biadabnya yang mengerikan . Tentera salib berlari
tunggang langgang memburu umat islam.
tengah
huru-hara yang mengerikan yang sedang terjadi itu, hanya terdengar rintihan dan jeritan kematian.
Orang-orang yang menang itu memijak-mijak tumpukan mayat ketika mereka lari
mengejar orang yang cuba menyelamatkan diri dengan sia-sia.
Raymond d’Agiles,
yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan:
"Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan darah dalamnya
mencecah lutut dan mencapai tali kekang kuda."
Aksi pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika
pasukan Salib itu berkumpul untuk menyatakan kesyukuran di atas kemenangan
mereka. Tapi sebaik saja upacara itu selesai, pembantaian diteruskan dengan
lebih ganas lagi.
Michaud berkata: "Semua yang tertangkap yang disisakan dari
pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan upeti,
dibantai dengan kejam. Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari puncak menara
dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup , diheret dari tempat
persembunyian bawah tanah, diheret ke hadapan umum dan dikorbankan di tiang
gantungan.
Air mata wanita, tangisan kanak-kanak, begitu juga pemandangan dari
tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada algojonya, sama sekali tidak
dapat meredhakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu.
Penyembelihan itu
berlangsung selama seminggu. Beberapa orang yang berhasil melarikan diri,
dimusnahkan atau dikurangkan bilangannya dengan perhambaan atau kerja paksa
yang mengerikan."
Gustav lah Bon mengatakan
“Kaum Salib kita yang “bertakwa” itu tidak memadai dengan melakukan berbagai
bentuk kezaliman, kerusakan dan penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu musyawarah
yang memutuskan supaya dibunuh saja semua penduduk Baitul Maqdis yang terdiri
dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristian yang tidak
memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlah mencapai 60,000 orang.
Orang-orang itu telah dibunuh semua dalam masa 8 hari saja termasuk perempuan,
kanak-kanak dan orang tua, tidak seorang pun yang terkecuali.
Ahli sejarah Kristian yang lain, Mill, mengatakan: “Ketika itu
diputuskan bahawa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum
Muslimin. Orang-orang yang kalah itu seret ke tempat umum lalu bunuh.
Semua kaum wanita menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak lelaki bantai dengan kejam.
Tanah padang, jalan-jalan, bahkan tempat-tempat yang
tidak berpenghuni di Jerusssalem ditaburi oleh mayat-mayat wanita dan lelaki,
dan tubuh kanak-kanak yang koyak-koyak. Tidak ada hati yang lebur dalam
keharuan atau yang tergerak untuk berbuat kebajikan melihat peristiwa
mengerikan itu.”
Pembebasan Baitulmaqdis
Jatuhnya kota Suci Baitul Maqdis ke tangan kaum Salib telah
mengejutkan para pemimpin Islam. Mereka tidak menyangka kota Suci yang telah
dikuasainya selama lebih 500 tahun itu boleh terlepas dalam sekelip mata.
Mereka sedar akan kesilapan mereka kerana berpecah belah.
Para ulama telah
berbincang dengan para Sultan, Emir dan Khalifah agar mengambil berat dalam
perkara ini. Usaha mereka berhasil. Setiap penguasa negara Islam itu bersedia
bergabung tenaga untuk merampas balik kota Suci tersebut.
Di antara pemimpin
yang paling gigih dalam usaha menghalau tentera Salib itu ialah Imamuddin Zanki
dan diteruskan oleh anaknya Emir Nuruddin Zanki dengan dibantu oleh panglima
Asasuddin Syirkuh.
Setelah merasa kuat, Sultan Shalahuddin menumpukan perhatiannya
untuk memusnahkan tentera Salib yang menduduki Baitul Maqdis dan merebut kota
Suci itu semula.
Banyak rintangan dan masalah yang dialami oleh Sultan sebelum maksudnya
tercapai.
Siasah yang mula-mula dijalankannya adalah mengajak tentera Salib
untuk berdamai. Pada lahirnya, kaum Salib memandang bahawa Shalahuddin telah
menyerah kalah, lalu mereka menerima perdamaian ini dengan sombong.
Sultan
sudah menjangka bahawa orang-orang kafir Kristian itu akan mengkhianati
perjanjian, maka ini akan menjadi alasan bagi beliau untuk melancarkan
serangan. Untuk ini, beliau telah membuat persiapan secukupnya.
Ternyata memang betul, baru sebentar perjanjian ditandatangani,
kaum Salib telah mengadakan pelanggaran. Maka Sultan Shalahuddin, segera
bergerak melancarkan serangan, tapi kali ini masih gagal dan beliau sendiri
hampir ditawan. Beliau kembali ke markasnya dan menyusun kekuatan yang lebih
besar.
Suatu kejadian yang mengejutkan Sultan dalam suasana perdamaian
adalah tindakan seorang panglima Salib Count Rainald ada Chatillon yang
bergerak dengan pasukannya untuk menyerang kota Suci Makkah dan Madinah. Akan
tetapi pasukan ini hancur binasa digempur mujahid Islam di laut Merah dan Count
Rainald dan sisa pasukannya balik ke Jerussalem.
Dalam perjalanan, mereka telah
berjumpa dengan satu iring-iringan kafilah kaum Muslimin yang didalamnya
terdapat seorang saudara perempuan Sultan Shalahuddin. Tanpa berfikir panjang,
Count dan kuncu-kuncunya menyerang kafilah tersebut dan menawan mereka termasuk
saudara perempuan kepada Shalahuddin. Dengan angkuh Count berkata: “Apakah Muhammad, Nabi mereka itu
mampu datang untuk menyelamatkan mereka?”
Seorang anggota kafilah yang dapat meloloskan diri terus lari dan
melapor kepada Sultan apa yang telah terjadi. Sultan sangat marah terhadap
pencabulan gencatan senjata itu dan mengirim perutusan ke Jerussalem agar semua
tawanan dibebaskan.
Tapi mereka tidak memberikan jawapan. Ekoran kejadian ini,
Sultan keluar membawa pasukannya untuk menghukum kaum Salib yang sering
mengkhianati janji itu. Terjadilah pertempuran yang sangat besar di gunung
Hittin sehingga dikenal dengan Perang Hittin.
Dalam pertempuran ini, Shalahuddin menang besar. Pasukan musuh yang
berjumlah 45,000 orang hancur binasa dan hanya tinggal beberapa ribu saja yang
sebagian besarnya menjadi tawanan termasuk Count Rainald ada Chatillon sendiri.
Semuanya diangkut ke Damaskus. Count Rainald yang telah menawan saudara
perempuan Sultan dan mempersendakan Nabi Muhammad itu digiring ke hadapan
beliau. Shalahuddin
mengajak Count agar masuk Islam, tapi dia tidak mahu. Maka dia pun dihukum Mati kerana telah menghina Nabi Muhammad.
Kembali Ke Pangkuan Kaum Muslimin
Setelah melalui berbagai peperangan dan menakluk berbagai benteng
dan kota, sampailah Sultan Shalahuddin pada matlamat utamanya iaitu merebut
Baitul Maqdis. Kini beliau mengepung Jerussalem selama empat puluh hari membuat
penduduk di dalam kota itu tidak dapat berbuat apa-apa dan kekurangan keperluan
asas.
Waktu itu Jerussalem dipenuhi dengan kaum pelarian dan orang-orang yang
selamat dalam perang Hittin. Tentera pertahanannya sendiri tidak kurang dari
60,000 orang.
Pada mulanya Sultan menyerukan seruan agar kota Suci itu diserahkan
secara damai. Beliau tidak ingin bertindak seperti yang dilakukan oleh Godfrey
dan orang-orangnya pada tahun 1099 untuk membalas dendam.
Akan tetapi pihak
Kristian telah menolak tawaran baik dari Sultan, bahkan mereka mengangkat
Komandan Perang untuk mempertahankan kota itu. Kerana mereka menolak seruan,
Sultan Shalahuddin pun bersumpah akan membunuh semua orang Kristian di dalam
kota itu sebagai membalas dendam ke atas peristiwa 90 tahun yang lalu. Mulailah
pasukan kaum Muslimin melancarkan serangan ke atas kota itu dengan anak panah
dan manjanik.
Kaum Salib membalas serangan itu dari dalam benteng. Setelah
berlangsung serangan selama empat belas hari, kaum Salib melihat bahawa pintu
benteng hampir musnah oleh serangan kaum Muslimin.
Para pemimpin kaum Salib
mulai merasa takut melihat kegigihan dan kekuatan pasukan Muslim yang hanya
tinggal menunggu masa untuk melanggar masuk. Beberapa pemimpin Kristian telah
keluar menemui Sultan Shalahuddin menyatakan hasratnya untuk menyerahkan kota
Suci secara aman dan minta agar nyawa mereka diselamatkan.
Maka berlangsunglah penyerahan kota secara aman dengan syarat
setiap penduduk mesti membayar wang tebusan. Bagi lelaki wajib membayar sepuluh
dinar, perempuan lima dinar dan kanak-kanak dua dinar sahaja. Barangsiapa yang
tidak mampu membayar tebusan, akan menjadi tawanan kaum Muslimin dan
berkedudukan sebagai hamba.
Semua rumah, senjata dan alat-alat peperangan
lainnya mesti ditinggalkan untuk kaum Muslimin. Mereka boleh pergi ke mana-mana
tempat yang aman untuk mereka. Mereka diberi tempoh selama empat puluh hari
untuk memenuhi syarat-syaratnya, dan barangsiapa yang tidak sanggup menunaikannya
sehinnga lewat dari waktu itu, ia akan menjadi tawanan.
Ternyata ada 16,000
orang Kristian yang tidak sanggup membayar wang tebusan. Semua mereka ditahan
sebagai hamba. Maka pada hari Jumaat 27 Rajab 583 Hijrah, Sultan Shalahuddin
bersama kaum Muslimin memasuki Baitul Maqdis. Mereka melaungkan “Allahu Akbar”
dan bersyukur kehadrat Allah Ta;alla.
Air mata kegembiraan menitis di setiap pipi
kaum Muslimin sebaik saja memasuki kota itu. Para ulama dan salehin datang
mengucapkan tahniah kepada Sultan Shalahuddin di atas perjuangannya yang telah
berhasil. Apalagi tarikh tersebut bersamaan dengan tarikh Isra’ Nabi S.A.W dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.
Pada hari Jumaat tersebut, kaum Muslimin tidak sempat melaksanakan
solat Jumaat di Masjidil Aqsa kerana sempitnya waktu. Mereka terpaksa
membersihkan Masjid Suci itu dari bab, kayu-kayu salib, gambar-gambar rahib
dan patung-patung yang dipertuhan oleh kaum Kristian.
Barulah pada Jumaat
berikutnya mereka melaksanakan solat Jumaat di Masjidil Aqsa buat pertama
kalinya dalam masa 92 tahun. Kadi Muhyiddin bin Muhammad bin Ali bin Zaki telah
bertindak selaku khatib atas izin Sultan Shalahuddin.
Kejatuhan Jerussalem ke tangan kaum Muslimin telah membuat Eropah
marah. Mereka melancarkan kutipan yang disebut “Saladin tithe”, yakni derma
wajib untuk melawan Shalahuddin yang hasilnya digunakan untuk membiayai perang
Salib.
Dengan angkatan perang yang besar, beberapa orang raja Eropah berangkat
untuk merebut kota Suci itu semula. Maka terjadilah perang Salib ketiga yang
sangat sengit.
Namun demikian, Shalahuddin masih mempertahankan Jerussalem
sehingga perang selesai. Setahun selepas perang Salib terahir,
Sultan Shalahuddin pulang kerahmatullah. Semoga Allah mencucuri rahmat ke
atasnya, amin.
"Ya ALLAH Pertemukan Hamba dengan RASULLULLAH Para SAHABAT BELIAU & Sultan Shalahuddin serta para Pasukan nya di surga mu".
0 Komen-Komen:
Post a Comment