Analisis
Semiotik Pada Film Animasi Nussa Dan Rara episode 1 sampai 5 (Teori Roland
Barthes)
(Oleh:
Irwan Amrullah)
Juruasan Komunikasi Falkutas Ilmu Komunikasi Dan Penyiaran Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Jawa Barat, Jl. Pondok Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Email: Irwan.sas47@gmail.com
ABSTRAK
Saat ini aktifitas dakwah tidak hanya dilakukan dengan media konvensional, tapi sudah menggunakan media lain seperti media sosial dan internet, salah satunya yaitu media sosial YouTube,media sosial yang menayangkan film serial animasi Nussa yang bertemakan islami. Penelitian ini bertujuan guna mengetahui nilai-nilai Islam apa saja yang terkandung dalam serial animasi Nussa episode 1-5.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis semiotik Roland Barthes, Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data adalah analisis semiotika Roland Barthes.
Teori Barthes membagi tanda berdasarkan penanda dan petanda kemudian menghasilkan denotasi, konotasi dan mitos. Nilai-nilai islami atau pesan dakwah yang ada pada setiap episode film dapat diketahui unsur dakwahnya setelah dianalisis menggunakan teori Roland Barthes.
Hasil keseluruhan penelitian ini menemukan bahwa, pesan dakwah atau nilai-nilai Islam yang terkandung pada setiap episode pada film ini adalah keberanian, kebersihan, adab atau etika, menolong sesama, bersedekah, menyampaikan ilmu, keikhlasan. Yang dikelompokan berdasarkan aspek pokok dalam nilai-nilai Islam yaitu nilai akhlak, nilai akidah dan nilai syari’ah. Kata Kunci : Pesan Dakwah, film Animasi Nussa, Semiotik Roland Barthes
PENDAHULUAN
Saat ini kita dihadapkan dengan era digital
yang penyebaran informasi berlangsung begitu cepat, mudah diakses dan
menimbulkan ledakan informasi. Inilah era dimana teknologi informasi
mendominasi di segala bidang termasuk dakwah.
Sejalan dengan itu, media dakwah pun menjadi
semakin variatif dalam menyampaikan pesan secara lebih efektif dan efisien.
Melalui internet, dakwah memainkan perannya dalam menyebarkan informasi tentang
Islam ke seluruh penjuru dunia tanpa mengenal waktu dan tempat. Semua orang
dari berbagai etnis dan beragam usia dapat mengaksesnya dengan mudah.
Sejalan dengan itu kini dakwah tengah berada di
era kontemporer, atau istilahnya dakwah kontemporer, yakni dakwah menggunakan
teknologi modern melalui sosial media atau media massa, yakni media visual,
audio, dan audiovisual. (Ardhana, 1995 : 11).
Di antara media massa yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dakwah di era modern saat ini ialah menggunakan media audio
visual atau melalui film. Karena film termasuk bagian dari media massa edukasi,
Fungsi media massa adalah untuk menyampaikan informasi ( to inform), untuk
mendidik (to educate), untuk mempengaruhi (to persuate), dan untuk menghibur
(to entertain). Sebagai media edukasi, peran film sangat penting untuk
membangun karakter (character building). (Asep Muhiddin, 2002: 40)
filam sebagai media komunikasi yang sagat baik
dalam menyampaikan sebuah pesan atau gagasan-gagasan yang di bentuk audiovisual
atau tontonan yang dapat menyentuh dan diterima dengan baik di masyarakat serta
mampu menjangkau banyak segmen sosial.
Film juga bukan tercipta dari khayalan semata,
tetapi juga mengumpulkan berbagai data dan informasi, atau realitas kehidupan
saat ini. Film juga mengandung nilai-nilai spiritual, budaya, sosial dan
nilai-nilai kehidupan lainnya yang diharapkan mampu mempengaruhi penonton. Salah
satu keunggulan film juga adalah mampu memvisualisasikan berbagai karakter
manusia sehingga dengan mudah dapat mengintervensi atau mempengaruhi penonton.
Dengan kecanggihan teknologi, melihat video
atau sebuah film saat ini sudah bisa dilakukan dengan menggunakan handphone. Dan
salah satu media yang menyediakan berbagai macam video serat film yang sangat
digemari oleh berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa yaitu
Youtube. Youtube merupakan sebuah media yang menfasilitasi penggunanya untuk
bisa melihat berbagi video serta film. Hingga saat ini Youtube telah diunduh
lebih dari 5 juta kali. Di Youtube terdapat banyak content creator yang
menyajikan film dan vidio dengan tayangan atau konten yang beragam.
Salah satu content creator yang terdapat di
Youtube adalah akun Nussa Official. Akun tersebut mempublikasi film pendek
berupa animasi yang bertemakan Islami. Tayangan pada akun Youtube Nussa
Official memiliki dua karakter utama kakak beradik, Nussa dan Rara. Nussa dan
Rara merupakan akronim dari Nusantara. Animasi ini merupakan produk rumah
animasi The Little Giantz.
Menurut keterangan Ustadz Bilal selaku pegawai
pembuatan film animasi Nussa dan Rara bagian pembuat animasi, Yang berhasil
kita wawancarai dikediamannya menuturkan, Sebagai film pendek bertemakan
Islami, Nussa dan Rara hingga saat ini 2020 telah memiliki 6,4 juta subscriber
di akun Youtubenya. Dengan jumlah tersebut, membuat Nussa Official menjadi akun
Youtube film pendek bertema Islami dengan pengikut terbanyak dan tercepat di
Indonesia.
Berangkat dari fenemona tersebut, maka peneliti
memutuskan untuk melakukan kajian lebih mendalam terhadap film animasi Nussa
dan Rara dalam rangka memahami komunikasi dakwah dan nilai-nilai islam atau
pesan dakwah yang terkandung dalam film
Nussa tersebut menggunakan analisis
semiotika Roland Barthes.
Semiotika Roland Barthes menjadi kerangka teori dalam memahami dan memaknai tanda-tanda atau lambang yang ada dalam film animasi Nussa dan Rara, terutama yang berhubungan dengan komunikasi dakwah, secara umum, film di bangun dengan banyak tanda dan lambang yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang di harapkan.
RISET SEBELUMNYA
Pada penelitian terdahulu yang disebutkan pada
tinjauan pustaka diatas, yaitu skripsi yang berjudul “Makna Pesan Dakwah dalam
Film Animasi Adit dan Sopo Jarwo Episode 22 (Kabar Burung Bikin Bingung)
semiotika Roland Barthes”, oleh Ihsan Almandari tahun 2018 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
Terdapat perbedaan pada peneliti yang kami lakukan yaitu di objek penelitian,
persamaannya di kerangka berpikir yang kami gunakan.
Penelitian ini membahas tentang makna pesan
dakwah yang disimbolkan melalui penokohan Sopo dan Jarwo dalam film “Animasi
Adit dan Sopo Jarwo episode 22 (Kabar Burung Bikin Bingung)”. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi serta menganalisis makna pesan dakwah yang
disimbolkan dalam film “Animasi Adit dan Sopo Jarwo” terkhusus pada tokoh Sopo
dan Jarwo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian di atas menggunakan
analisis dokumen.
Meskipun penelitian ini mendapatkan rujukan dari sekripsiatau kajian sebelumnya serta sama-sama meneliti tentang film, akan tetapi penelitian ini memiliki perbedaan daripada skripsi dan kajian sebelumnya yaitu pada fokus penelitiannya. Penelitian ini fokus pada simbol dan makna komunikasi dakwah atau mengetahuai nilai-nilai islam yang ditampilkan dalam film animasi “Nussa dan Rara epieode 1 samapi 5.” Penelitian ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yang meneliti bagaimana komunikasi dakwah digambarkan dalam adegan atau scene visual, audio atau narasi didalam filam tersebut.
KERANGKA TEORITIK
rumusan masalah pada bab 1, dapat ditarik
beberapa teori yang di anggap relevan dan mendukung eksistensi penelitian ini.
Teori- teori tersebut adalah:
1. dakwah
2. Komunikasi Dakwah
3. Komunikasi massa
4. Film Animasi
5. Analisis Semiotik
Penelitian ini akan menguraikan setiap poin
definisi dari setiap konsep yang akan mendukung dalam penelitian ini, yang
pertama konsep dakwah. Menurut Ardhana, 1995. Dakwah merupakan tugas mulia dari
setiap individu Muslim yang baliqh dan berakal baik laki-laki dan perempuan,
sudah menjadi komitmen bahwa setiap individu muslim memanggul tanggungjawab,
tugas dan kewajiban menjadi pendawah atau biasa di sebut da’i. Artinya setiap
individu muslim bertugas dan berkewajiban sebagai penyeru, pengajak, dan
pemanggil kepada ummat untuk melaksanakn Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar. Mengajak
kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Yang kedua konsep tentang Komunikasi Dakwah
menurut Laswell adalah sebuah proses komunikasi yang saling berkaitan satu sama
lain, terdiri komunikator atau da’i yang mempunyai motif atau apa yang
dipikirkannya, lalu di olah menjadi pesan, atau pesan-pesan dakwah yaitu
berisikan nilai-nilai islam, di sampaikan ke Komunikan atau Mad’u, melalului
Cannel, Media atau saluransaluran tertentu, baik secara langsung atau tidak
langsung, dengan diharapkan terjadinya dampak (efek), terdiri dari perubahan
kepercayaan, sikap dan tingkah laku komunikan atau mad’u ke arah yang di inginkan
komunikator
Yang ketiga teori atau konsep komunikasi massa,
komunikasi massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa atau media cetak dan elektronik, sedangkan komunikasi massa yang di
tampilkan oleh Lasswel juga bisa gunakan dalam mengkaji secara mendalam
komunikasi dakwah pada film.
Penegasan tentang unsurunsur komunikasi di atas
itu adalah sebagai berikut, komunikator, menyampaikan motif komunikasi dakwah,
melalui saluran atau medianya (film ) dengan penerima atau penonton film dan
efeknya mengimani apa yang di sampaikan atau pesan dakwah yang terdapat pada
film tersebut.
Yang keempat konsep film animasi, Film sebagai
media komunikasi massa dipertunjukan di bioskop dengan jenis cerita yang
terdiri dari film drama, komedi, musik, action, horor, anak-anak, dan science
fiction. Film berkembang menjadi sebuah media ekpresi dan mempunyai nilai
komersial yang tinggi. (Baksin, 2003: 6)
Film animasi juga dikatakan merupan film hasil
dari pengolahan gamabar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak, pada awal
penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang
kemudian diputar sehingga muncul efek gambar bergerak, namun dengan
perkembangan teknologi saat ini dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan
film animasi jadi sangat mudah dan cepat.(Wikipedia.org)
Dan yang kelima konsep atau teori tentang analisis semiotik Roland Barthes, berfokus perhatian tertuju pada gagasan tetang signifikasi dua tahap. Barthes seperti yang dikutip oleh Fiske menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer (penanda) dan signified (pertanda) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal disebutnya sebagai denotasi. Sedangkan konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikasi tahap kedua, Pada signifikasi tahap kedua yang berkaitan dan isi, tanda bekerja melalui mitos. Dalam teori Barthes, semiotika menjadi dua tingkatan pertanda lalu menimbulkan makna mitos.
METODE PENELITIAN
Tempat,
waktu, dan Subjek Penelitian
1. Tempat penelitian di Desa Pasir Angin,
Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. Provinsi Jawa Barat. Di Akun Youtube Nussa
Offecial
2. Waktu 14:56. Tanggal 07 Agustus, 2020.
3. Subjek ini adalah film Animasi Nussa dan Rara yang tayang di YouTubenya yang melakukan penelitian dengan potongan gambar (Scean) atau visual yang terdapat dalam filam Animasi Nussa dan Rara episode 1 sampai 5 yang memiliki makna denotasi, konotasi dan mitos, untuk mengetahui isi komunikasi dakwah apa saja terdapat dalam film, atau sesuai dengan rumusan masalah.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah menggunkan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis dan analisi isi
(Content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap
isi suatu informasi yang terdapat dalam media massa, metode penelitian
kualitatif juga digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. (Eriyanto, 2013: 46)
penelitian kualitatif juga memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan komunikasi dakwah dalam film Animasi Nussa dan Rara episode satu sampai lima yang tayang di Chanel YouTubenya. Pelopor Analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang melopori tehnik symbol coding, yaitu yang mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
METODE ANALISIS DATA
Teknik pengumpulan data, data dibagi menjadi
dua, yaitu data primer dan data sekunder.
data primer adalah berupa data yang diperoleh rekaman video film
“Animasi Nussa dan Rara episode 1 sampai 5”, yang kemudian dibagi per scene dan
dipilih adegan-adegan yang sesuai rumusan masalah yang dugunakan untuk
penelitian.
Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh
dari dokumen, atau literaturliteratur yang mendukung data primer, seperti
buku-buku, artikel, jurnal, majalah, catatan kuliah, kamus istilah, internet
dan sebagainya yang sesuai dengan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
mengambil dokumentasi dari akun Youtube Nussa Official, ditambah dengan
artikel, opini, video dalam bentuk web maupun buku yang berkaitan dengan akun
Youtube Nussa Official. (Djam’an Satori, 2014: 105)
Analisa data dilakukan dengan dua cara, yang
pertama observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas
terhadap objek penelitian dan unit analisis. Dengan cara menonton dan mengamati
adegan-adegan dan dialog dalam filam “Animasi Nussa dan Rara pada episode 1
sampai 5 yang tayang di Chanel YouTubenya”. Kemudian kedua memilih dan
menganalisa sesuai dengan model
penelitian yang diinginkan.
Setelah data primer dan sekunder terkumpul,
kemudian diklarifikasikan sesuai dengan petanyaan penelitian yang telah
ditentukan. Setelah data terklarifikasi dilakukan analisis data menggunakan
model semiotika Roland Barthes yaitu dengan cara mencari makna denotasi, konotasi dan mitos dalam
setiap masing-masing scene yang menghasilkan tanda secara objektif untuk
memahami makna dan isi komunikasi dakwah yang tersirat dalam film Animasi Nussa
dan Rara pada episode 1 sampai 5 yang tayang di media social Youtubenya.
HASIL PENELITIAN
Pesan dakwah yang terkandung pada episod 1 yang
berjudul “Tidur Sendiri Gak Takut”, dimana Nussa menyampaikan nilai aqidah dan
nilai syari’ah, berupa keyakinan kepada Allah bahwa Nussa dan Rara senangtiasa
dalam lindungan Allah ta’alla, kemudian keberanian, dimana Nussa mengajarkan
Rara agar tidak takut tidur sendirian, lalu kebersihan, dimana Nussa
mengajarkan Rara untuk membersihkan tempat tidurnya terlebih dahulu sebelum
tidur.
Simbol denotasi pada Scean ini gambar pertama
menggabarkan Nussa berada dalam satu ruangan yaitu kamar Rara yang tertiup
angin. Lalu simbol konotasi yaitu Rara dengan wajah takut dan serius
mendengarkan Nussa yang sedang memberi arahan dan nasehat kepadanya. Dan makna
mitos pada scene dan episode ini adalah “Kebersihan” yaitu dengan membersihkan
diri dan tempat tidur sebelum tidur.
Pesan dakwah yang terdapat pada episode ke 2
yang berjudul “makan jangan asal makan” yaitu nilai syari’ah atau adab yang
berupa berdoa sebelum makan, mencuci tangan, menggunakan tangan kanan, makan
sebari duduk, dan jangan meniup makanan yang panas serta minum air tiga
tegukan. Anjuran berdoa sebelum makan.
Simbol Denotasi pada scene ini adalah Pada
gambar satu, dua dan tiga, yaitu Nussa berada dalam satu ruang makan keluarga,
disana Nussa melihat Rara yang mau mengambil makanan yang berada di meja makan.
Pada gambar kedua Nussa menium peluit, lalu menghampiri Rara dan melarang Rara
mengambil makanan yang berada di meja.
Pesan dakwah yang terdapat pada episode ke 3
yang berjudul “Dahsyatnya Bismillah.” Yaitu nilai syari’ah agar selalu membaca
Bismillah sebelum melakukan kegiatan apapun agar terhindar dari gangguan syetan
dan mendapat keberkahan dari Allah, Sedangkan nilai aqidah berupa, Nussa dan
Rara percaya bahwaketika semua kegiatan diawali membaca Bismillah maka Allah
akan melindungi mereka.
Simbol denotasi yang terdapat pada Scene dan
Episode ini di gambar pertama, Nussa, Rara dan Anta yaitu (kucing) yang hendak
bermain sepeda, tak lupa Nussa memeriksa kembali keamanan mereka, hingga
akhirnya Nussa merasa siap dan mulai mengayuhkan sepedanya dengan membonceng
Rara dan Anta (kucing).
Makna konotasi pada scena dan episode ini
ketika Nussa dan Rara mendadak panik saat Anta yang berada di tas punggung
milik Rara tiba-tiba meronta-meronta dan menyebabkan Nussa dan sepedanya
kehilangan keseimbangan yang menyebabkan
mereka bertiga terjatuh, scene ini diambil dengan Medium Long Shot ketika
mereka terjatuh dari sepeda yang mereka kendarai.
Makna mitos pada scene dan episode tiga ini
adalah “Membaca Bissmillah,” bagi kaum muslimin membaca bissmillah adalah salah
satu perintah atau syari’at yang dicontohkan oleh Rasullullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, Bismillah memiliki keutamaan yang luar biasa dalam kehidupan
seorang muslim. Lafal Basmalah berupa Bismillahirrahmaanirrahim juga menjadi
awal dari setiap penciptaan.
Pesan dakwah atau nilai islam yang
dikomunikasikan oleh Nussa dan Rara pada episode 4 kali ini yang berjudul
“Ngobrol Bareng Nussa dan Rara” yaitu ada nilai akhlak, nilai akidah, dan nilai
syari’ah. Pada nilai syariah berupa membaca, Bismillah ketika hendak melakukan
segala kegiatan atau aktivitas dikehidupannya sehari-hari.
Simbol denotasi yang terdapat pada Scene dan
Episode ini, Pada gambar pertama Nussa dan Rara sedang menghadiri acara Talkshow yang akan
mewancarai.Nussa dan Rara perihal kerjasamanya memproduksi serial animasi
bersama The Little Giantz yaitu salah satu perusahaan animasi indonesia yang
sudah bertaraf internasional, sebelum memasuki acara TalkShow yang dipandu oleh
Bang Rio, tak lupa Nussa dan Rara membaca Bismillah atau hamdallah sebagai
wujud berserah diri kepada Allah dan meminta pertolongannya agar acara berjalan
lancar.
Makna konotasi pada scena dan episode 4 ini
ketika Nussa dan Rara ditanya oleh Bang
Rio selaku Host dalam Talkshow tersebut mengenai cita-cita nya, lalu Nussa dan Rara menjawab pertanyaan
tersebut dengan percaya diri dan gembira, Rara menjawab ingin menjadi pembalap
mobil, lalu Nussa ingin menjadi hafidz astronot, lalu Host bertanya lagi ke
Nussa, “Tadi Nussa bilang kalau cita-citanya mau jadi hafidz astronot, nah
seandainya disuruh milih salah satu, Nussa pilih mana?” Nussa pun berpikir
sejenak, karena akidah nussa sangat baik, maka Nussa memilih menjadi hafidz
yang kelak bisa membawa Umma, Abah, dan Rara masuk surganya Allah. Makna mitos
pada scene dan episode 4 ini adalah makna “Akidah” yang di tunjukkan oleh Nussa
dan Rara dengan membaca doa (Bismillah), dan mengenai memilih cita-cita yang
ingin dicapai.
Pesan dakwah atau nilai islam yang
dikomunikasikan oleh Nussa dan Rara pada episode 5 kali ini yang berjudul
“Senyum Itu Sedekah” yaitu adalah nilai syari’ah berupa sedekah pada anak
yatim, menolong sesama dan menyambung tali silahturahmi. Simbol denotasi yang
terdapat pada Scene dan Episode 5 ini adalah Nussa sedang merapihkan baju dan
barang-barang lalu di masukkan ke kardus yang akan disumbangkan ke panti
asuhan, tiba-tiba Rara bingung barang apa yang akan di sumbangkan kepanti
asuhan, lalu Rara teringat pada boneka kesayangannya.
Makna konotasi pada scena dan episode 5 ini,
Nussa, Rara, dan Umma berangkat kepanti asuhan untuk mengantarkan barang-barang
sumbangannya, Nussa dan Umma memberikan barang-barang tersebut yang sudah
dipilihnya kepada pengasuh panti asuhan, Nussa sadar sedari tadi tidak melihat
Rara, Nussa pun pergi mencari Rara, Nussa mendapati Rara yang ternyata sedang
bercengkrama dengan para penghuni panti asuhan. Medium Long Shot menggambarkan
keadaan Rara yang sedang bercengkrama dengan penghuni panti asuhan dengan kadaan
damai, riang dan gembira.
Makna mitos pada scene dan episode 5 ini adalah makna “Sedekah” yang di tunjukkan oleh Umma, Nussa, dan Rara dengan menyedekahkah pakaian dan barang-barang yang baik dan bagus ke Panti Asuhan. Bersedekah merupakan perbuatan mulia karena bisa mendatangkan kecintaan Allah dan seluruh makhlukNya.
KESIMPULAN
Kesimpulan atau hasil penelitian pada sekripsi
ini, peneliti juga mengacu pada perumusan masalah, dengan melihat melalui
pendekatan teori Semiotika Roland Barthes, maka kesimpulan selanjutnya pada
peneliti terhadap rumusan sebagai berikut:
Denotasi pada Film Animasi Nussa dan Rara
episode 1 sampai 5 mengambil gambar atau visual yang dibagi perscenenya, yang
mewakili makna denotasi yang mempunyai simbol-simbol komunikasi dakwah islam. Lalu
makna konotasi yang terdapat dalam film animasi Nussa dan Rarra pada episode
atau scene yang berhasil diteliti, adalah sikap seorang muslim dalam hal ini
Nussa dan Rara melakukan kegiatan atau aktivitas kehidupan sehari-harinya yang
selalu menerapkan adab atau etika baik yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad Sallallahu
Alaihi Wa Sallam.
Seperti konotasi yang pada adegan ini juga
terlihat bahwa Nussa menemui Rara yang sedang ketakutan. Lalu memperlihatkan
Nussa memberi peringatan ke Rara agar jangan makan asal makan, Makna konotasi
selanjutnya yaitu Rara mengingatkan Nussa bahwa mereka lupa membaca bissmillah
sebelum bermain sepeda, Lalu ketika nussa ditanya prihal memilih cita-cita, Dan
yang terahir Nussa dan Rara sedang bersama-sama sedekah senyum dengan penghuni
panti asuhan.
Mitos yang terdapat pada film animasi Nussa dan Rara episode 1 samapi 5 adalah pesan-pesan dakwah dalam episode 1 sampai 5 ialah kebersihan, adab-adab atau etika yang syar’i sebelum memakan makanan. pesan akidah yaitu membaca “Bismillah” sebelum melaksanakan kegiatan, lalu akidah yang kuat, yang di tunjukkan oleh Nussa dan Rara dengan membaca doa, dan mengenai memilih cita-cita yang ingin digapai, serta makna “Sedekah” yang di tunjukkan oleh Umma, Nussa, dan Rara dengan bersedekah barang-barang yang baik dan bagus ke Panti Asuhan.
REFERENSI
Ali Aziz, Moh, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media Group,
2009),6-9
Aliyuddin, 2009: 3 “Metode Dakwah”
Abdul, Muhamad, Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh
Al-Qur’an, (cairo; Dar Al-Kutub Al-‘Arabiyah), 120.
Asep Muhiddin,
Dakwah dalam perspektif Al-Qur’an, (Bandug: Pustaka setia, 2002) 40
Adinda & Adjie, 2011. Film Animasi. Sebagai
media dakwah. Bandung
Ardhana,1995:11 dalam “Konsep Pemikiran Islam”,
Al-Adabus Syar’iyah no: 3/193.
Abdurahman, Kedahsyatan Bersedekah,
(Yogyakarta: Pustaka Rama, 2010),
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, h.
868.
Abdul Muchid, Dakwah Melalalui Film, Dakwah dan
Komunikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi. (Surabaya:Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel,2011) hl. 2.
Bachtiar, Wardi, (1997) Metodologi Penelitian
Ilmu Dakwah, Logos, Jakarta. Christomy, 2004: 94
Departemen Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup:
Tafsir Al-Qur‟an Tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2009),
h. 183
Dani, “Ada Sedekah di Sekolah”,
www.pondoktrimurti.com dalam google.com.
Effendi, 2009. 9-12. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek, Bandung: Rosdakarya.
Enjang dan Aliyuddin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah
(Bandung,Widya Padjajaran,2009. 3),
Fathul Wahid, E-dakwah Melalu Internet
(Yogyakarta: Penerbit Gaya Media, 2004), 17. Fahrur Mu‟is, Sedekah Tanpa Uang,
(Solo: Aqwam, 2010). hal.57.
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Burnikan,
Pengantar Studi Aqidah Islam, terj. Muhammad Anis Matta, Jakarta: Robbani
Press, 1998, hlm. 4.
Husein Machnun, “Hukum Islam di Dunia Modern,”
Amarpres, Jakarta. 1994, hal 17.
Juli Soemirat, Kesehatan Lingkungan,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2011), h. 43 Kurniawan,
Semiologi Roland Barthes (Magelang:Indonesiatera, 2001), 53.
Moh. Ali Aziz,“Ilmu Dakwah”, (Jakarta:Kencana
Prenada Media, 2004) hlm. 10
Mulyana, 2011. Buku “Dasar -Dasar Komunikasi”
Rosdakarya. Bandung
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqh Praktis menurut
Al-Qur’an, As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 1999) hal.330.
Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih,
(Jakarta: Gema insani, 1991) hal. 104
Muhammad Bagir, Fiqih Praktis I: Menurut
Al-Qur‟an, As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama, (Bandung: Penerbit Karisma,
2008), h. 48
Muhammad Said Mursi,
Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2001), hal.293. Muhammad Said Mursi, Seni Mendidik Anak..., hal.299.
Mahmud Junus, Al Qur’an Al Karim, (Bandung: PT
Al-Ma‟arif, 1986) , hal.41. Mahmud Junus, Al Qur’an Al Karim, (Bandung: PT
Al-Ma‟arif, 1986) , hal. 41
Muhammad Bin Ismail Abu Abdillah, 1994: 398 Nurudin,
2007: 9. Pengantar Komunikasi Massa
Nawiroh Vero, Semiotika dalam Riset Komunikasi
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014),14.
Permadi, R. Yudi. Tim Semiotika, Rekatama Media, Bandung, 2017.
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991). hal.764. Romli,
2009: 13. Dasar- dasar Komunikasi Dakwah Restu Kartiko Widi, dalam bukunya yang
berjudul “Asas Metodologi Penelitian”. Terbitan Graha Ilmu, Yogyakarta. 2010,
hal 236.
Sobur, Alex “Semiotika Komunikasi”. Rosda. Yogyakarta. 2004, hal 126
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta;
Amzah,2009), hal. 2
Suprapto, MS. Pengantar Teori Komunikasi. Media
Presindo, Yogyakarta. 2006, Hal 114.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, (Bandung :
Al-Ma‟arif, 1993), hal.139.
Untung Yuwono dan Christomy, Semiotika Budaya,
UI Depok, 2004. hl 94 Udin, 1997: 48-50. Metode Dakwah
Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin, Ilmu
Kesehatan Mayarakat: Teori dan aplikasi, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h.
274
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cetakan ke-3, 2006, hlm.
27.
Wajih Mahmud, Sedekah Tanpa Harta, (Klaten:
Wafa Press, 2008 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988). hal.456.
0 Komen-Komen:
Post a Comment