This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

5 Syarar Wajib Zakat, Macam-Macam Zakat Yang Harus Diketahui

https://penahati-1307.blogspot.com/2022/12/rasulullah-sebagai-pendidik-3-sikap.html

Ada pemahaman yang kurang tepat di kalangan mayoritas mislimin tentang kewajiban zakat di banding antusiasme dalam menjalankan kewajiban shalat, zakat dan puasa.

Mereka konsen terhadap orang yang menjadi tanggung jawab dirinya jika ada yang meninggalkan shalat wajib lima waktu, tetapi tidak sedemikian besar perhatian terhadap zakat yang belum terlaksana, apalagi ghirah berinfak, bersedekah dan berbagi.

Memahami dan mendalami tentang syari’at zakat, infak dan bersedekah adalah hal yang sangat penting, mengingat itu adalah amalan mulia dengan derajat yang tinggi dan para muzaki, minfikin dan mutashaddikin berada dalam kedudukan yang istimewa baik di dunia maupun di akhirat. 

Syarat wajib zakat

1. Islam (lawanya Kafir)

Zakat tidak dipungut dari orang kafir, dan tidak diterima darinya kufur karena murtad, sebab zakat ini adalah bagian dari agama islam, sebagaimana firmanNya.

وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَىٰ وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ

“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.(QS. At Taubah: 54)

2. Merdeka (lawanya hamba sahaya).

Dipersyaratkan merdekan, sebab hamba sahaya tidak punya apa-apa, sehingga apa yang dimiliki hamba sahaya adalah otomatis menjadi milik tuanya.

3. Memiliki nishab

Maksudnya adalah apabila seseorang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau batas wajibnya zakat, hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Abu Sa’id al Hudri, Nabi bersabda:

لَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسَةِ اَوْسُقٍ صَدَقَةٌ, وَلَا فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلَا فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ اَوَّاقٍ صَدَقَةٌ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Tidak ada kewajiban zakatnya pada (hasil pertanian) yang kurang dari 5 wasaq (yakni 300 sha/ 653 kg), tidak ada kewajiban zakat unta yang jumlahnya kurang dari 5 ekor, tidak ada zakat pada uang (emas / perak) yang kurang dari 5 uqiyah (20 dinar/ 200 dirham).(HR. Bukahri  dan Muslim, Bukhari kitab zakat, no 979).

4. Kepemilikan tetap

Kepemilikan tetap artinya harta itu dimiliki secara tetap, atau kepemilikan sempurna, atau kepemilikan penuh, yakni harta tersebut tidak terkait dengan kepemilikan orang lain yang berhak mengelolanya, melainkan mutlak miliknya sendiri. (Ibnu Qasim, Hasyiat ar Raudh al Murbi, I/168).

5. Mencapai haul, kecuali mu’asysyar (10% atau 5% yakni biji-bijian dan buah-buahan yaitu saat panen).

Diriwayatkan oleh Aisyah, bahwasanya Rasulullah bersabda:

لاَ زَكَاةَ فِىْ مَالٍ حَتَّى يَحُوْلَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهَ)

Tidak ada zakat pada harta yang kurang dari setahun (HR. Ibnu Majah, no 1792, Al Bani menshahihkan).

وَلَيْسَ فِى مَالٍ زَكَاةٌ حَتَّى يَحُوْلَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ

Tidak ada zakat pada harta hingga mencapai satu tahun (yakni ia dimiliki secara sempurna selama waktu itu).

مَنِ اسْتَفَادَ مَالًا فَلَا زَكَاةً عَلَيْهِ حَتَّى يَحُوْلَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ عِنْدَ رَبِّهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ)

“Dari Abdullah bin Umarberkata, Nabi bersabda: “Siapa yang memanfaatkan (memiliki) harta, maka harta itu tidaklah wajib dizakati hingga berada di tangan pemiliknya selama satu tahun”. (HR. At Tirmidzi, no 63, Al Bani menshahihkanya).

Haul (satu tahun) ini adalah syarat wajib zakat untuk tiga macam harta, yaitu: hewan ternak yang digembalakan, uang atau yang berfungsi sebagai uang, seperti emas, perak dan barang dagangan”.(Ibnu Qudamah, Al Mughni, IV/ 73).

Macam-Macam Zakat

1. Zakat Hewan Ternak

Memiliki peternakan hewan jika jumlahnya sudah sampai nishab maka wajib mengeluarkan zakat.

Peternakan sapi wajib dizakati saat jumlahnya mencapai 30 ekor, jumlah 30 ini adalah batas minimal atau nishab zakat sapi, adapun perincianya dalam sebuah hadits dari sahabat Ali bin Abi Thalib:

....وَفِي الْبَقَرِ فِى كُلِّ ثَلَاثِيْنَ تَبِيْعٌ وَفِى الْاَرْبَعِيْنَ مُسِنَةٌ وَلَيْسَ عَلَى الْعَوَامِلِ شَيْئٌ..(رَوَاهُ اَبُوْدَاوُدَ)

“.....Untuk sapi yang jumlahnya 30 ekor, maka zakatnya 1 ekor Tabi’ (sapi jantan genap usia 1 tahun),  dan untuk 40 ek0r sapi, zakatnya adalah 1 ekor musinah ( sapi betina 2 tahun masuk ke 3), sapi yang digunakan untuk bekerja, tidak ada zakatnya........(HR. Abu Daud, no 1572).

Hadits dari Muadz bin Jabal saat ia diutus ke Yaman, yaitu:

“ Beliau memeritahkanya agar mengambil zakat dari setiap 30 ekor sapi, yaitu 1 tabi’atau Tabi’ah, , kemudian dari setiap 40 ekor sapi zakatnya 1 ekor musinah”.(HR.Abu Daud, kitab Zakah, no. 1576, Al Bani menshahihkan).

Hadits dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata, dari Nabi :

..فِىْ ثَلَاثِيْنَ مِنَ الْبَقَرِ تَبِيْعٌ اَوْ تَبِيْعَةٌ وَفِى كُلِّ اَرْبَعِيْنَ مُسِيْنَةٌ..(رَوَاهُ اَبُو دَاوُدَ)

”Setiap 30 ekor sapi, zakatnya 1 ekor Tabi’, atau Tabi’ah, setiap 40 ekor sapi zakatnya 1 ekor Musinnah”.

2. Zakat Hasil Bumi (pertanian)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ ۖ

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu (QS. Al Baqarah: 267)

وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ ۖ وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al An’am: 141).

Hadits dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah bersabda:

فِيْمَا سَقَتِ السَّمَاءُ وَالْعُيُوْنُ اَوْكَانَ عَثَرِيًّا الْعُشْرُ وَمَا سَقِيَ بِالنُّضْحِ نِصْفُ الْعُشْرِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

“ladang yang diairi (disiram) air hujan dan mata air, atau tanaman yang tumbuh dengan sendirinya, maka zakatnya adalah sepersepuluh (10%), ladang yang disiram dengan menggunakan unta pengangkut air (dengan biaya produksi), zakatnya adalah seperduapuluh (5%). (HR.Bukhari, kitab zakat, no 14830)

Hadits Jabir bin Abdillah ra, ia mendengar Rasulullah bersabda:

فِيْمَا سَقَتِ الْاَنْهَارُ وَالْغَيْمُ الْعُشُوْرُ وَفِيْمَا سَقَي بِالسَّانِيَةِ نِصْفُ الْعُشُرِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

“ladang yang diari oleh sungai dan hujan, kadar zakatnya sepersepuluh (10%), sementara ladang yang diairi dengan hewan pengangkut air, zakatnya seperduapuluh (5%)”.(HR.Muslim, Kitab zakah, no. 981).

Hadits dari Muad bin Jabal saat ia dikirim oleh Rasulullah ke Yaman, Rasulullah memerintahkanya :

مِمَّا سَقَتِ السَّمَاءُ الْعُشُرُ وَفِيْمَا سَقَي بِالدَّوَالِى نِصْفُ الْعُشُرِ (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)

”ladang yang diairi dengan air hujan, zakatnya adalah sepersepuluh (10%), dan (sedangkan) ladang yang disirami dengan ember, maka zakatnya seperduapuluh (5%). (HR. An Nasai, no 2489, dan HR. Ibnu Majah, no 1484).

Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Nabi bersabda:

لَيْسَ فِى حَبٍّ وَلَا تَمْرٍ صَدَقَةٌ حَتَّى يَبْلُغَ خَمْسَةُ اَوْسَقٍ وَلَا فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ ذُوْدٍ صَدَقَةٌ وَلَا فِيْمَا دُوْنَ خَمْسٍ اَوَّاقٍ صَدَقَةٌ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

 “Tidak ada kewajiban zakat pada biji-bijian dan kurma sampai jumlahnya (hasil panennya) mencapai 5 wasaq, (kurang lebih 653 kg), tidak ada kewajiban zakat pada unta sampai jumlahnya 5 ekor, dan tidak ada kewajiban zakat pada uang (emas/ perak) sampai jumlahnya lima uqiyah (20 dinar atau 200 dirham).(HR.Bukhari dan Muslim).

عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ: لَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسَةِ اَوْسُقٍ مِنْ تَمْرٍ وَلَا حَبٍّ صَدَقَةٌ.(مُتَفَقٌ عَلَيْهِ)

“Dari Abu Sa’id Al Khudri ra: ‘Tidak ada zakat pada kurma dan tidak ada pada biji-biji makanan yang kurang dari lma (5) wasaq”.(Muttafaqun ‘Alaih)

عَنْ اَبِيْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ اَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فِيْمَا سَقْتِ السَّمَاءِ وَالْعُيُوْنِ اَوْ كَانَ عَثْرِيًّا الْعُشْرِ, وَفِيْمَا سَقِيَ بِالنَّضْحِ نِصْفُ الْعَشْرِ.(رَوَاهُ الْبُخُارِيُّ)

“Dari Salim bin Abdillah, dari bapaknya, dari Nabi bersabda: ”Pada (tanaman) yang dapat air dari langit atau mata air (‘atsarittan/ tanaman yang mengambil air dengan akarnya) itu, (zakatnya) sepersepuluh, dan pada (tanaman) yang disiram dengan tenaga orang itu, separuh dari sepersepuluh”.(HR.Bukhari)

Yang wajib diakati dari tanaman dan buah-buahan ialah pendapatan keseluruhanya, atau hasilnya secara global, demikian menurut fiqaha Hanafi, Syafi’i maupun Hambali, adapun menurut fuqaha Maliki, zakat itu hanya diwajibkan atas hasil bersihnya saja.

“Harga akat tanaman dan buah-buahan itu berbeda-beda berkisar 10% untuk yang tanpa biaya, dan 5 % untuk yang memerlukan biaya, hal itu sesuai dengan berbedaan faktor pembiayaan dan beban-beban yang diperlukan sampai berhasilnya tanaman tersebut.” (Dr.KH.Abdul Hamid,S.Ag dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si,Fiqih Ibadah, CV Pustaka Setia, 2010, hal 232).

Pertanian dan perkebunan sampai pemetikan hasil panen, besaran nishabnya adalah 5 wasaq. 1 (satu) wasaq = 60 sha’, 1 (satu) sha’ = 2,1766 kg. Jadi 5 wasaq adalah 5 x 60 x 2, 1766 kg = 652,8 kg (5530. Besaran zakat 5 % jika dengan irigasi, 10 % jika tadah hujan.  Wallahu a'lam


Rasulullah Sebagai Pendidik, 3 Sikap Yang Harus Dimiliki Sebagai Seorang Pendidik

https://penahati-1307.blogspot.com/

Nabi Muhammad juga seorang pendidik dan utusan Allah, ditegaskan oleh Allah dalam Al - Quran, antara lain: “Ya Tuhan Kami, utuslah di tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As Sunnah) kepada mereka serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Q.s Al-Baqarah [2]: 129)

Ayat AL-Quran diatas merupakan doa Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam agar keturunanya lahir orang yang dapat mengembangkan agama dan mangajarkan ilmu pengetahuan dalam membina moral manusia.

Doa itu dikabulkan Allah dengan mengutus Nabi Muhammad sebagai penutup para Nabi dan Rasul sekaligus sebagai seorang pendidik yang mengajarkan berbagai prilaku positif dengan contoh dan teladan yang baik untuk praktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mengajarkan kepada manusia al-Kitab bukan hanya mengandung pengertian mengajarkan Al Quran semata, tetapi juga mengajarkan menulis yang merupakan arti bahasa dari kata al Kitab.

Menurut Muhammad Abduh (1265 H/ 184 9M 1323 H/1905 M), pengertian yang terakhir ini lebih sesuai mengingat pentingnya peran tulisan bagi kemajuan peradaban umat manusia.

Sedang mengajarkan al-Hikmah adalahmengajarkan rahasia-rahasia hukum agama dan manfaatnya untuk mendorong manusiaagar melaksanakannya.

Allah juga berfirman yang artinya, “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Ali Imran [3]: 164).

Pada ayat ini mejelaskan, sosok Nabi Muhammad sebagai seorang pendidik, kembali dipertegas oleh Allah . Ketika menafsirkan kalimat wa yuzakkihim (dan membersihkan (jiwa) mereka), Muhammad Abduh berkata: “Rasulullah adalah seorang pendidik dan pengajar.”

Selanjutnya Allah berfirman yang artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (al-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Jumu’ah [62]:2).

Seperti pada ayat yang disebutkan sebelumnya, ayat ini juga menunjukkan bahwa salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk mendidik manusia agar dalam melaksanakan ajaran agama yang dilandasi dan didasari dengan pengertian yang benar dan memahami tujuannya.

Dalam hadis disebutkan: “Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah melewati dua majelis di dalam masjid. Lalu beliau bersabda, “Keduanya baik, hanya majelis yang satu lebih utama. Adapun majelis yang satu, mereka berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak akan memberi dan jika berkehendak akan menolak sedang majelis yang lain, mereka mengadakan aktifitas belajar mengajar inilah yang lebih utama. Sesungguhnya aku diutus untuk memberi pengajaran. Selanjutnya beliau duduk bersama majelis yang mengadakan aktifitas belajar-mengajar.” (H.R. Al-Darimi).

Sebagai seorang pendidik, Rasulullah diberi anugerah oleh Allah berbagai sikap yang membantu keberhasilan tugasnya antara lain:

1. Memiliki Empati dan Rasa Kasih sayangserta Berambisi akan Keberhasilan Anak Didik.

Allah berfirman yang artinya:“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. Al-Taubah [9]: 12).

Pada ayat ini, Allah menerangkan tiga sikap Rasulullah dalam menyantuni umatnya.

a)     Pertama Sangat berat bagi beliau apabila umatnya menderita kesusahan. Setiap waktu yang dipikirkan hanya nasib umatnya. Bahkan pada akhir hayatnya beliau berpesan: “Perhatikanlah shalat, perhatikanlah shalat dan budak-budakmu.”

Pada waktu itu, perbudakan belum dihapuskan dan budak adalah kelompok manusia yang paling menderita.

b)     Kedua, sangat berambisi terhadap kebaikan dan keberhasilan umatnya. Perhatian beliau hanyalah bagaimana umatnya maju dan sukses di dunia dan di akhirat.

c)      Ketiga, sangat sayang kepada umatnya. Pada ayat ini, Allah menggunakan dua sifat-Nya yaitu rauf dan rahim untuk Nabi Muhammad . Hal ini menunjukkan bahwa sifat kasih sayang Rasulullah pada umatnya sangat tinggi, melebihi sifat kasih sayang manusia biasa, sehingga mendekati sifat kasih Allah kepada makhluk-Nya.

Buya Hamka membedakan antara rauf (kasih) dan rahim (sayang). Rauf adalah belas kasihan kepada orang yang lemah, miskin, sakit, gagal dan semua orang yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang karena penderitaan yang dialaminya. Sedang rahim adalah kasih sayang yang merata kepada semua manusia baik yang berbahagia maupun yang menderita.

2. Shidiq (berkata benar) dan Dapat dipercaya.

Allah berfirman yang artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S. Al-Najm, 53: 3-4)

Ayat ini menunjukkan bahwa sebagai seorang pengajar dan pendidik, Rasulullah memiliki sifat Shidiq (berkata benar). Dia tidak akan menyampaikan sesuatu tentang agama yang tidak diwahyukan Allah kepadanya.

Rasulullah juga dikenal sebagai al-Amin (orang yang sangat dipercaya), gelar al-Amin telah beliau peroleh sejak beliau belum diangkat sebagai utusan Allah .

3. Berjuang Tanpa Pamrih.

Firman Allah yang artinya: “Katakanlah: “Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Saba’, 34: 47)

Yang dimaksud pada ayat ini adalah bahwa Rasulullah sekali-kali tidak meminta upah kepada manusia. Tetapi yang diminta Rasulullah sebagai upah ialah agar mereka beriman kepada Allah dan iman itu adalah buat mereka sendiri.

Ayat-ayat di atas, memberikan gambaran tentang sebagian kepribadian Rasulullah sebagai seorang pendidik. Beliau memiliki rasa kasih sayang yang sangat tinggi kepada anak didiknya dan sangat berambisi atas keberhasilan mereka.

Beliau sangat dekat dengan anak dan mencintai mereka dengan kecintaan yang tiada taranya bahkan terkadang mengalahkan kecintaannya kepada keluarganya.

Perhatian dan kasih sayang yang sangat tinggi kepada anak-anak didik sangat besar untuk keberhasilan mereka, semuanya tanpa mengharapkan balas jasa dan upah atas segala dilakukannya. nilah suatu sikap yang diperhatikan oleh setiap pendidik demi tercapainya kesuksesan dalam pengajaran.

Strategi Mengatasi Anak Yang Bermasalah

Kita kerap menyaksikan kekeliruan yang dilakukan seorang anak. Metode seorang pendidik sangat menentukan keberhasilan upaya mengatasi kekeliruan serta mendorong anak untuk tidak mengulangi kekeliruan yang sama. Ada beberapa cara yang digunakan oleh Rasulullah dalam mengatasi anak yang bermasalah.

1. Melalui Teguran Langsung. Umar bin Abi Salamah berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah. Ketika makan biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau bersabda, ‘Hai ghulam, bacalah Basmallah, makanlah dengan tangan kanan mu dan makanlah apa yand di dekatmu.” (Mutthaifaq ‘alaih)

2. Melalui Sindiran. Rasulullah bersabda: “Apa keinginan kaum yang mengatakan begini begitu. sesunguhnya aku shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka, dan menikahi wanita. Maka barang siapa tidak senang dengan sunnahku berarti bukan golonganku.” (Mutthaifaq alaih)

3. Melalui Celaan. Abu Dzar berkata, “Aku telah memaki seseorang sampai membuatnya malu sambil menyebutkan nama ibunya. Kemudian Rasulullah bersabda kepadaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah mempermalukannya dengan menyebut nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifatiahliyah.” (H.R. Bukhari)

4. Melalui Pemutusan Hubungan. Pernah disebutkan bahwa Ka’ab bin Malik tidak ikut berserta Rasulullah dalam perang Tabuk. Dia berkata, “Nabi melarang para sahabat berbicara denganku selama lima puluh malam.” (H.R. Bukhari)

5. Melalui Pemukulan. Rasulullah bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu shalat dari usia tujuh tuhun, dan pukulah mereka kalau enggan mengerjakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkaan mereka dari tempat tidur.” (H.R. Abu Daud)

Dalam hadis yang lain beliau bersabda, “Gantungkanlah cemeti, agar penghuni keluarga melihtnya karena yang demikian itu adalah pendidikan bagi mereka.” (H.R. Thabrani)

Maksudnya dengan hanya menggantungkan cemeti sudah cukup membuat anak takut tanpa perlu melecutkan kepadanya.

Memukul tidak boleh diartikan sebagai tindakan pukul, memukul dalam cara ini terdapat kode etik syari untuk melindungi anak, antara lain:

  1. Seorang pendidik tidak boleh memukul kecuali jika seluruh saran peringatan dan ancaman tidak mempan lagi.
  2. Tidak boleh memukul dalam keadaan marah karena akan membahayakan anak.
  3. Pemukulan tidak dilakukan terlalu keras dan tidak menyakitkan serta tidak lebih dari sepuluh kali.
  4. Pemukulan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat berbahaya seperti kepala, muka atau dada.
  5. Pemukul yang digunakan tidak boleh berupa kawat besi, utamakan alat pemukul yang lentur.
  6. Pemukulan tidak boleh dilakukan pada kesalahan pertama kali. Ketika anak melakukan kesalahan pertama kali harus diberikan kesempatan memperbaiki diri.
  7. Pemukulan harus dilakukan oleh pendidik sendiri tidak boleh diwakilkan kepada orang lain, agar terhindar dari kedengkian dan perselisihan.
  8. Pemukulan harus dilakukan langsung ketika anak melakukan kesalahan. Tidak dibenarkan memukul anak yang bermasalah setelah berselang hari dari perbuatan salahnya.
  9. Apabila dengan cara memukul tidak membuahkan hasil, pemukulan tidak boleh diteruskan dan harus mencari jalan pemecahan yang lain.
  10. Pemukulan tidak boleh berpusat, harus berpindah-pindah dan pemukulan kedua harus lebih ringan dari pemukulan pertama.
  11. Lebih baik jika pemukulan tidak terlalu keras dan tidak menyakitkan. Seorang pendidik dianjurkan mengangkat lengan sampai ketiaknya terlihat dan menjatuhkan pukulan dengan seringan-ringannya.

Demikianlah karakter Rasulullah  sebagai seorang pendidik dan strategi untuk mendidik anak agar sukses dalam menciptakan anak didik yang berprestasi dan memberikan manfaat buat semuanya.

 


Andy Rachmianto, Indonesia Dukungan Palestina Pada Hal Yang Kongkrit

https://penahati-1307.blogspot.com/2022/11/andy-rachmianto-dukungan-indonesia.html

Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Andy Rachmianto mengatakan, “sebagai salah satu negara pertama yang memberi dukungan pada kemerdekaan Indonesia, Palestina telah terpatri dalam inti politik luar negeri Indonesia sejak dahulu.”

Hal itu di sampaikan Andy saat mengisi sambutan pada acara memperingati Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (29/11).

Andy mengatakan pemerintah dan rakyatIndonesia tentunya akan terus memberikan dukungan bagi terwujudnya kemerdekaan Palestina dengan ibukotanya Yerusalem, dengan kembali eratkan hubungan antara Indonesia dengan Palestina yang telah terjalin sejak awal berdirinya negara ini.

“Kita ucapkan selamat sekaligus juga untuk memberikan dukungan bahwa solidaritas Indonesia terhadap Palestina yang tidak akan pernah berhenti,” ujar Andy dalam acara peringatan Hari Solidaritas Internasional Bersama Rakyat Palestina di Jakarta, Selasa (29/11).

Andy menegaskan, dukungan Indonesia untuk Palestina juga dilakukan dengan memperbanyak kerja sama yang telah berjalan selama ini. Selain kerjasama ekonomi, Indonesia juga akan selalu terus aktif memberikan dukungan politik untuk Palestina di dunia internasional misalnya di PBB, OKI dan Gerakan Non-Blok.

“Kita juga akan lanjutkan dukungan kepada Palestina kepada hal-hal yang lebih konkrit. Pertama, perdagangan kita akan memberikan fasilitas bebas bea untuk produk-produk dari  Palestina yang lain di luar kurma dan minyak zaitun,” katanya.

Lebih lanjut, Andy Rachmianto juga mengatakan, bahwa Indonesia juga telah menganggarkan sekitar USD2,3 juta guna memberikan dukungan untuk kegiatan kemanusiaan, juga termasuk pembangunan kapasitas yang sudah dilakukan Indonesia sejak sekitar 30 tahun terakhir ini.

“Ke depan Indonesia sudah menganggarkan sekitar dua, tiga juta dolar sebagai bagian dari dukungan kita untuk kegiatan kemanusiaan. Warga Palestina yang kita berikan bantuan pelatihan kapasitas, kita harapkan pada saat mereka sudah merdeka, orang-orang, warga-warga Palestina ini sudah siap untuk menjalankan pemerintahan dalam keadaan merdeka,” tembahnya.

Sementara itu, Duta Besar Palestina untukRepublik Indonesia, Zuhair Al-Shun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rakyat Indonesia yang selalu terus menerus memberikan dukungan untuk perjuangan kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.

“Pada kesempatan ini, izinkan saya juga mengulangi rasa terima kasih kami yang tulus atas sikap berprinsip solidaritas dan peran utama Indonesia dalam memajukan hak-hak rakyat Palestina yang tidak pernah ada. Ini di samping mobilisasi dukungan di tingkat regional dan internasional, terutama pada saat kritis ini,” ujarnya.

Dubes Al-Shun juga menegaskan kembali tekadkuat dan keyakinan teguh rakyat Palestina yang akan terus berjuang sampaimereka mencapai kemerdekaan dan kedaulatan Negara Palestina dengan Yerusalemsebagai ibukotanya.

Dalam peringatan tersebut, dihadiri oleh duta besar negara Timur Tengah dan negara sahabat, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI, tokoh nasional, DPR, Kadin, dan lsm peduli Palestina seperti pembina dan Sekjen Aqsa Working Group, Sekjen PB PII, Wakil Presiden OIC Youth Indonesia serta Wakil Sekjen

Hari Solidaritas Internasional untuk RakyatPalestina yang  dicanangkan PBB ini diperingati setiap tahun pada tanggal29 November sejak 1978.

Sementara itu, di sisi lain Aqsa Working Group(AWG) melakukan dukungan terhadap Palestina dengan menggelar rangkaian acara Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2022 yang dilaksanakan serempak di 14 Provinsi se Indonesia dalam bulan Nopember ini.

Aqsa Working Group (AWG) adalah lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum Muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan rakyat Palestina.

AWG didirikan oleh komponen umat yang hadir dalam Al-Aqsha International Conference yang diselenggarakan di Wisma Antara pada tanggal 20 Sya’ban 1429H/ 21 Agustus 2008 di Jakarta.


MUTIARA HIKMAH, MENCARI ILMU TAK ADA ISTIRAHAT KECUALI DI SURGA

MENCARI ILMU TAK ADA ISTIRAHAT KECUALI DI SURGA

Ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan dan pengetahuan. Ilmu menjadi sebuah sarana untuk bisa menjalankan apa yang menjadi perintah Allah kepada kita.

Tidak akan sempurna keimanan serta tak sempurna pula amal seorang kecuali dengan keutamaan sebuah ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya pula hak Allah dijalankan, serta dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Hal ini yang sebuah membuat kebutuhan pada sebuah ilmu lebih besar serta dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab keberlangsungan agama serta dunia bergantung dengan ilmu.

Manusia akan lebih memerlukan ilmu daripada sebuah makanan dan minuman. Karena pada makanan dan juga minuman hanya dibutuhkan sebanyak dua hingga tiga kali sehari, sedangkan ilmu terus diperlukan pada setiap waktunya.

Kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang tergantung kadar ilmunya, maka siapapun yang ingin mulia, hendaknya bersiap meraih ilmu sebanyak mungkin. Allah berfirman,

"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman  diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. " (QS al-Mujadalah 11)

Meski semua orang ingin meraih derajat tinggi dalam hal ini, namun hanya sedikit dari mereka yang berani membayar konsekuensinya.

Karenanya, meski banyak yang menginginkan, hanya sedikit yang mendapatkan. Seperti dikatakan oleh para ahli "kalaulah bukan karena besarnya tantangan, tentulah semua orang bisa meraih puncak kemuliaan."

Karakter ilmu itu seperti yang dikatakan oleh Yahya bin Abi Katsier, "Ilmu tidak akan didapat dengan berleha-leha."

Seberapa bagian ilmu yang didapatkan, tergantung seberapa besar pengorbanan dan kesungguhan seseorang untuk berusaha mendapatkannya.

Seperti yang dikatakan oleh Imam asy-Syafi'i rahimahullah, "Barangsiapa yang tidak pernah merasakan pahitnya mencari ilmu, niscaya dia akan mengenyam pahitnya menjadi orang bodoh sepanjang hayat,"

Lihatlah kesuksesan seorang ulama tabi'in, Imam asy-Sya'bi dalam memperoleh tingginya ilmu dan pengetahuan, hingga beliau sendiri mengutarakan.

"Yang paling sedikit dari ilmu yang aku pelajari adalah kata-kata sya'ir. Namun seandainya aku mau membacakan sya'ir-sya'ir Yang kuhafal dan kuketahui, tentu akan memakan waktu sebulan penuh tanpa mengulang-ulang yang sudah aku sebutkan."

Karena akrabnya dengan ilmu pula, beliau meraih kecerdasan dan kuatnya hafalan seperti yang beliau katakan, "Tiada aku menulis di lembaran ptltih atau aku mendengar hadits dari seseorang melainkan aku mampu menghafalnya. Dan tiada pernah aku mendengar perkataan dart seseorang, melainkan aku tak ingin dia mengulangi ucapannya."

Namun kita jangan hanya melihat hasil akhirnya, tapi kita lihat bagaimana beliau dan para Ulama lainnya menjalani prosesnya.

Tatkala seseorang bertanya kepada beliau (Imam asy-Sya'bi, "Bagaimana cara Anda mendapatkan ilmu sebanyak ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa bersandar, mengembara ke pelosok negeri, dengan tahan uji layaknya benda mati, dan dengan berpagi-pagi layaknya burung gagak berpagi-pagi. "

Mencari Ilmu Tak Ada Waktu Istirahat

Klimak cita-cita yang diharapkan manusia adalah jannah (Surga) beserta kenikmatannya. Namun tidak semua orang yang berharap, serta merta menjadi wujud.

Tidak semua orang yang menginginkan jannah lantas beruntung mendapatkannya. Jannah hanya diperuntukkan bagi orang yang sanggup mengusahakan dan komitmen dalam menggapai serta konsekuensinya. Allah berfirman,

"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia ada/ah mukminj maka mereka itu ada/ah orang-orang yang usahanya diba/asi dengan baik. " (QS. al-Isra': 19).

Maka dari itu, tak ada waktu untuk berleha-leha pada dunia fana ini, karena barang siapa berleha-leha di dunia, maka dia tak akan berleha-leha di akhirat, dia akan disibukkan dengan berbagai penderitaan dan siksa.

Seperti jawaban Imam Ahmad rahimahullahtatkala ditanya, "Kapankah seorang hamba merasakan nikmatnya rehat?" Belaiu menjawab, "Séjak pertama kali menginjakkan kaki di jannah."

Ulama salaf ada yang pernah ditegur lantaran kesungguhannya dalam beribadah, lalü beliau menjawab "Dahulu, dunia sudah ada tatkala aku belum ada, dan kelak dunia masih ada saat aku telah tiada, maka aku tak ingin tertipu oleh hari-hari yang aku lalui."

Begitulah kehidupan, karena kesempatan di duniaini begitu singkat tak ada waktu lagi untuk menunda, karena umur kita dibandingdengan umur dunia tak ada artinya, sedangkan umur dunia dibanding akhirat, terlalu singkat untuk dibandingkan antara keduanya. Karena dunia itu begitu fana, sedang akhirat itü kekal adanya.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa, manusia memiliki keterbatasan, baik secara psikis maupun fisik. Yang karenanya, dia butuh istrirahat. Dan memang, tidak selayaknya seorang mukmin mengabaikan hak badan.

Namun, perlu kita ingat bahwa, rehatnya seorang mukmin tetap saja dikatakan sebagai kesibukan, karena dia tidak istirahat, kecuali untuk menyusun kekuatan agar mampu melanjutkan ketaatan. Sehingga istirahatnya itu maşuk dalam rangkaian kesibukan.

Seperti 'qailulah', tidur sejenak pada waktu siang, jika dilakukan sebagai persiapan untuk melaksanakan shalat tahajud di waktu sepertiga malam, maka tidur siang itü juga disebut sebagai kesibukan.

Ketika Hasan al-Bashri melihat orang-orang di pasar tak ada satupun yang menyempatkan tidut siang, beliau mengatakan, "Saya mengira, malam mereka adalah malam yang buruk, karena tidak melalui malamnya dengan amal shalih, kaıena tiadanya persiapan berupa tidur di siang hari.”

Begitulah seharusnya seorang mukmin mengisi hari-hari, penuh dengan kesibukan dan kerja keras. Selaras dengan cita-citanya yang sangat agung dan luhur, yakni Jannatul Firdaus yang didambakan sepanjang umur.

Siapa yang tidak ingin terus menerus untuk bisa mendapatkan pahala walaupun telah meninggal dunia. Semua hal tersebut akan didapatkan oleh seorang yang telah bersungguh-sungguh saat menuntut ilmu.

Karena, ilmu tersebut tidak hanya bermanfaatuntuk dirinya, namun juga berpengaruh untuk orang lain.

Keutamaan dalam ilmu ini sebaiknya bisa sebab untuk para setiap Muslim senantiasa bersemangat serta bersungguh-sungguh dalam perjalanan menuntut ilmu.

Manusia yang diperintahkan Allah untuk belajarserta menuntut ilmu. Hanya saja memang kualitas terhadap akal manusia itudengan kapasitas yang berbeda-beda.

Kesungguhan inilah yang menjadi sebuah kunci. Dengan kesungguhan tersebut, sesuatu yang sulit itu akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk selalu komitmen dalam kebaikan atau komitmen didalam menuntut ilmu.


Musibah, 3 Sikap Terbaik Dalam Menyikapinya

 

Sikap yang Terbaik Dalam menyikapi Musibah

Harus kita akui, nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita, masih lebih banyak daripada musibah yang kita rasakan.

Musibah adalah sesuatu yang tidak disenangi. Padamnya listrik ketika dibutuhkan adalah musibah, paketan habis disaat deadline pun juga musibah.

Musibah berasal dari kata bahasa Arab yaitu ashaba yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah juga berarti kemalangan (al-baliyyah) atau setiap kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musibah berarti kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa, malapetaka atau bencana.

 “Menyikapi Musibah Menurut Syariat.”  Marilah kita merenungkan firman dalam Q.S. Al-An’am [6], ayat ke-65:

قُلۡ هُوَ ٱلۡقَادِرُ عَلَىٰٓ أَنْ يَّبۡعَثَ عَلَيۡكُمۡ عَذَابً۬ا مِّن فَوۡقِكُمۡ أَوۡ مِن تَحۡتِ أَرۡجُلِكُمۡ أَوۡ يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعً۬ا وَيُذِيقَ بَعۡضَكُم بَأۡسَ بَعۡضٍ‌ۗ ٱنظُرۡ كَيۡفَ نُصَرِّفُ ٱلۡأَيَـٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَفۡقَهُونَ (الانعام [٦]: ٦٥

“Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti, agar mereka memahami (nya).”

Mengenai ayat di atas, dalam tafsir ringkas Kementerian Agama RI diterangkan, Allah Mahakuasa menyelamatkan manusia dari musibah dan bencana. Mahakuasa menimpakan musibah kepada yang dikehendaki-Nya.

Musibah dari atas seperti: hujan batu, badai, petir yang menggelegar, termasuk virus yang menyebar di udara dan lainnya.

Sedangkan musibah dari bawah yaitu: likuifaksi, gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, juga inflasi yang tidak terkendali, merajalelanya kejahatan, dan lainnya.

Makna يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعً۬ا  adalah perpecahan umat, bisa jadi kerena pertarungan politik serta perebutan kekuasaan sehingga menimbulkan saling benci, saling menjatuhkan dan penindasan kepada sesama manusia.

Allah menurunkan itu semua agar manusia kembali kepada jalan yang benar, melakukan taubatan nasuha serta berpasrah diri kepada Allah , Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta.

Hanya Allah saja, Dzat satu-satunya, tempat manusia bergantung, tempat kembali, dan berserah diri.

Orang beriman hendaknya menyadari, hakikat dari semua peristiwa yang terjadi di alam raya, baik berupa anugerah atau musibah, semua atas izin dan kehendak Allah , sebagaimana firman-Nya:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ … (التغابن [٦٣]: ١١

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah,…” (QS. At-Taghabun [63]: 11)

Akan tetapi, dalam pandangan Islam, musibah terjadi adalah akibat dari kesalahan dan dosa-dosa manusia.

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ (الشورى [٤٢]: ٣٠

“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syuuraa [42]: 30)

Maka dari itu, tidak boleh kita menyalahkan ketetapan Allah , membenci takdir, dan mengambinghitamkan orang lain.

Sikap terbaik orang beriman dalam menghadapimusibah adalah: istighfar, muhasabah dan mengambil hikmah.

Sikap Terbaik Dengan Beristighfar

Beristighfar, memohon ampun kepada-Nya, kiranya memaafkan segala kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat, mengganti musibah itu dengan karunia yang lebih baik, lebih berkah dan bermanfaat, dan membuat kita semua semakin dekat kepada-Nya.

Pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam berada di Madinah, pernah terjadi gempa bumi. Beliau pun meletakkan tangannya ke bumi, seraya bersabda: “Tenanglah (wahai bumi), karena waktumu belum tiba.” Lalu kemudian, Nabi menghadapkan wajahnya kepada para sahabatnya dan bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian benar-benar sedang menegur kalian, maka perhatikanlah teguran-Nya.”

Setelah itu, terjadi lagi gempa bumi di masa Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Lalu Umar ingat sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam, yang artinya, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka beramallah agar Allah ridha kepada kalian!” Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera bertaubat.

Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap syariat-syariat-Nya.

Sikap Terbaik Dengan Muhasabah

Ibnul Qoyyim dalam kitab “Al-Jawab Al-Kafy” mengungkapkan, “Terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, agar manusia kembali dan tunduk kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan dan menyesal atas kekeliruannya.”

Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga terjadi lagi gempa bumi. Lalu, beliau segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Sesungguhnya gempa ini adalah teguran dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta, hendaklah bersedekah dengannya.”

 Katakanlah apa yang diucapkan Nabi Adam Alaihi Salam saat terusir dari surga:

ربَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الاعراف[٧] : ٢٣

“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf [7]: 23)

Dan katakan pula, apa yang diucapkan Nabi Nuh Alaihi Salam:

,…وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ (هود [١١]: ٤٧)

“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Hud [11]: 43)

Juga doa Nabi Yunus Alaihi Salam:

,…لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (الانبياء[٢١] : ٨٧)

“Tidak ada Tuhan selain Engkau (ya Allah), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS Al-Anbiya’ [21]: 87)

Sikap Terbaik Dengan Mengambil Hikmah

Terjadinya musibah, orang beriman harus bisa mengambil hikmah, memetik pelajaran berharga dari setiap peristiwa, sebagai bekal untuk meniti kehidupan selanjutnya.

Musibah datang, sejatinya agar manusia sadar, bahwa dirinya adalah makhluk yang sangat lemah lagi faqir di hadapan . Maka, tidak ada yang pantas disombongkan, tidak ada yang layak untuk dibanggakan.

Dr Aid Al-Qarni dalam bukunya, Laa Tahzan, mengatakan, musibah serta bencana diturunkan kepada manusia, untuk menunjukkan bahwa hanya Allah lah yang Mahakuasa.

Allah adalah Al-Jabbar, Dia melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, tidak bisa diatur-atur, tidak bisa diintervensi makhluk-makhluk-Nya.

Akan tetapi, Allah juga Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hambanya. Bersama dengan musibah, Allah melimpahkan kasih sayang, berupa kafarah (penghapus dosa) bagi orang beriman.

Aid Al-Qarni mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang menyatakan, seandainya seseorang tahu akan hikmah, kenikmatan dan pahala yang Allah Ta’ala sediakan bagi yang terkena musibah, niscaya manusia akan menghadapinya dengan sabar, tenang dan ridha terhadap segala takdir yang ditetapkan untuknya.

Sebagai penutup mari kita berdoa, semoga Allah memberi kekuatan, ketabahan, kesabaran dan kemudahan kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah, merahmati dan mengampuni segala dosa kaum Muslimin yang wafat dalam musibah.

Kiranya Allah menjaga kita dari segenap dan segala  musibah, melindungi kita dari segala bencana, serta memberi kekuatan dan kelapangan kepada kita semua untuk dapat membantu saudara-saudara kita yang sedang kesusahan atau tertimpa musibah.