This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Berkata Baik, Memuliakan Tamu, Tetangga dan 10 cara memuliakan tentangga Menurut Imam Al-Ghazali

 

Berkata Baik, Memuliakan Tamu, Tetangga dan 

10 cara memuliakan tentangga Menurut Imam Al-Ghazali

 عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه-, عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”  (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 6018, 6019, 6136, 6475 dan Muslim, no. 47]

Penjelasan Hadits

Kalimat “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir” yang terdapat pada hadist ke 15 adalah kalimat syarat dan jawab syaratnya adalah kalimat setelahnya, yaitu “hendaklah ia berkata baik atau diam”, “hendaklah ia memuliakan tetangganya”, “hendaklah ia memuliakan tamunya”.

Hadits di atas menunjukkan akhlak Islam yang menerangkan kaitan antara  iman dengan tiga adab yaitu, menjaga lisan terutama kepada tetangga dan tamunya.

Menurut Ibnu Rajab menjelaskan bahwa hadits tersebut mengandung sifat-sifat iman sebagai berikut:

Berbicara yang baik atau diam dari berkata yang buruk. Berbuat baik kepada tetangga, dan berlaku baik dalam melayani tamu.

Menurut Ibnu Hajar Asqalânî mengatakan bahwa hadits ini merupakan perintah untuk berahlak mulia dan larangan dari akhlak yang buruk, di mana orang yang memiliki iman akan melahirkan sifat belas kasih kepada makhluk Allah dengan berbicara yang baik dan diam dari perkataan buruk.

3 Faedah Hadist Yang Dapat Kita Ambil

Pertama Hadits ini menunjukkan adab yang sangat mulia sama dengan hadits kedua belas sebelumnya, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”

Hadits keduabelas dari Arbain An-Nawawiyyah mengajarkan kita yang sifatnya umum. Sedangkan hadits ke 15 ini mengajarkan kita tiga adab khusus yaitu berkata baik, memuliakan tetangga, dan memuliakan tamu.

Kedua Hadits ini menunjukkan bahwa kewajiban itu ada dua macam: kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada sesama manusia. Kewajiban yang terkait dengan hak Allah adalah menjaga lisan.

Artinya kalau kita beriman dengan benar kepada Allah dan hari akhir, maka disuruh untuk menjaga lisan. Bentuknya adalah berkata yang baik, atau jika tidak bisa diperintahkan untuk diam.

Bahkan dalam sebuah Hadist Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Siapa yang menjamin (menjaga) di antara dua janggutnya (lisannya) dan di antara dua kakinya (kemaluannya), maka aku akan jaminkan baginya surga.” (HR. Bukhari, no. 6474).

Ketiga memuliakan tentangga, yang dimaksudkan dalam hadist ini adalah memuliakan dengan sebaik-baiknya, yaitu memuliakan dengan sempurna pada tetangga dan tamu.

Berikut 10 cara untuk memuliakan tentangga Menurut Imam Al-Ghazali

1.      Memulai mengucapkan salam kepada tetangga

2.      Menjenguk tetangga yang sakit.

3.      Melayat (ta’ziyah) ketika tetangga mendapatkan musibah.

4.      Mengucapkan selamat pada tetangga jika mereka mendapati kebahagiaan.

5.      Berserikat dengan mereka dalam kebahagiaan dan saat mendapatkan nikmat.

6.      Meminta maaf jika berbuat salah.

7.  Berusaha menundukkan pandangan untuk tidak memandangi istri tetangga yang bukan mahram.

8.      Menjaga rumah tetangga jika ia pergi.

9.      Berusaha bersikap baik dan lemah lembut pada anak tetangga.

10.  Berusaha mengajarkan perkara agama atau dunia yang tetangga tidak ketahui.



6 Cara Agar Tidak Gagal Faham Dalam Menjalani Hidup

 

6 Cara Agar Tidak Gagal Faham Dalam Menjalani Hidup

alt teks

Masa muda adalah masa yang sangat penting untuk menambah referensi pengetahuan dan pengalaman, yaitu dengan sadar menggunakan waktunya mencoba segala hal yang positif , waktunya tidak jatuh gagal dan waktunya meng explore segala skill potensi diri.

Ada istilah dari orang bijak “ lebih bagus gagal mencoba dari pada menyesal karena tidak mencoba ” tentunya maksud mencoba disini dalam konteks yang positif, karena kalau konteksnya negatif kita semua tahu sendiri akhirnya bakalan gimana.

Allah Subhanahu Wata’ala telah menerangkan bahwa musuh sejati bagi setiap individu Manusia adalah setan yang senantiasa ditaati, tak ada lebih membahayakan selain nafsu yang selalu dituruti. Jika tidak ingin menjadi pemuda seperti itu maka jadilah pemuda yang selalu tidak mudah gagal paham, berprestasi dan berfikir kritis.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 15-16 telah berbicara terkait gagal paham tentang kehidupan. Yaitu ada manusia yang Allah uji dengan kesenangan, kesuksesan, lalu dia berkata “Tuhanku telah memuliakanku.” Namun apabila diuji dengan dibatasi rezekinya maka dia beranggapan bahwa Tuhanku telah menghinaku. Itulah yang banyak dikejar pemudahari ini, padahal gagal paham akan berpengaruh besar pada perilaku dan sikap.

“Mengamati keadaan pemuda hari ini kita akan mendapatkan pemandangan yang memprihatinkan, mayoritas mereka tenggelam dalam lautan syahwat, akrab dengan kemungkaran dan patuh kepada orang kafir yang sesat, orientasi pemuda hari ini hanya bermuara pada perkara yang fana dan hina”

Ada enam cara agar pemuda tidak gagal paham dalam menjalani hidup ini, tentunya bila pemuda dan pemudi bisa mengamalkannya pasti akan memberi kesejukan, kebaikan dan kemanfaatan dimanapun dia tinggal. Enam cara tersebut sebagai berikut:

Menjadi Pemuda Yang Berprestasi

Pemuda juga harus berprestasi, dapat dilihat dari aspek Aqliyyah (pola pikir) yaitu berfikir kritis, seperi Nabi Ibrahim yang mencari tuhannya mulai dari melihat Bintang, Bulan Hingga Matahari, namun pada akhirnya dengan kekritisannya dalam berfikir sehingga ia menyatakan tuhannya adalah yang menciptakan Alam Semesta.

Mindset dan Polapikir Yang Baik

“Ini soal mindset, seumpama lihat pemuda ganteng, mobilnya bagus, tapi dia ga pernah sholat ga masalah. Lalu, ada lagi seorang pemuda hafidz Qur’an, tapi tidak punya harta banyak. Nah kebanyakan orang sekarang pada pandangan yang benar atau gagal?,”

“Bagi orang yang beriman, yang enak ujian, lagi susah juga ujian, lagi kaya ujian, lagi miskin ujian, ukurannya apa? Agamanya, jadi tidak identik orang kaya itu mulia di mata Allah, tapi bukan berarti orang miskin itu hina di mata Allah,”

Mengexplore Skill Dengan Kegiatan Positif

Sebagai pemuda harus memperbanyak kegiatan yang positif, kegiatan yang membangun skill dan kegiatan menambah ilmu yang menghantarkannya cerdas dalam menjalani hidup, kritis bertanya, menambah wawasan dengan berdiskusi, seminar, dan kegiatan lainnya yang memaksa diri untuk berfikir,

Selanjutnya mengexplore skill diri dan potensi yang kita miliki dengan mengikuti atau berkecimpung dalam segala kegiatan yang bermanfaat dan positif yang diadakan di lingkungan sekolah , masyarakat pedesaan, daerah maupun kegiatan kepemerintahan yang ada hak izin untuk ikut andil di dalamnya.

Dengan melakukan hal-hal positif tersebut insyaaAllah kita semua akan menjadi pemuda yang bermanfaat dan siap menjadi generasi penerus bangsa yang menjadi solusi dan mengatasi  setiap permasalahan nusa bangsa bahkan agama.

Pemuda Yang Berfikir Kritis

Selain itu, pemuda harus berfikir kritis, ada seorang ulama yang mengatakan orang yang kritis itu justru tidak akan pernah berhenti belajar. Orang yang pintar atau berilmu bukan ditandai dengan tamatnya sekolah, tetapi orang yang tidak pernah berhenti belajar sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an adalah Ulul Albab, Ulama/‘Aliim, Ulinnuhaa, dan Ahuldzikri.

Instrumen untuk berfikir kritis sudah dijelaskan dalam surah Al-Mulk ayat 23. “Katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”

Pemuda Yang Beriman Dan Berilmu

Yang disebut orang berilmu bukanlah ditandai dengan selesainya pendidikan di sekolah, justru orang yang disebut berilmu adalah orang yang kerjaannya berfikir, kalau ada yang mengaku berilmu tapi tidak berfikir ini bukan Ulul Albab. Instrumen yang Allah berikan untuk menjadi orang berilmu adalah Iman dan Ilmu.

Pemuda yang mendapatkan naungan dari Allah, Istiqomah dalam hal kebaikan, yaitu Mulazamah (membiasakan), Mudawwamah (berkelanjutan), Istimroriyah (terus-menerus).

“Dalam hal kebaikan, contohnya tahajud malam, baca Al-Qur’an, dzikir pagi dan petang dan lain sebagainya, lakukanlah minta kepada Allah, InsyaAllah Allah tidak akan mengingkari janji

Bermanfaat Untuk Orang Lain

Semua hasil yang kita cari kemudian berhasil mendapatkan dan meraihnya maka tugas terakhir seorang pemuda yang menjadi generasi penerus Nusa dan Bangsa adalah membagikan ilmu pengalaman tersebut pada orang lain yang belum mengetahuinya sebagai bentuk pengamalan dan pengabdian kita.

Pepatah mengatakan “ilmu tanpa pengamalan bagaikan pohon yang takberbuah” apa manfaat dan gunanya mempunyai wawasan ilmu pengetahuan yang banyak tetapi tidak mengamalkanya atau tidak memberi manfaat buat orang lain.

Menjadi sebaik baiknya manusia tentu menjadi impian semua orang sebagaimana ada salah satu Hadist Rasulullah yang diriwatkan dari Jabir R.A yaitu  خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ” yang artinya : “ Sebaik-baiknya Manusia adalah yang bermanfa'at bagi manusia lainnya.”

Ada banyak cara bagi kita sebagai pemuda penerus bangsa untuk bisa bermanfaat bagi nusa bangsa bahkan agama, contohnya dengan belejar sungguh kita di sekolah atau di perkuliahan dan mengajarkan segala ilmu wawasan yang kita dapat kepada yang belum mengetahuinya.

Sebagai penutup intinya untuk menjadi seorang pemuda yang bermanfaat berdampak, menginpirasi  dan berdaya saing global. Disamping mempelajari ilmu agama, ilmu klasik  juga harus mempelajari ilmu bahasa asing dan ilmu teknologi.

Pemuda dan pemudi harapan bangsa juga harus pintar dan cermat dalam mengatur waktu dan mengurangi segala kegiatan yang kurang bermanfaat dan pintar dalam memilih lingkungan pergaulan. Aktif dalam segala kegiatan dan mengambil pelajaran atau nilai yang terkandung di dalamnya.

Masa muda adalah masa keemasan dan masa sangat penting bagi seseorang untuk menambah referensi pengetahuan dan wawasan juga merupakan waktunya mencoba segala hal positif dan bermanfaat guna mengexplore kemampuan skiil potensi diri dengan melakukanlah segala hal yang bermanfaat dengan niat yang tulus dibarengi dengan sungguh- sungguh serta pengamalanya.

Harapannya semoga kita semua senantiasa  menjadi pemuda yang bermanfaat bagi nusa bangsa bahkan agama…Aamiin. Wallahu A’lam.

 


KODIFIKASI HADITS, Berikut Sejarah Dan Perkembangannya

KODIFIKASI HADITS: SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

Penghimpunan Hadits pada Abad ke II

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin AbdulAziz yang dinobatkan akhir abad pertama hijrah yakni tahun datanglah angin segar yang mendukung kelestarian hadits. Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah dari bani Umayyah yang sangat terkenal adil dan wara’, sehingga beliau dipandang khalifah Rasyidin yang kelima. 

Literatur hadits dalam islam adalah literatur yang mencakup semua ucapan, perbuatan, dan keputusan Nabi muhammad, inilah definisi ortodoks resmi yang diberikan oleh teolog- teolog muslim sepanjang jaman, mula-mula hadits di hafalkan, dan secara lisan disampaikan dari generasi ke generasi, sampai pada abad pertama hijria, hadits ditulis dalam kitab-kitab hadits. 

Beliau sangat waspada dan sadar, bahwa para perawi yang mengumpulkan hadits yang semakin sedikit jumlahnya, karena meninggal dunia. Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-buku hadits dari para perawinya, mungkin haits-hadits itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghafalnya. Maka tergeraklah hatinya untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi dari para penghapalnya yang masih hidup.

Pada100 H Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada gubernur Madinah, AbuBakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm agar mengumpulkan dan membukukan hadits-hadits Nabi yang terdapat pada penghafal. Selain itu juga Beliau menginstruksikan kepada seluruh gubernur yang berada diwilayah Negeri islam agar para ulama dan ahli ilmu menghimpun dan membukukan hadits.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan “Lihatlah hadits Rasulullah, kemudian himpunlahia”. 

Demikian juga isi surat beliau yang dikirim kepada Ibnu Hazm (117 H) “Tulislah kepadaku apa yang tetap kepadamu dari hadits Rosulullah, sesungguhnya aku khawatir hilangny ilmu dan wafatnya para ulama”.

Semua ulama besar yang membukukan hadits ini, terdiri dari ahli-ahli abad yang kedua Hijrah. Himpunan- himpunan ini, bersama dengan revisi dan ulasannya, membentuk literatur hadits.

Kita menyesali kitab Az Zuhry dan Ibnu Juraij itu tidak diketahui dimana sekarang ini.

Kitab yang paling tua yang ada di ummat islam dewasa ini, ialah Al Muwaththa’ susunan Imam Malik r.a. yang disuruh susun oleh khalifah Al Manshur diketika dia pergi naik hajji pada tahun 144 H (143 H).

As Suyuthy berkata dalam kitab Tarikhul Khuafa: Dalam tahun 143 H bangunlah Ulama Islam mulai membukukan hadits, fiqh dan tafsir, diantaranya:

  1. Di Makkah  : Ibnu Juraij.
  2. Di Madinah : Imam Malik.
  3. Di Syam      : Al Auza’y (88 H = 707 M – 157 H = 773 M).
  4. Di Bashrah  : Ibnu Abi Arubah (156 H =733 M) dan Hammad (167 H = 789 M).
  5. Di Yaman   : Ma’mar Al Azdy.
  6. Di Kufah    : Sufyan Ats Tsaaury.

Ibnu Ishaq menyusun kitab Al Maghazi wal Sujar (hadits-hadits yang mengenal sirah Rasul SAW). Kitab Al Maghazi ini adalah dasar-dasar pokok bagi kitab-kitab Sirah Nabi. Kitab yang mendapat perhatian para ulama dari masa ke masa, dari kitab-kitab itu hanyalah Al Muwaththa’saja dan Al Maghazi dalam urusan Siratun Nabawi.                                                              

Penghimpunan pada Abad ke III                              

Para ahli pada abad kedua, sebagaimana telah diterangkan, tidak mengasingkan hadits dari fatwa-fatwa Sahabat dan Tabi’in. Keadaan ini diperbaiki oleh ahli pada abad ketiga. Para ahli abad ketiga bangkit mengumpulkan hadits , mereka mengasingkan dari fatwa-fatwa itu.

Periode abad ketiga hijriah ini disebut masa kejayaan Sunnah karena pada masa ini kegiatan rihlah mencari ilmu dan sunnah serta pembukuannya mengalami puncak keberhasilan yang luar biasa dan perkembangan yang signifikan.  Mereka bukukan hadits saja dalam buku-buku hadits. Akan tetapi satu kekurangan pula yang harus kita akui, mereka tidak memisah-misahkan hadits.

Yakni, mereka mencampur adukkan hadits shahih dengan hadits hasan dan dengan hadits dla’if. Semua hadits mereka terima dan tidak menerangkan keshahihannya atau kehasanannya atau kedla’ifannya. Lantaran itu tak dapatlah orang yang kurang ahli mengambil hadits-hadits yang terbuku didalamnya.

Dapat kita katakan bahwa besar kemungkinan, Shahifah Abu Bakr ibn Hazm membukukan hadits saja mengingat perkataan ‘Umar kepadanya yang artinya: “Jangan anda terima melainkan hadits Rasulullah ”.

Maka dimulai mengumpulkan hadits yang hanya mengenai satu sebab saja, ialah Asy Sya’by. Beliau telah mengumpulkan hadits-hadits yang mengenai talaq. Beliau adalah seorang Imam yang terkemuka dalam permulaan abad kedua hijrah dan mereka menyusun itu secara musnad.

Ulama hadist dalam abad kedua dan ketiga, digelari “mutaqaddimin”, yang mengumpulkan hadist dengan usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri, dengan cara menemui para penghafal hadist yang tersebar diberbagai pelosok dan penjuru negara ‘Arab,persi dan lain-iainnnya.

Penghimpunan pada Abad ke IV

Setelah abad keempat berlalu, bangkitlah ulama-ulama abad keempat. Ahli abad keempat ini dan seterusnya digelari  “mutaakhkhirin”. Kebanyakan hadist yang mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab- kitab mutaqaddimin, sedikit yang dikumpulkan dari usaha mencari sendiri dengan mendatangi penghafalnya.

Ahli hadist sesudah abad ketiga tidak banyak lagi yang mentakhrijkan hadist, mereka hanya berusaha mentahdzibkan kitab-kitab yang telah ada, mereka menghafal dan memeriksa sanad dalam kitab-kitab yang telah ada, dalam abad keempat ini lahirlah fikiran yang mencukupi dalam meriwayatkan hadist dengan berpegang pada kitab yang ada saja, tidak melawat kesana-sini lagi. Menurut riwayat, ibnu mandah, adalah ulama terakhir yang mengumpulkan hadist dengan jalan lawatan.

Periode keempat hijriyah ini mengalami peningkatan dan paling sukses dalam pembukuan hadits, sebab pada masa ini ulama hadits telah berhasil memisahkan hadits Nabi dari yang bukan hadits atau dari hadits Nabi dari perkataan sahabat dan telah mengadakan filterisasi atau penyaringan yang sangat teliti, sehingga bisa memisahkan hadits mana  yang shahih dan yang tidak shahih.

Seorang tabi’in yang meriwayatkan sabda Nabi, berkewajiban menyebutkan nama sahabat yang didengarnya meyampaikan dari nabi tersebut, kalau dia tidak dapat melakukan demikian, maka hadits tersebut tertolak atau tadlis, bila hadits dengan isnad dan sanadnya menimbulkan keragu- raguan apakah satu atau lebih perawinya  dapat dipercaya atau tidak, secara otomatis tertolak.

Pada  fase  ini,  para  ulama  hadits  abad  IV  H.  berlomba  menghafal  hadit-hadits  yang  sudah dibukukan  oleh  para  ulama  terdahulu  dengan  sanadnya serta  meneliti  kesahihannya.  Kitab-kitab yang terkenal pada fase ini, seperti; Mu’jam-mu’jamnya Imam at Thabrany, Sunan Abi Daud, Sohih Abi Awanah, Sohih Ibnu Khuzaim.

Penelitian seksama terhadap isnad hadits keliahatannya perlu, karena para pengikut partai partai politik yang menyerukan inovasi teologis dan membenci syariat islam, telah  mengetahui bahwa suatu sabda yang di sebut berasal dari Nabi atau seorang Sahabat, dapat berpengaruh terhadap lawannya. Pada gilirannya, para inovasi teologis mengemukakan kata-kata yang berasal dari Nabi untuk memperkuat klaim klaim mereka sendiri. Dan juga kelompok lain yang mereka reka hadits.

Hampir seluruh hadits telah terhimpun kedalam buku, hanya sebagian kecil saja dari hadits yang belum terhimpun. Karena itu, pada periode ini juga disebut masa kodifikasi dan filterisasi. Ulama hadist bertingkat-tingkat kedudukannya di dalam menghafal, di antara mereka ada yang dapat menghafal 100. 000 hadist, yang karena itu mereka di namai “hafidh “ ada yang dapat menghafal 300.000 hadist yang mendapat nama “ hujjah”, sedangkan yang lebih dari jumlah itu digelari “hakim”.

Adapun Al bukhary, Muslim, Ahmad, Sufyan Ats Tsaury dan Ishaq ibnu Rahawaih dikalangan mutaqaddimin dan Ad Daraquthny dikalangan mutakhkhirin digelari “ Amirul-mu’minin fi’l-haadist ”

Dengan usaha-usaha  Al bukhary, Muslim dan Imam hadist lainnya yang berada  di seluruh ahli abad ketiga, terkumpullah jumlah yang sangat besar dari hadist-hadist yang shohih. Sedikit sekali hadist- hadist shahih yang tidak terkumpul dalam kitab-kitab ahli hadist abad ketiga, yang diusahakan mengumpulkannya oleh ahli hadis pada abad keempt. 

Kitab hadist- hadist shahih yang tidak terdapat pada kitab-kitab shahih abad ketiga diantara nya:

  1. Ash shahih, susunan Ibnu kuzaimah.
  2. At Taqsim wal anwa, sunan Ibnu hibban.
  3. Al Mustadrak, susunan Al Hakim.
  4.  Al shahih, susunan Abu ‘awana
  5. Al Muntaqa, susunan Ibnul jarud
  6. Al Mukhtarah, susunan Muhammad ibn Abdul Wahid Al Maqdisi

Akan tetapi kitab yang tiga buah ini tidak sama derajadnya, yang tertinggi dari ketiga kitab itu ialah: Shahih Ibnu Khuzaimah. Dibawahnya Ibnu hibban dan dibawahnya lagi shahih al hakim. Kemudian perlu diketahui bahwa hadist yang dishahihkan oleh ibnu hibban sendiri, tak dapat terus langsung diterima, karena beliau di pengaruhi oleh sifat bermudah-mudah dalam menshahihkan hadist.

Demikian halnya dengan hadist-hadist yang di tashhihkan oleh Al hakim hendaknya diperiksa lebih dahulu tentang keshahihhannya, Adz Dzahaby, seorang imam hadist yang mengoreksi dengan teliti hadist-hadist yang ditashhihkan oleh Al hakim, maka pergunanakanlah kitab Adz Dzahaby dalam berhujjah dengan hadist-hadist Al hakim ini. dalam kitab enam ini kita memperoleh hadist-hadist shahih yang tidak terdapat dalam kitab- kitab shohih yang disusun oleh ahli Abad ke tiga.

Cara Menyusun Kitab Hadist, 

Ada empat cara penyusunan kitab- kitab hadist diantaranya:

  1. Kitab- kitab shahih dan sunnah disusun dengan dasar membagi beberapa kitab dan bab, seperti bab shalat, wudhu dan seterusnya. Maka tiap-tiap hadist yang berkaitan dengan shalat dimasukkan ke dalm bab shalat, demikian seterusnya.
  2. Kitab Musnad, disusun menurut perawi pertama, perawi yang menerima langsung dari Rasullullah SAW,
  3. Ibnu Hibban menyusun kitabnya dengan jalan membagi lima bagian: Pertama bagian suruhan, kedua bagian tegahan,ketiga bagian khabar, keempat bagian ibadat dan kelima bagian af’al ( pekerjaan ),
  4. Ada juga penyusun yang menyusun kitabnya secara kamus, memulainya dengan hadist yang berawalan A-I-U. Kemudian yang berawalan B, demikian seterusnya, seperti kitab Al Jami’ush Shaghir susunan As Sayuthy. 
  5. Masa memperbaiki susunan kitab-kitab hadist abad kedua,tiga dan empat

Az Zuhry telah memulai membina dalam pembendaharaan hadist dalam permulaan abad kedua yang kemudian secara berangsur-angsur disempurnakan oleh para ahli abad kedua,tiga dan empat, lalu pada akhir abad yang keempat selesailah pembinaan hadist, cukuplah terkumpul seluruh hadist yang diterima dari nabi Muhammad , dengan berbagai jalan. Dan terhentilah  kesungguhan yang telah diberikan oleh imam-imam hadist pada abad ketiga dan keempat, sebagaimana telah padam cahaya ijtihad.

Maka ulma- ulama abad kelima hijriah menitik beratkan usaha untuk memperbaiki susunan kitab, seperti mengumpulkan hadist- hadist hukum dan hadist targhib dalam satu kitab dan mensyarahkannya, serta mengumpulkannya hadist yang terdapat dalam kiitab enam dan lain-lainnya dalam sebuah kitab besar.

Ringkasnya, bahwa mulai abad kelima, masuklah hadist ke zaman pembagusan susunan kitab- kitabnya, maka terdapatlah kitab-kitab syarah yang memudahkan kita memahami hadist dan kitab mukhtasar yang juga memudahkan kita memperoleh hadist, dan memudahkan memetik hadist yang di perlukan sehari - hari.

Ulama yang datang sesudah berlalu abad keempat, seluruhnya berpegang pada  apa yang telah dibukukan oleh imam hadist yang telah lalu, namun jangan  pula disangka bahwa dalam abad sebelum abad yang kelima tak ada usaha sama sekali untuk membaguskan susunan kitab hadist, atau mengumpulkan beberapa kitab dalam sebuah kitab besar, hanya saja belum seberapa di perhatikan oleh para ulama hadist.

Ulama ulama hadist dalam abad- abad tersebut, masih menitik beratkan usahanya kepada soal yang urgent, yaitu : menyaring hadist dan memeriksa sanadnya, ini memang dinilai lebih perlu dan lebih penting dari pada usaha membaguskan susunan kitab- kitab dan membaguskan teknik pembukuan hadist.

di antara usaha ulama yang terpenting dalam priode ini ialah :

Mengumpulkan hadis- hadis Al Bukhary dan Muslim dalam sebuah kitab, Mengumpulkan hadist- hadist dalam kitab enam, Mengumpulkan hadist- hadist yang terdapat dalam berbagai kitab, dan mengumpulkan hadits-hadits hukum dan menyusun kitab Atharaf.

Di antara kitab yang mengumpulkan hadits- hadits Al Bukhary dan Muslim, ialah :

Kitab Al jami’ bainash- Shahihain, oleh  isma’il ibnu Ahmad yang terkenal dngan nama ibnul furat (414 H ), oleh Muhammad ibn Nashr Al Humaidy ( 488 H) dll.

Di antara yang mengumpulkan hadits- hadits dari kitab- kitab enam, ialah :

Tajridu ‘s-Shihah, oleh razin mu’awiyah, Kitab ini disempurnakan oleh ibnul Atsir Al jazary dalam kitabnya jami’ ul ushul li Ahditsi ‘r-Rasul. Kitab ini telah disyarshkan oleh Abdu robbih ibn sulaiman yang terkenal dengan nama Al Qalyuby. Kitab ini dinamai Jami’ul Ma’qul wal Manqul, syarah Jami’ul Ushul. dll

Di antara kitab- kitab yang mengumpulkan hadits dari berbagai kitab, ialah :

Mashabihu ‘s-Sunnah oleh Al imam Husain ibn Mas’ud Al Baghawy (516 H), kitab ini telah disaring oleh Al Khathib At Tabrizy dan kitab itu dinamai Misykatul-Mashabih. Diantara yang mensyarahkan Al misykah ini, ialah Al baid lawy( 685 H), dll.

Di antara kitab- kitab yang mengupulkan kitab hadits hukum, ialah :

Muntaqal Akhbar, oleh majduddin ibn taimiyah Al harrany (652 H)  yang telah disyarahkan oleh Asy Syaukhany (1250), dalam kitabnya Nailul Authar,  As Sunanul kubra oleh Al Baihaqy (458 H), Al Ahkamus Sughra, oleh Al hafidh Abu Muhammad Abduh Haq Al Asybily ( Ibnu Kharrat ) ( 582 H). dll,

Penghimpunan Pada Abad ke V Sampai dengan Sekarang

Ulama hadits telah menetapkan bahwa para ahli yang hidup sebelum abad ke-4 H atau disebut Mutakadimin (pendahulu). Sedangkan sesudahnya (awal abad ke-5 H) disebut Mutaakhirin.  Pada periode Mutaakhirin, tumbuh asumsi merasa cukup dengan hadits yang telah berhasil dihimpun oleh Mutakadimin.

Oleh karena itu, dirasakan tidak perlu lagi melakukan lawatan ke berbagai negri untuk mencari hadits tetapi mereka semangat untuk memelihara apa yang telah dikerjakan oleh para pendahulu maka mereka saling berlomba untuk menghafal.

Pada masa abad 5 sampai 6 H  ini disebut penghimpun dan penertipan, dan di antara kegiatan pengodifikasi hadits pada periode ini adalah dalam bentuk mu’jam ( ensiklopedi ), shahih ( himpunan hadits shahih saja ), mustadrak ( susulan shahih ), sunan al-jam’u (gabungan dua atau beberapa kitab hadits ), ikhtishar ( rangkuman ), istikhraj, dan syarah (ulasan). 

Penghancuran Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah oleh Pasukan Hulagu Khan (tahun 656 H) telah menggeser kegiatan dibidang hadits ke Mesir dan India. Banyak kitab-kitab yang beredar di tengah-tengah masyarak at Islam berasal dari usaha penerbitan yang dilakukan oleh ulama-ulama India. Contoh: Ulum Al Hadits karya Al Hakim.

Cara penerimaan dan penyampaian hadits dimasa abad ke-7 mengalami pergeseran. Cara yang digunakan kadang-kadang berupa pemberian izin oleh seorang guru kepada murid untuk meriwayatkan hadits dari guru tersebut. Dan kadang-kadang pemberian catatan hadits dari seorang guru kepada orang yang ada didekatnya atau yang jauh, baik catatan itu dibuat sendiri oleh guru tersebut atau menyuruh orang lain.

Hingga sekarang, kegiatan yang umum adalah mempelajari kitab hadits yang telah ada, mengembangkannya dan membuat pembahasan atau juga membuat ringkasan-ringkasan terhadap kitab hadits yang telah ada. 

PENUTUP

Pada priode pemerintahan Khalifah Umar bin AbdulAziz yang dinobatkan akhir abad pertama hijrah yakni tahun datanglah angin segar yang mendukung kelestarian hadits.

Umar bin Abdul Aziz seorang khalifah dari bani Umayyah yang terkenal adil dan wara’, sehingga beliau dipandang khalifah Rasyidin yang kelima.

Beliau sangat waspada dan sadar, bahwa para perawi yang mengumpulkan hadits dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya, karena meninggal dunia. Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-buku hadits dari para perawinya, mungkin haits-hadits itu akan lenyap atau punah bersama lenyapnya atau wafatnya para penghafalnya.

Maka tergeraklah hatinya untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi dari para penghapalnya yang masih hidup. Pada tahun 100 H Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm supaya membukukan hadits-hadits Nabi yang terdapat pada penghafal.

Selain itu Beliau juga menginstruksikan kepada seluruh gubernur diseluruh wilayah negri islam agar para ulama dan ahli ilmu menghimpun dan membukukan hadits.

“Lihatlah hadits Rasulullah, kemudian himpunlah ia”.

Demikian juga isi surat beliau yang dikirim kepada Ibnu Hazm (w 117 H) “Tulislah kepadaku apa yang tetap kepadamu dari hadits Rosulullah, sesungguhnya aku khawatir hilangny ilmu dan wafatnya para ulama”.

Semua ulama besar yang membukukan hadits ini, terdiri dari ahli abad yang kedua Hijrah. Himpunan-himpunan ini, bersama dengan revisi-revisi dan ulasan- ulasannya, membentuk literatur hadits.

Ulama hadits telah menetapkan bahwa para ahli yang hidup sebelum abad ke-4 H atau disebut Mutakadimin (pendahulu). Sedangkan sesudahnya (awal abad ke-5 H) disebut Mutaakhirin.  Pada periode Mutaakhirin, tumbuh asumsi merasa cukup dengan hadits-hadits yang telah dihimpun oleh Mutakadimin. 

Oleh karena itu, dirasakan tidak perlu lagi dilakukan lawatan ke berbagai negri untuk mencari hadits tetapi mereka semangat untuk memelihara apa yang telah dikerjakan oleh para pendahulu maka mereka saling berlomba untuk menghafal.

Penghancuran Baghdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah oleh Pasukan Hulagu Khan (tahun 656 H) telah menggeser kegiatan dibidang hadits ke Mesir dan India. Banyak kitab-kitab yang beredar di tengah-tengah masyarakat Islam berasal dari usaha penerbitan yang dilakukan oleh ulama-ulama India. Contoh: Ulum Al Hadits karya Al Hakim.

Cara penerimaan dan penyampaian hadits dimasa abad ke-7 mengalami pergeseran. Cara yang digunakan kadang-kadang berupa pemberian izin oleh seorang guru kepada murid untuk meriwayatkan hadits dari guru tersebut.

Pemberian catatan hadits dari seorang guru kepada orang yang ada didekatnya atau yang jauh, baik catatan itu dibuat sendiri oleh guru tersebut atau menyuruh orang lain. Hingga sekarang, kegiatan yang umum adalah mempelajari kitab-kitab hadits yang telah ada, mengembangkannya dan membuat pembahasan-pembahasan atau juga membuat ringkasan-ringkasan terhadap kitab-kitab hadits yang telah ada. Wallahu A'lam


7 Kata-Kata Bijak KH. Buya Hamka Yang Mengandung Pesan Mendalam

 7 Kata-Kata Bijak KH. Buya Hamka Yang Mengandung Pesan Mendalam


Kiyai Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal Buya Hamka merupakan seorang ulama besar sumatra barat. Beliau adalah sastrawan, sejarawan juga politikus yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.

Lahir di Desa Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat pada 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta pada 24 Juli 1981 pada usia 73 tahun.

Jenjang Karir

Selain menjadi ulama dan sastrawan Indonesia, pada jenjang karirnya Ia beraktivitas sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Sempat juga berkecimpung di politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah hingga akhir hayatnya.

Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Bahkan namanya disematkan pada Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.

Selama hidupnya Buya Hamka dikenal sebagai sosok yang moderat. Tidak pernah mengeluarkan kata-kata keras, apalagi dalam berinteraksi atau komunikasinya. Beliau lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan moral terutama berkaitan keutamaan Islam.

Selain sebagai pribadi yang moderat, BuyaHamka terkenal sebagai sastrawan Balai Pustaka pada masa Belanda.

Beliau menjadi sastrawan tanpa latar belakang pendidikan sastra seperti teman-teman seangkatannya di Balai Pustaka. Maka kemudian tak heran bila ia disebut-sebut sebagai pembelajar yang otodidak.

Meskipun sudah lama meninggal, tetapi tetap karyanya menjadi inspirasi bagi masyarakat. Karya ilmiah, novel hingga cerpennya membawa pesan tersendiri untuk yang membacanya, seringkali beliau membuat puisi atau sastra dan kata-kata biajak mengandung makna yang mendalam.

Berikut Tujuh Kata-Kata Bijak Dari KH. BuyaHamka Yang Mengandung Pesan Mendalam:

Kata bijak Pertama

"Jangan takut gagal karena orang yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah melangkah"

Sehubungan dengan kutipan sebelumnya masih tentang soal mencoba atau melangkah. Jangan pernah takut gagal, katanya gagal adalah milik orang-orang yang tidak pernah melangkah. Lebih tepatnya mending gagal setelah melangkah daripada gagal karena tidak pernah mencoba.

Bagi kaum muda, semangat seperti ini harus terus dipelihara dalam diri, diterapkan secara konsisten ke dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih hidup yang berhasil dalam segala bidang.

Kata Bijak Kedua

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba karena di dalam mencoba, itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil"

Berhasil atau tidak hal yang paling penting adalah mencobanya terlebih dahulu, kalau tak pernah mencoba tak akan pernah tahu hasilnya. Kurang lebih begitu apa yang hendak disampaikan Buya Hamka.

Kebanyakan dari kita justru hanya fokus dengan kata berhasil itu sendiri sehingga yang terjadi kemudian adalah terlalu banyak pertimbangan, ini tidak lepas dari perasaan takut yang kerap hinggap dan membuat kita enggan mencoba.

Kata Bijak Ketiga

"Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya"

Bagaimana cara seseorang bersikap kerap mencerminkan bagaimana kualitas dirinya. Seorang yang memahami adab dan memiliki ilmu tak akan berbuat sesuatu yang akan merugikan orang lain atau tidak patut.

Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari apa yang dia pakai, karena apa yang dia pakai belum tentu mencerminkan dirinya, belum tentu sebaik sikapnya. Itu artinya keutamaan seseorang menurut Buya Hamka dipandang dari adab dan ilmunya.

Kata Bijak Keempat

"Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja"

Artinya manusia memiliki akal yang bisa digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang menjadi haknya dan mana yang bukan. Manusia dengan akalnya dituntun untuk memiliki hidup bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain dan lingkungannya.

Bukan hanya hidup, saat bekerja manusia juga seharusnya bukan saja melibatkan pikirannya tapi juga perasaannya. Mengerti mana yang masuk ke dalam ranahnya dan mana yang bukan, mana yang hak miliknya dan mana yang bukan. Supaya saat bekerja tak menyakiti juga merugikan orang lain.

Kata Bijak Kelima

"Kehidupan itu laksana lautan, orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah Ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi"

Kehidupan berjalan sangat keras, orang yang tidak punya kekuatan juga keberanian yang tinggi maka siap-siap akan tergerus oleh waktu. Bukan hanya keberanian dan kekuatan tapi menjalani hidup kita juga perlu seni membaca, membaca situasi dan kondisi supaya kita tidak pernah tersesat dalam kepentingan-kepentingan orang yang tidak kita mengerti.

Kalau sudah terjebak dengan kepentingan-kepentingan yang tidak kita mengerti kita hanya akan jadi manusia yang dimanfaatkan manusia lainnya.

Benar apa yang dibilang Buya Hamka kemudian, kita harus memegang kemudi dan menjaga layar supaya kita tak karam digulung oleh ombak dan gelombang.

Kata Bijak Keenam

"Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat"

Selain petuah-petuah soal kehidupan, Buya Hamka juga memiliki cara pandang tersendiri terhadap makna dari cinta. Baginya cinta harusnya membangkitkan kekuatan, penuh kegagahan bukan malah melemahkan semangat.

Bagi kamu yang sedang jatuh cinta, coba telaah kembali benarkah cinta yang kamu rasakan adalah cinta yang membangun, cinta yang membawamu pada sesuatu yang semangat. Kalau belum, maka perbaikilah menuju ke definisi tersebut.

Kata Bijak Ketujuh

"Semakin banyak ilmu semakin lapang hidup, semakin kurang ilmu semakin sempit hidup"

Maka dari itu mencari ilmu tidak ada batasannya karena semakin banyak ilmu maka hidup akan semakin lapang. Ilmu juga akan membuat pikiran jadi lebih terbuka terhadap banyak kemungkinan, terbuka terhadap banyak perbedaan.

Begitu pun sebaliknya semakin kurang ilmu maka semakin sempit pula hidupnya. Bagai katak dalam tempurung barang kali itu adalah istilah yang pas bila kita kekurangan ilmu. Sempit tapi sombong.


Piala Dunia 2022 Qatar, Timnas Maroko dan Sporter Mengibarkan Bendera Palestina

 

Piala Dunia 2022, Timnas Maroko dan Sporter Mengibarkan Bendera Palestina

Menurut yang kutib dari Wikipedia, Kerajaan Maroko (Bahasa Berber, Tageldit-N-Murakusy, Bahasa Arab: المملكة المغربية Al-Mamlakatu-L-Maghribiya) adalah sebuah negara yang memiliki garis pantai yang sangat panjang di Samudera Atlantik. Secara geografis, memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari gurun dan pegunungan yang terjal.

Maroko merupakan salah satu dari hanya tiga negara (dengan Spanyol dan Prancis) yang memiliki garis pantai di Samudra Atlantik dan juga di Laut Mediterania. Nama Arab al-Mamlakah al-Maghribiyah (Arab: المملكة المغربية, yang berarti "Kerajaan Barat") dan Al-Maghrib (Arab: المغرب, yang berarti "Barat") sering digunakan sebagai nama alternatif.


Maroko memiliki populasi lebih dari 33.800.000 dan luas 446.550 km2 (172.410 sq mi). Ibu kotanya adalah Rabat dan kota terbesarnya adalah Casablanca.

Kota-kota besar lainnya adalah Marrakesh, Tangier, Tetouan, Salé, Fes, Agadir, Meknes, Oujda, Kenitra, dan Nador. Maroko memiliki sejarah yang berbeda dengan negara-negara tetangganya. Dimana kebudayaan Maroko merupakan campuran antara kebudayaan Arab, Eropa, dan Berber.

Maroko menjadi negara benua Afrika pertama sekaligus jazirah Arab yang berhasil melaju ke semi final Piala Dunia FIFA 2022, setelah kemenangan 1-0 atas Portugal yang digelar di Stadion Al-Thumama, Doha, Qatar, Sabtu (10/12/2022).

Tim Maroko berhasil menundukkan Tim Navigator atau Seleccao das Quinas melalui gol sundulan tajam semata wayang Youssef En-Nesyri pada menit ke-42 pada pertandingan babak delapan besar Piala Dunia Qatar 2022.

Tim Maroko mempunyai lini pertahanan yang paling ketat pada turnamen sepak bola dunia di Qatar. Terbukti  dengan hanya kebobolan satu  kali atau gol sampai sekarang. Ini adalah partisipasi keenam Maroko di Piala Dunia. Di antara negara-negara Afrika, hanya Kamerun yang mencatatkan penampilan lebih banyak di turnamen ini yakni delapan kali.

Kemenangan atas Negara Belgia pada pekan lalu menjadi momen yang berharga serta bersejarah bagi Tim Singa Atlas ini, karena kemenangan Piala Dunia pertama mereka sejak 24 tahun terakhir.

Sepanjang keikutsertaannya pada Piala Dunia, prestasi terbaik Maroko adalah berhasil lolos ke babak 16 besar pada Piala Dunia 1986 Meksiko.

Maroko menjadi negara Afrika keempat yang berhasil mencapai perempat final Piala Dunia, mengikuti jejak Kamerun (1990), Senegal (2002), dan Ghana (2010), dan Maroko menjadi Negara Afrika pertama bisa lolos sampai empat besar.

Youssef En-Nesyri, adalah pencetak gol yang menjadi penentu kemenangan atas Portugal, hingga peluit berbunyi skor pun tak berubah, Pemain Maroko melakukan sujud syukur untuk merayakan golnya. Begitu juga dengan Sofiane Boufal tak lama setelah pertandingan usai.

Piala dunia kali ini sedikit berbeda dengan ajang piala dunia sebelumnya, mengingat piala dunia kali ini dilaksanakan di Negara Islam Qatar, maka banyak Syiar-syiar Islam ditujukkan pada pelaksanaan piala dunia kali ini, salah satunya oleh Timnas Maroko.

Timnas Maroko mempunyai cara tersendiri untuk merayakan kemenangan yang diraihnya. Pada pekan lalu kita saksikan pada babak 16 Besar, usai menang atas Spanyol, para pemain dan tim pelatih melakukan sujud syukur di depan tribun suporter mereka.

Tim Singa Atlas juga melakukan hal yang sama dilakukan ketika menang atas Portugal pada babak 8 Besar. Para pemain dan staf pelatih Maroko melakukan sujud syukur.

Dalam salah satu momen, ada video beredar tampak Achraf Hakimi dan kawan-kawan Timnas Maroko membentuk lingkaran bersama pelatih Walid Regragui, lalu dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah.

Suara para pemain Timnas Maroko dan pelatihserta ofisial tim pun terdengar jelas saat melantunkan surat pertama dalamAl-Quran tersebut.

Dalam piala dunia kali ini, ada hal yang menarik untuk dibahas, terutama Timnas Maroko, selain soal skill, taktik dan strategi bermain bola, juga tentang dukungan solidaritas mereka pada kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Aqsa.

Sebagaimana terlihat di berbagai media sosial yang memuat berita tentang Piala Dunia 2022, beberapa pemain Timnas Maroko dan para seporter mengibarkan bendera Palestina di lapangan saat merayakan kemenangan melawan Portugal di perempat final Piala Dunia 2022.

Timnas Maroko berkumpul di lapangan untuk merayakan kemenangan atas portugal, banyak para pemain dan sporter mengangkat bendera Palestina bersama beberapa bendera Maroko, tanda solidaritas dengan Palestina pada Piala Dunia pertama yang diadakan di Timur Tengah.

Solidaritas untuk Palestina yang juga ditunjukkan oleh para suporter dan pemain timnas Maroko di turnamen Piala Dunia 2022 ini tak terlepas dari sejarah pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina.

Timnas Maroko juga mengibarkan bendera Palestina setelah kemenangan melawan Negara Kanada di babak penyisihan grup dua pekan lalu.

Piala Dunia 2022 di Qatar saat ini memang tidak ada hubungan langsung dengan Israel dan Palestina, namun Qatar tetap sebagai negara yang menjadi pendukung atas perjuangan warga palestina.

Zionis Israel menduduki wilayah Palestina Yerusalem timur dan Tepi Barat, sejak Perang Enam Hari 1967 berperang dengan negara-negara Arab. Sekitar 250.000 warga Palestina tinggal pada Qatar yang berpenduduk sekitar 2,9 juta jiwa.

Kemenangan Maroko pada Piala Dunia saat ini juga kemenangan bagi Palestina, bisa dilihat pada Piala Dunia kali ini banyak negara yang menunjukkan solidaritas dan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina. Wallahu A’lam