7 Persiapan Mental Harus Dimiliki Calon Pengantin
Al-Qur’an menyatakan bahwa Allah menciptakan makhluk berpasang-pasangan, tak terkecuali manusia sebagai makhluk termulia ciptaan Allah. Firan Allah ﷻ :
وَمِنْ
كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami Ciptakan
berpasang–pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Az Zariyat: 49)
Dengan
kata lain, berpasangan merupakan fitrah seluruh makhluk di muka bumi, begitupun
manusia untuk memastikan lestarinya keturunan guna memerankan diri sebagai
pengelola bumi (khalifah).
Bahkan dorongan berpasangan sudah
lahir sejak kecil. Hal ini karena mendambakan pasangan merupakan fitrah manusia
sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Karena itu,
agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara pria dan wanita dalam ikatan
suci yang dinamakan pernikahan. Hal ini
untuk menghindari dorongan ke arah hubungan terlarang antara pria dan wanita.
Allah
ﷻ berfirman :
وَمِنْ
ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا
إِلَيْهَا
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar Ruum:21).
Dorongan tersebut diarahkan dalam
sebuah pertemuan sehingga terlaksananya "perkawinan".
Beralihlah kerisauan pria dan wanita menjadi ketenteraman atau sakinah. Sakinah terambil dari akar kata sakana yang
berarti diam atau tenangnya sesuatu setelah bergejolak.
Al-Qur’an antara lain menekankan
perlunya kesiapan fisik, mental, dan ekonomi bagi yang ingin menikah. Walaupun
para wali diminta untuk tidak menjadikan kelemahan di bidang ekonomi sebagai
alasan menolak peminang.
وَاَنْكِحُوا
الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا
فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
"Dan nikahkanlah orang-orang
yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah)
dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin,
Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas
(pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS An-Nur [24]: 31)
Yang tidak memiliki kemampuan
ekonomi dianjurkan untuk menahan diri dan memelihara kesuciannya.
وَلْيَسْتَعْفِفِ
الَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغْنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ
ۗ
“Dan
orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sampai Allah memberi
kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya". (QS An-Nur [24]: 33)
Pernikahan adalah hal sakral saat
dua orang yang mempunyai latar belakang berbeda bersatu dalam satu ikatan.
Tentu saja hal ini harus didasari dengan cinta, komitmen, dan rasa saling
menerima serta menghormati satu sama lain.
Maka selain
mempersiapkan fisik dan materi menjelang pernikahan, hal penting lainnya adalah
persiapan mental menghadapi pernikahan.
dr. Sara Elise Wijono Mres mengatakan, Diantara yang bisa dilakukan dan disiapkan oleh calon pengantin untuk mempersiapkan mental sebelum
menikah ialah sebagai berikut:
Aturlah Emosi Diri Sendiri
Sangatlah wajar jika calon
pasangan hidup Anda memiliki kebiasaan yang mungkin bertolak belakang dengan
kebiasaan Anda. Pacaran dalam jangka waktu yang lama bukanlah jaminan untuk
dapat memahami keinginan dan kebutuhan secara mendalam.
Oleh karena itu, salah satu persiapan mental pernikahan yang
penting adalah mengenali tingkat emosi pasangan dan tingkat emosi diri Anda
sendiri. Ini akan membantu Anda agar tidak terpancing untuk saling membalas
jika terjadi suatu konflik.
Bangun Komunikasi
Memiliki komunikasi yang baik dan
saling terbuka merupakan persiapan mental pernikahan yang esensial. Komunikasi
tidak harus dilakukan secara verbal, melainkan juga melalui sentuhan, senyuman,
lelucon, komentar, atau keinginan saling mendengarkan dan mendukung satu sama
lain.
Komunikasi yang lebih penting
bukanlah sekadar menanyakan apa hobinya atau apa makanan kesukaannya, tetapi
juga mengenali kebutuhan emosionalnya.
Jadi, usahakan untuk selalu
berkomunikasi dengan sebaik-baiknya
dengan menggunakan hati. Selain itu, juga jangan terlalu banyak mengeluh pada calon
pendamping hidup.
Kembangkan Kemampuan untuk Mengatasi Konflik
Setiap
individu yang hidup pasti memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Sering
kali pasangan masih memiliki ego yang tinggi dan tidak mau mengalah karena
menganggap bahwa cara dia mengatasi masalah adalah yang paling baik.
Persiapan
mental sebelum pernikahan harus memperhatikan ada atau tidaknya kemampuan untuk
mengatasi konflik yang mungkin terjadi. Ini diperlukan untuk menjaga
keharmonisan atau kesakinahan sebuah rumah
tangga.
Semua hal awalnya diselesaikan dan dipikirkan sesuai dengan cara ‘suami dan istri’. Namun, saat menikah semuanya harus berakhir dengan cara ‘kami’. Artinya, jika semula keputusan didasarkan keinginan masing-masing individu, ketika sudah menikah keputusan harus dilakukan berdasarkan keinginan bersama.
Selalu Berorientasi Untuk Belajar
Terlalu
banyak berpikiran negatif akan membuat curiga dan tidak percaya pada pasangan.
Padahal, semua kecurigaan tersebut belum tentu ada dasarnya. Rasa tak percaya
ini bisa menjadi cikal-bakal kehancuran rumah tangga.
Selain
berpikir positif saat sudah menikah, cobalah juga untuk mengapresiasi pasangan suami atau istri dan merespons keberhasilan ataupun
kegagalan pasangan dengan
memandang bahwa hal tersebut adalah suatu proses pembelajaran diri.
Keinginan
untuk belajar dari kesalahan agar dapat menjadi lebih baik merupakan persiapan
mental pernikahan yang wajib dilakukan.
Persiapan mental menghadapi pernikahan yang perlu disadari kedua belah pihak adalah pernikahan merupakan suatu proses yang perlu diusahakan.
Motivasi Membuat Pernikahan Berhasil
Memang benar pernikahan diawali
dengan cinta, tapi perlu usaha dan motivasi terus-menerus untuk membuat cinta
tetap membara. Dengan begitu, Anda akan memiliki hubungan suami istri yang baik
hingga kakek nenek.
Pernikahan tidak bisa berjalan
secara ‘auto pilot’. Jadi, cobalah rencanakan hal-hal yang membuat
hubungan selalu dekat, misalnya komitmen untuk berkencan berduaan sebulan
sekali.
Membicarakan Isu Sensitif
Beberapa isu sensitif sebaiknya
mulai dibicarakan sejak masa Taaruf. Isu-isu terkait pernikhan dan kehidupan untuk
menjalaninya, Ini dilakukan guna untuk mencari tahu apakah pasangan sepaham
atau tidak mengenai isu tersebut. Kalaupun berbeda pandangan,
apakah dapat menemukan solusi atau tidak.
Persiapan mental menjelang pernikahan ini penting, walaupun sering kali dipenuhi kecanggungan karena sering menjadi sumber konflik pasangan suami istri.
Bahasa Kasih Pasangan
Setiap orang memiliki cara
tersendiri untuk mengungkapkan rasa kasih sayangnya. Mereka juga umumnya merasa
disayang jika diperhatikan dengan cara khusus. Hal inilah yang dikenal dengan bahasa
kasih.
Ada pasangan yang suka menyatakan
cinta dengan kata-kata, ada yang suka dengan hubungan fisik (berpelukan,
berciuman, gandeng tangan), ada yang dengan pemberian hadiah, dan sebagainya.
Persiapan mental menjelang
pernikahan yang penting adalah untuk saling mengenali bahasa kasih masing-masing. Dengan demikian, dapat membuat pasangan merasa dicintai, begitu
pula sebaliknya.
Pernikahan memang suatu langkah yang sangat penting dalam hidup. Mempersiapkan pernikahan jangan hanya berfokus pada pesta saat hari H dan malam pertama saja, persiapan mental juga perlu diperhatikan. Hal ini tentunya dapat membantu Anda memiliki pernikahan (SAMARA) yang langgeng, harmonis dan bahagia.
0 Komen-Komen:
Post a Comment