Harus kita akui, nikmat yang dianugerahkan
Allah Ta’ala kepada kita, masih lebih banyak daripada musibah yang kita
rasakan.
Musibah adalah sesuatu yang tidak disenangi.
Padamnya listrik ketika dibutuhkan adalah musibah, paketan habis disaat
deadline pun juga musibah.
Musibah berasal dari kata bahasa Arab yaitu ashaba
yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah juga berarti
kemalangan (al-baliyyah) atau setiap kejadian yang tidak diinginkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musibah
berarti kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa, malapetaka atau bencana.
“Menyikapi Musibah Menurut Syariat.”
Marilah kita merenungkan firman ﷻ
dalam Q.S. Al-An’am [6], ayat ke-65:
قُلۡ هُوَ ٱلۡقَادِرُ عَلَىٰٓ أَنْ يَّبۡعَثَ عَلَيۡكُمۡ عَذَابً۬ا مِّن فَوۡقِكُمۡ أَوۡ مِن تَحۡتِ أَرۡجُلِكُمۡ أَوۡ يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعً۬ا وَيُذِيقَ بَعۡضَكُم بَأۡسَ بَعۡضٍۗ ٱنظُرۡ كَيۡفَ نُصَرِّفُ ٱلۡأَيَـٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَفۡقَهُونَ (الانعام [٦]: ٦٥
“Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia
mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah,
betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti, agar mereka
memahami (nya).”
Mengenai ayat di atas, dalam tafsir ringkas
Kementerian Agama RI diterangkan, Allah Mahakuasa menyelamatkan manusia dari
musibah dan bencana. Mahakuasa menimpakan musibah kepada yang dikehendaki-Nya.
Musibah dari atas seperti: hujan batu, badai,
petir yang menggelegar, termasuk virus yang menyebar di udara dan lainnya.
Sedangkan musibah dari bawah yaitu: likuifaksi,
gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, juga inflasi yang tidak terkendali,
merajalelanya kejahatan, dan lainnya.
Makna يَلۡبِسَكُمۡ
شِيَعً۬ا adalah perpecahan umat, bisa jadi
kerena pertarungan politik serta perebutan kekuasaan sehingga menimbulkan
saling benci, saling menjatuhkan dan penindasan kepada sesama manusia.
Allah ﷻ menurunkan itu semua agar manusia kembali
kepada jalan yang benar, melakukan taubatan nasuha serta berpasrah diri kepada
Allah ﷻ,
Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta.
Hanya Allah ﷻ
saja, Dzat satu-satunya, tempat manusia bergantung, tempat kembali, dan
berserah diri.
Orang beriman hendaknya menyadari, hakikat dari
semua peristiwa yang terjadi di alam raya, baik berupa anugerah atau musibah,
semua atas izin dan kehendak Allah ﷻ , sebagaimana
firman-Nya:
مَآ
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ … (التغابن [٦٣]: ١١
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan izin Allah,…” (QS.
At-Taghabun [63]: 11)
Akan tetapi, dalam pandangan Islam, musibah
terjadi adalah akibat dari kesalahan dan dosa-dosa manusia.
وَما
أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ
(الشورى [٤٢]: ٣٠
“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah
disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari
kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syuuraa [42]: 30)
Maka dari itu, tidak boleh kita menyalahkan
ketetapan Allah ﷻ,
membenci takdir, dan mengambinghitamkan orang lain.
Sikap terbaik orang beriman dalam menghadapimusibah adalah: istighfar, muhasabah dan mengambil hikmah.
Sikap Terbaik Dengan Beristighfar
Beristighfar, memohon ampun kepada-Nya, kiranya
ﷻ
memaafkan segala kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat, mengganti musibah
itu dengan karunia yang lebih baik, lebih berkah dan bermanfaat, dan membuat
kita semua semakin dekat kepada-Nya.
Pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam
berada di Madinah, pernah terjadi gempa bumi. Beliau pun meletakkan tangannya
ke bumi, seraya bersabda: “Tenanglah (wahai bumi), karena waktumu belum tiba.”
Lalu kemudian, Nabi ﷺ menghadapkan
wajahnya kepada para sahabatnya dan bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian
benar-benar sedang menegur kalian, maka perhatikanlah teguran-Nya.”
Setelah itu, terjadi lagi gempa bumi di masa
Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Lalu Umar ingat sabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasalam, yang artinya, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur
kalian, maka beramallah agar Allah ﷻ ridha kepada kalian!” Umar pun mengingatkan
kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera bertaubat.
Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah
untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap
syariat-syariat-Nya.
Sikap Terbaik Dengan Muhasabah
Ibnul Qoyyim dalam kitab “Al-Jawab Al-Kafy”
mengungkapkan, “Terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang
dahsyat, menimbulkan rasa takut, agar manusia kembali dan tunduk kepada Allah,
meninggalkan kemaksiatan dan menyesal atas kekeliruannya.”
Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga
terjadi lagi gempa bumi. Lalu, beliau segera mengirim surat kepada seluruh wali
negeri, “Sesungguhnya gempa ini adalah teguran dari Allah kepada
hamba-hamba-Nya, dan saya memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada
hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta, hendaklah bersedekah
dengannya.”
ربَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الاعراف[٧] : ٢٣
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS
Al-A’raf [7]: 23)
Dan katakan pula, apa yang diucapkan Nabi Nuh
Alaihi Salam:
,…وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن
مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ (هود [١١]: ٤٧)
“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun
kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk
orang-orang yang merugi.” (QS Hud [11]: 43)
Juga doa Nabi Yunus Alaihi Salam:
,…لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ
إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (الانبياء[٢١] : ٨٧)
“Tidak ada Tuhan selain Engkau (ya Allah),
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS
Al-Anbiya’ [21]: 87)
Sikap Terbaik Dengan Mengambil Hikmah
Terjadinya musibah, orang beriman harus bisa
mengambil hikmah, memetik pelajaran berharga dari setiap peristiwa, sebagai
bekal untuk meniti kehidupan selanjutnya.
Musibah datang, sejatinya agar manusia sadar,
bahwa dirinya adalah makhluk yang sangat lemah lagi faqir di hadapan ﷻ.
Maka, tidak ada yang pantas disombongkan, tidak ada yang layak untuk
dibanggakan.
Dr Aid Al-Qarni dalam bukunya, Laa Tahzan,
mengatakan, musibah serta bencana diturunkan kepada manusia, untuk menunjukkan
bahwa hanya Allah lah yang Mahakuasa.
Allah adalah Al-Jabbar, Dia melakukan sesuatu
sesuai dengan kehendak-Nya, tidak bisa diatur-atur, tidak bisa diintervensi
makhluk-makhluk-Nya.
Akan tetapi, Allah ﷻ juga Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Pengasih dan
Maha Penyayang kepada semua hambanya. Bersama dengan musibah, Allah ﷻ
melimpahkan kasih sayang, berupa kafarah (penghapus dosa) bagi orang beriman.
Aid Al-Qarni mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang menyatakan, seandainya seseorang tahu akan hikmah, kenikmatan dan pahala yang Allah Ta’ala sediakan bagi yang terkena musibah, niscaya manusia akan menghadapinya dengan sabar, tenang dan ridha terhadap segala takdir yang ditetapkan untuknya.
Sebagai penutup mari kita berdoa, semoga Allah ﷻ
memberi kekuatan, ketabahan, kesabaran dan kemudahan kepada saudara-saudara
kita yang sedang tertimpa musibah, merahmati dan mengampuni segala dosa kaum
Muslimin yang wafat dalam musibah.
Kiranya Allah ﷻ
menjaga kita dari segenap dan segala musibah, melindungi kita dari segala bencana,
serta memberi kekuatan dan kelapangan kepada kita semua untuk dapat membantu
saudara-saudara kita yang sedang kesusahan atau tertimpa musibah.
0 Komen-Komen:
Post a Comment