This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Seribu Keinginan, Seribu Ujian, Tips Menggapai Cita-Cita

 

Seribu Keinginan, Seribu Ujian, Tips Menggapai Cita-Cita

Setiap muslim pastilah memiliki cita-cita mulia. Berhasil mendapatkan capaian ilmu yang mumpuni, menghasilkan karya-karya yang banyak dan keshalihan yang tinggi, hingga akhirnya meraih kenikmatan jannah yang abadi. ltulah dambaan, impian sekaligus idealisme masa depan yang dicinta setiap manusia.

Hanya saja, seringkali kecenderungan dan keinginan nafsu berbenturan dengan apa yang diidamkan  dan diinginkan oleh hati dan akal sehatnya,

Sangat jarang kita dapatkan keserasian arahantara cita-cita dan rasa suka, antara impian dan keinginan meskipun antarakeduanya tampak mirip.

Cita-cita adalah capaian yang hendak dituju sebagai harapan yang berasal dari hasil pemikiran matang, penuh kesadaran dan hadir dari ketulusan hati yang paling dalam. Sementara rasa suka dan keinginan biasanya muncul secara spontan, dan lebih dipengaruhi oleh dorongan nafsu.

Seribu Keinginan Nafsu

Sebagai sampel yang memperjelas perbedaan antara keduanya adalah hadits Nabi Muhammad bersabda, "Jannah diselimuti oleh berbagai hal yang tidak disukai. " (HR Muslim)

Ketika seseorang memiliki cita-cita masuk jannah, maka dia harus menempuh apa-apa yang tidak disukai nafsunya, dan meninggalkan keinginan-keinginan nafsunya.

Nafsu ingin makan minum sesuai selera, namuñ cita-cita jannah mengharuskan ia mencukupkan dengan yang halal saja.

Nafsu ingin menjalin hubungan dengan setiap wanita yang disukainya namun cita-cita jannah mengahruskan ia mengikuti batasan yang ditetapkan oleh Allah yang memiliki jannah,

Begitulah, antara cita-cita dan keinginan takberjalan seirama. Inilah konsekuensi yang harus dibayar untuk sebuah cita-cita serta bagi seorang yang ingin terwujud cita-citanya.

Anehnya,  banyak orang-orang yang berjalan sesuai keinginan nafsunya saja, menempuh jalan menuju neraka, lalu berharap bahwa finish dari perjalanannya adalah jannah. Padahal kita ketahui masing-masing jalan memiliki karakter yang berbeda, dan berakhir pada finish yang berbeda pula.

Maka kita dapatkan, keinginan nafsu berdiri sebagai penghalang cita-cita. Termasuk dalam hal duniawi, apalagi ukhrawi, cita-cita ingin kaya, tapi leha-leha lebih dia suka dari pada gigih dalam bekerja.

Berharap menjadi ulama atau cendikia serta pengusaha sukses, tapi lebih suka mengisi waktu dengan hiburan katimbang membaca buku dan menghadiri majlis ilmu.

Juga ingin memiliki tubuh yang sehat selalu, tapi lebih suka  makanan enak yang beresiko daripada menu yang sehat, dan begitulah seterusnya, itu sia-sia belaka, semua berfinis pada harapan yang semu belaka.

Ambil pula contoh dari diri kita sendiri. Cobalah kita pikirkan, masa depan seperti apa yang ingin kita dapatkan, lalu bandingkan dengan keinginan-keinginan yang antri berdatangan, niscaya kita  dapatkan keduanya saling sejajar dan sama jumlahnya.

Padahal sunnatullah yang berlaku, Allah menghendaki bagi siapapun yang memiliki cita-cita, ia harus mengorbankan banyak keinginan yang bertentangan dan menghalangi cita-cita.

Imam Hasan abBashri tahimahullah betkata, “Takkan kau dapatkan apa yang kamu cinta, kecuali dengan meninggalkan apa yang kamu suka. "

Kisah Tokoh Umat Islam

Para imam dan tokoh-tokoh umat Islam menjadí contoh nyata tentang hal ini, Tidaklah mereka sampai ke derajat yang sedemikian rupa, kecuali telah melampaui fase ini, Mereka meninggalkan hobi dan kesenangan yang berpotensi merampas cita-cita mereka.

Imam Bukhari dengan kecerdasan dan kekuatan hafalan yang luar biasa, itu karena banyak kesenangan ragawi yang berhasil beliau tinggalkan. Beliau sedikit tidur di malam hari, meski tabiat manusia ingin berlama-lama untuk tidur.

Beliau pernah bangun dari tidurnya di suatu malam, lalu beliau menyalakan lampu dan mencatat ilmu yang terlintas di benaknya, lalu ia mematikan lampu kembali.  Kemudian, ia bangun Iagi dan melakukan hal yang sama.

Demikianlah, sampai hal itu terjadi lebih kurang dua puluh kali, seperti yang tersebut  dalam kitab 'Shafahaat min Shabril Ulama'.

Menghadapi Seribu Ujian

Tak hanya menahan diri dari seribu keinginan yang menghalangi cíta-cita, namun juga dibutuhkan kesabaran menghadapi seribu ujian dalam perjalanan. Dia harus bersabar menikmati pahit getirnya  perjuangan.

Kita perhatikan nasihat Hasan al-Bashri, dia berkata, "Takkan kau raih cita-cita, kecuali dengan bersabar terhadap  apa yang tidak karna suka. "

Kalaulah bukan karena keletihan dan kepayahan tentu semua manusia akan menjadi tokoh, jumlah yang mampu menggapai cita-cita hanya sedikit, karena sedikit yang mampu bertahan menghadapi panasnya ujian dan derasnya hujan penderitaan.

Imam asy-Sya'bi rahimahullah yang kecerdasannya luar biasa, saat ditanya, "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu sebanyak ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa berpangku tangan, mengembara ke pelosok negeri, dengan bersabar tanpa kefuhan layaknya benda mati, dan dengan berpagi-pagi dalam mencan Ilmu. "

Semakin tinggi cita-cita, makin besar pula ujian merintang yang akan hadapan. Tidak aneh, jika para Nabi adalah orang yang paling berat ujiannya di antara manusia, karena bersikeras untuk bisa menggapainya serta kuat menahan keinginan nafsu.

Ringkasnya, kita tidak perlu takut untuk bercita-cita, yang kita butuhkan adalah kesiapan kita menghadapi konsekuensi yang harus kita bayar untuk mewujudkannya.

Seperti dikatakan ahli  yang memiliki cita-cita besar, hendaknya menyiapkan ketahanan diri menghadapi seribu ujian, dan hendaknya menahan seribu keinginan sebelum sampai kepada tujuan.

Kalaulah bukan karena beratnya masyaqqah (keletihan dan kepayahan) tentu semua manusia akan menjadi tokoh. Jumlah mereka sedikit, karena hanya sedikit yang mampu bertahan menghadapv panasnya ujian dan hujan penderitaan.

Ada imam asy-Sya'bi rahimahullah yang memiliki ilmu dan kecerdasan luar biasa, saat ditanya, "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu sebanyak ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa berpangku tangan, mengembara ke pelosok negeri, dengan bersabar tanpa keluhan layaknya benda mati, dan dengan berpagi-pagi dalam mencari ilmu."

Semakin tinggi cita-cita, makin besar pula ujian merintang di hadapan. Tidak aneh, jika 25 Nabi dan Rasul adalah orang yang paling berat ujiannya di antara manusia.

Ringkasnya, kita tidak perlu takut untuk bercita-cita, hanya saja yang kita butuhkan adalah kesiapan kita menghadapi konsekuensi yang harus kita bayar untuk mewujudkannya.

Seperti dikatakan ahli. “Bagi yang memiliki cita-cita besar, hendaknya menyiapkan ketahanan diri menghadapi seribu ujian, dan hendaknya menahan seribu keinginan  sebelum sampai kepada tujuan."

Semoga Allah memudahkan jalan kita untuk meraih cita-cita dan suatu harapan yang baik untuk hidup kita dan keluarga serta orang yang berada di sekitar kita. aamiin.

 

Gempa Bumi Cianjur, Ketua MUI Ajak Masyarakat Untuk Perkuat Sedekah Untuk Korban Bencana

https://penahati-1307.blogspot.com/2022/11/gempa-bumi-cianjur-ketua-mui-ajak.html

Majelis UlamaIndonesia (MUI) mengajak seluruh rakyat indonesia memperkuat solidaritas dengan menyalurkan sebagian hartanya untuk membantu korban terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat.

Gempa bumi yang terjadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diduga akibat pergerakan dari Sesar Cimandiri, pada Senin (21/11/2022) siang. Gempa ini pun menelan korban jiwa dan terluka serta kerugian material.

Menanggapi musibahgempa bumi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Sodikin Masduki, mengajakuntuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, memperkuat solidaritas, dan menyalurkan hartanya untuk bersedekah.

“Hendaknya seluruh umat Islam, serta seluruh anak bangsa harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, saling menguatkan, dan menyalurkan hartanya bagi saudara kita yang terdampak korban gempa bumi di Sesar Cimandiri,” ujar Ketua MUI Sodikin Masduki dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (24/11).

Sodikin mengatakan, bencana yang terjadi, harus disikapi dengan penuh kesabaran dan penuh hikmah. Karena pada setiap musibah atau bencana yang terjadi pasti menyimpan hikmah di dalamnya.

“Karena mau sekuat apapun kita untuk mencegahnya, kita tidak mungkin mampu atau bisa mengelak, dan menolak,” ujarnya.

Menurutnya, dalam perspektif agama, apapun yang terjadi tidak terlepas dari perilaku manusia atau SDM itu sendiri, agar setelahnya kembali kepada-Nya.

Ia mengingatkan, umat untuk terus bersabar, berikhtiar, berdoa, bertawakal, dan memohon ampun kepada Allah SWT, agar musibah yang terjadi ini segera berakhir.

Majelis Ulama Indonesia (MUI), melalui Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) telah menugaskan sejumlah relawan kemanusiaan berangkat ke Cianjur mendirikan posko bencana bekerjasama dengan relawan kelompok lain sejak Senin malam.

Akhmad Baidun (Sekretaris LPB MUI) mengatakan, bahwa MUI berkoordinasi dengan BNPB, Tim Penanggulangan Bencana Indonesia (PBI), Basarnas, LSM lainnya terkait kebencanaan untuk penanganan korban.

“Kita kerahkan personil dan peralatan penunjang seperti ambulan ke lokasi bencana,” kata dia.

Sekretariat LPB MUI juga menyiapkan bantuan yang dibutuhkan seperti obat-obatan maupun bantuan logistik untuk korban bencana. “Kami juga siapkan tim medis bersama lembaga Indonesia Care di lapangan,”

Dia pun mengingatkan umat untuk terus bersabar, berikhtiar, berdoa, bertawakal, dan memohon ampun kepada Allah SWT. Agar musibah yang terjadi ini segera berakhir.

Menutup pemaparannya, kiai Sodikin memberikan arahan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk segera merespon melalui tangan lembaga penanggulangan bencana.