Setiap muslim pastilah memiliki cita-cita
mulia. Berhasil mendapatkan capaian ilmu yang mumpuni, menghasilkan karya-karya
yang banyak dan keshalihan yang tinggi, hingga akhirnya meraih kenikmatan
jannah yang abadi. ltulah dambaan, impian sekaligus idealisme masa depan yang
dicinta setiap manusia.
Hanya saja, seringkali kecenderungan dan
keinginan nafsu berbenturan dengan apa yang diidamkan dan diinginkan oleh hati dan akal sehatnya,
Cita-cita adalah capaian yang hendak dituju
sebagai harapan yang berasal dari hasil pemikiran matang, penuh kesadaran dan
hadir dari ketulusan hati yang paling dalam. Sementara rasa suka dan keinginan
biasanya muncul secara spontan, dan lebih dipengaruhi oleh dorongan nafsu.
Seribu Keinginan Nafsu
Sebagai sampel yang memperjelas perbedaan
antara keduanya adalah hadits Nabi Muhammad ﷺ
bersabda, "Jannah diselimuti oleh berbagai hal yang tidak disukai.
" (HR Muslim)
Ketika seseorang memiliki cita-cita masuk
jannah, maka dia harus menempuh apa-apa yang tidak disukai nafsunya, dan
meninggalkan keinginan-keinginan nafsunya.
Nafsu ingin makan minum sesuai selera, namuñ
cita-cita jannah mengharuskan ia mencukupkan dengan yang halal saja.
Nafsu ingin menjalin hubungan dengan setiap
wanita yang disukainya namun cita-cita jannah mengahruskan ia mengikuti batasan
yang ditetapkan oleh Allah yang memiliki jannah,
Begitulah, antara cita-cita dan keinginan takberjalan seirama. Inilah konsekuensi yang harus dibayar untuk sebuah cita-cita
serta bagi seorang yang ingin terwujud cita-citanya.
Anehnya,
banyak orang-orang yang berjalan sesuai keinginan nafsunya saja, menempuh
jalan menuju neraka, lalu berharap bahwa finish dari perjalanannya adalah
jannah. Padahal kita ketahui masing-masing jalan memiliki karakter yang
berbeda, dan berakhir pada finish yang berbeda pula.
Maka kita dapatkan, keinginan nafsu berdiri sebagai
penghalang cita-cita. Termasuk dalam hal duniawi, apalagi ukhrawi, cita-cita
ingin kaya, tapi leha-leha lebih dia suka dari pada gigih dalam bekerja.
Berharap menjadi ulama atau cendikia serta
pengusaha sukses, tapi lebih suka mengisi waktu dengan hiburan katimbang
membaca buku dan menghadiri majlis ilmu.
Juga ingin memiliki tubuh yang sehat selalu,
tapi lebih suka makanan enak yang
beresiko daripada menu yang sehat, dan begitulah seterusnya, itu sia-sia belaka,
semua berfinis pada harapan yang semu belaka.
Ambil pula contoh dari diri kita sendiri.
Cobalah kita pikirkan, masa depan seperti apa yang ingin kita dapatkan, lalu
bandingkan dengan keinginan-keinginan yang antri berdatangan, niscaya kita dapatkan keduanya saling sejajar dan sama
jumlahnya.
Padahal sunnatullah yang berlaku, Allah
menghendaki bagi siapapun yang memiliki cita-cita, ia harus mengorbankan banyak
keinginan yang bertentangan dan menghalangi cita-cita.
Imam Hasan abBashri tahimahullah betkata, “Takkan
kau dapatkan apa yang kamu cinta, kecuali dengan meninggalkan apa yang kamu
suka. "
Kisah Tokoh Umat Islam
Para imam dan tokoh-tokoh umat Islam menjadí
contoh nyata tentang hal ini, Tidaklah mereka sampai ke derajat yang sedemikian
rupa, kecuali telah melampaui fase ini, Mereka meninggalkan hobi dan kesenangan
yang berpotensi merampas cita-cita mereka.
Imam Bukhari dengan kecerdasan dan kekuatan
hafalan yang luar biasa, itu karena banyak kesenangan ragawi yang berhasil
beliau tinggalkan. Beliau sedikit tidur di malam hari, meski tabiat manusia
ingin berlama-lama untuk tidur.
Beliau pernah bangun dari tidurnya di suatu
malam, lalu beliau menyalakan lampu dan mencatat ilmu yang terlintas di
benaknya, lalu ia mematikan lampu kembali.
Kemudian, ia bangun Iagi dan melakukan hal yang sama.
Demikianlah, sampai hal itu terjadi lebih
kurang dua puluh kali, seperti yang tersebut
dalam kitab 'Shafahaat min Shabril Ulama'.
Menghadapi Seribu Ujian
Tak hanya menahan diri dari seribu keinginan
yang menghalangi cíta-cita, namun juga dibutuhkan kesabaran menghadapi seribu
ujian dalam perjalanan. Dia harus bersabar menikmati pahit getirnya perjuangan.
Kita perhatikan nasihat Hasan al-Bashri, dia
berkata, "Takkan kau raih cita-cita, kecuali dengan bersabar
terhadap apa yang tidak karna suka.
"
Kalaulah bukan karena keletihan dan kepayahan tentu
semua manusia akan menjadi tokoh, jumlah yang mampu menggapai cita-cita hanya sedikit,
karena sedikit yang mampu bertahan menghadapi panasnya ujian dan derasnya hujan
penderitaan.
Imam asy-Sya'bi rahimahullah yang kecerdasannya
luar biasa, saat ditanya, "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu sebanyak
ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa berpangku tangan, mengembara
ke pelosok negeri, dengan bersabar tanpa kefuhan layaknya benda mati, dan
dengan berpagi-pagi dalam mencan Ilmu. "
Semakin tinggi cita-cita, makin besar pula
ujian merintang yang akan hadapan. Tidak aneh, jika para Nabi adalah orang yang
paling berat ujiannya di antara manusia, karena bersikeras untuk bisa
menggapainya serta kuat menahan keinginan nafsu.
Ringkasnya, kita tidak perlu takut untuk
bercita-cita, yang kita butuhkan adalah kesiapan kita menghadapi konsekuensi
yang harus kita bayar untuk mewujudkannya.
Seperti dikatakan ahli yang memiliki cita-cita besar, hendaknya menyiapkan
ketahanan diri menghadapi seribu ujian, dan hendaknya menahan seribu keinginan
sebelum sampai kepada tujuan.
Kalaulah bukan karena beratnya masyaqqah
(keletihan dan kepayahan) tentu semua manusia akan menjadi tokoh. Jumlah mereka
sedikit, karena hanya sedikit yang mampu bertahan menghadapv panasnya ujian dan
hujan penderitaan.
Ada imam asy-Sya'bi rahimahullah yang memiliki
ilmu dan kecerdasan luar biasa, saat ditanya, "Bagaimana Anda mendapatkan
ilmu sebanyak ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa berpangku tangan,
mengembara ke pelosok negeri, dengan bersabar tanpa keluhan layaknya benda
mati, dan dengan berpagi-pagi dalam mencari ilmu."
Semakin tinggi cita-cita, makin besar pula
ujian merintang di hadapan. Tidak aneh, jika 25 Nabi dan Rasul adalah orang
yang paling berat ujiannya di antara manusia.
Ringkasnya, kita tidak perlu takut untuk
bercita-cita, hanya saja yang kita butuhkan adalah kesiapan kita menghadapi
konsekuensi yang harus kita bayar untuk mewujudkannya.
Seperti dikatakan ahli. “Bagi yang memiliki
cita-cita besar, hendaknya menyiapkan ketahanan diri menghadapi seribu ujian,
dan hendaknya menahan seribu keinginan
sebelum sampai kepada tujuan."
Semoga Allah memudahkan jalan kita untuk
meraih cita-cita dan suatu harapan yang baik untuk hidup kita dan keluarga
serta orang yang berada di sekitar kita. aamiin.