Musibah, 3 Sikap Terbaik Dalam Menyikapinya

 

Sikap yang Terbaik Dalam menyikapi Musibah

Harus kita akui, nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita, masih lebih banyak daripada musibah yang kita rasakan.

Musibah adalah sesuatu yang tidak disenangi. Padamnya listrik ketika dibutuhkan adalah musibah, paketan habis disaat deadline pun juga musibah.

Musibah berasal dari kata bahasa Arab yaitu ashaba yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah juga berarti kemalangan (al-baliyyah) atau setiap kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musibah berarti kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa, malapetaka atau bencana.

 “Menyikapi Musibah Menurut Syariat.”  Marilah kita merenungkan firman dalam Q.S. Al-An’am [6], ayat ke-65:

قُلۡ هُوَ ٱلۡقَادِرُ عَلَىٰٓ أَنْ يَّبۡعَثَ عَلَيۡكُمۡ عَذَابً۬ا مِّن فَوۡقِكُمۡ أَوۡ مِن تَحۡتِ أَرۡجُلِكُمۡ أَوۡ يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعً۬ا وَيُذِيقَ بَعۡضَكُم بَأۡسَ بَعۡضٍ‌ۗ ٱنظُرۡ كَيۡفَ نُصَرِّفُ ٱلۡأَيَـٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَفۡقَهُونَ (الانعام [٦]: ٦٥

“Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti, agar mereka memahami (nya).”

Mengenai ayat di atas, dalam tafsir ringkas Kementerian Agama RI diterangkan, Allah Mahakuasa menyelamatkan manusia dari musibah dan bencana. Mahakuasa menimpakan musibah kepada yang dikehendaki-Nya.

Musibah dari atas seperti: hujan batu, badai, petir yang menggelegar, termasuk virus yang menyebar di udara dan lainnya.

Sedangkan musibah dari bawah yaitu: likuifaksi, gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, juga inflasi yang tidak terkendali, merajalelanya kejahatan, dan lainnya.

Makna يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعً۬ا  adalah perpecahan umat, bisa jadi kerena pertarungan politik serta perebutan kekuasaan sehingga menimbulkan saling benci, saling menjatuhkan dan penindasan kepada sesama manusia.

Allah menurunkan itu semua agar manusia kembali kepada jalan yang benar, melakukan taubatan nasuha serta berpasrah diri kepada Allah , Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta.

Hanya Allah saja, Dzat satu-satunya, tempat manusia bergantung, tempat kembali, dan berserah diri.

Orang beriman hendaknya menyadari, hakikat dari semua peristiwa yang terjadi di alam raya, baik berupa anugerah atau musibah, semua atas izin dan kehendak Allah , sebagaimana firman-Nya:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ … (التغابن [٦٣]: ١١

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah,…” (QS. At-Taghabun [63]: 11)

Akan tetapi, dalam pandangan Islam, musibah terjadi adalah akibat dari kesalahan dan dosa-dosa manusia.

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ (الشورى [٤٢]: ٣٠

“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syuuraa [42]: 30)

Maka dari itu, tidak boleh kita menyalahkan ketetapan Allah , membenci takdir, dan mengambinghitamkan orang lain.

Sikap terbaik orang beriman dalam menghadapimusibah adalah: istighfar, muhasabah dan mengambil hikmah.

Sikap Terbaik Dengan Beristighfar

Beristighfar, memohon ampun kepada-Nya, kiranya memaafkan segala kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat, mengganti musibah itu dengan karunia yang lebih baik, lebih berkah dan bermanfaat, dan membuat kita semua semakin dekat kepada-Nya.

Pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam berada di Madinah, pernah terjadi gempa bumi. Beliau pun meletakkan tangannya ke bumi, seraya bersabda: “Tenanglah (wahai bumi), karena waktumu belum tiba.” Lalu kemudian, Nabi menghadapkan wajahnya kepada para sahabatnya dan bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian benar-benar sedang menegur kalian, maka perhatikanlah teguran-Nya.”

Setelah itu, terjadi lagi gempa bumi di masa Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Lalu Umar ingat sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam, yang artinya, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka beramallah agar Allah ridha kepada kalian!” Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera bertaubat.

Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap syariat-syariat-Nya.

Sikap Terbaik Dengan Muhasabah

Ibnul Qoyyim dalam kitab “Al-Jawab Al-Kafy” mengungkapkan, “Terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, agar manusia kembali dan tunduk kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan dan menyesal atas kekeliruannya.”

Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga terjadi lagi gempa bumi. Lalu, beliau segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Sesungguhnya gempa ini adalah teguran dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta, hendaklah bersedekah dengannya.”

 Katakanlah apa yang diucapkan Nabi Adam Alaihi Salam saat terusir dari surga:

ربَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الاعراف[٧] : ٢٣

“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf [7]: 23)

Dan katakan pula, apa yang diucapkan Nabi Nuh Alaihi Salam:

,…وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ (هود [١١]: ٤٧)

“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Hud [11]: 43)

Juga doa Nabi Yunus Alaihi Salam:

,…لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (الانبياء[٢١] : ٨٧)

“Tidak ada Tuhan selain Engkau (ya Allah), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS Al-Anbiya’ [21]: 87)

Sikap Terbaik Dengan Mengambil Hikmah

Terjadinya musibah, orang beriman harus bisa mengambil hikmah, memetik pelajaran berharga dari setiap peristiwa, sebagai bekal untuk meniti kehidupan selanjutnya.

Musibah datang, sejatinya agar manusia sadar, bahwa dirinya adalah makhluk yang sangat lemah lagi faqir di hadapan . Maka, tidak ada yang pantas disombongkan, tidak ada yang layak untuk dibanggakan.

Dr Aid Al-Qarni dalam bukunya, Laa Tahzan, mengatakan, musibah serta bencana diturunkan kepada manusia, untuk menunjukkan bahwa hanya Allah lah yang Mahakuasa.

Allah adalah Al-Jabbar, Dia melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, tidak bisa diatur-atur, tidak bisa diintervensi makhluk-makhluk-Nya.

Akan tetapi, Allah juga Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hambanya. Bersama dengan musibah, Allah melimpahkan kasih sayang, berupa kafarah (penghapus dosa) bagi orang beriman.

Aid Al-Qarni mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang menyatakan, seandainya seseorang tahu akan hikmah, kenikmatan dan pahala yang Allah Ta’ala sediakan bagi yang terkena musibah, niscaya manusia akan menghadapinya dengan sabar, tenang dan ridha terhadap segala takdir yang ditetapkan untuknya.

Sebagai penutup mari kita berdoa, semoga Allah memberi kekuatan, ketabahan, kesabaran dan kemudahan kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah, merahmati dan mengampuni segala dosa kaum Muslimin yang wafat dalam musibah.

Kiranya Allah menjaga kita dari segenap dan segala  musibah, melindungi kita dari segala bencana, serta memberi kekuatan dan kelapangan kepada kita semua untuk dapat membantu saudara-saudara kita yang sedang kesusahan atau tertimpa musibah.

 


0 Komen-Komen:

Post a Comment