Sejarah Perang Yom Kippur Memperburuk Kondisi Kehidupan Warga Palestina


PERANG YOM KIPPUR MEMPERBURUK KONDISI KEHIDUPAN WARGA PALESTINA

https://penahati-1307.blogspot.com/

Perang Yom Kippur terjadi pada tanggal 6 Oktober 1973, di mana koalisi Mesir dan Suriah menyerang Israel pada hari raya Yahudi Yom Kippur, yang merupakan hari raya paling suci di kalender Yahudi. Serangan tersebut dilakukan untuk merebut kembali wilayah yang direbut oleh Israel dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967.

Pada tanggal 6 Oktober 1973, pada hari Yom Kippur, hari raya Yahudi yang paling besar, ketika orang-orang Israel sedang khusyuk merayakannya, yang juga bertepatan dengan bulan Ramadan bagi ummat Islam sehingga dinamakan "Perang Ramadan 1973", Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba. Di Dataran Tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang hanya berjumlah 180 tank harus berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Sedangkan di terusan Suez, kurang dari 500 prajurit Israel berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir.

Mesir mengambil pelajaran pada Perang Enam Hari pada tahun 1967 tentang lemahnya pertahanan udara sehingga saat itu 3/4 kekuatan udara Mesir hancur total sementara Suriah masih dapat memberikan perlawanan. Sadar bahwa armada pesawat tempur Mesir masih banyak menggunakan teknologi lama dibandingkan Israel, Mesir akhirnya menerapkan strategi payung udara dengan menggunakan rudal dan meriam anti serangan udara bergerak yang jarak tembaknya dipadukan. Angkatan udara Israel akhirnya kewalahan bahkan banyak yang menjadi korban karena berusaha menembus "jaring-jaring" pertahanan udara itu.

Awalnya, serangan itu berhasil mengejutkan Israel dan menimbulkan kerugian yang signifikan. Namun, setelah beberapa hari, Israel berhasil membalikkan keadaan dan memperoleh kemenangan yang menentukan. Selama konflik, Amerika Serikat dan Uni Soviet terlibat dalam upaya mediasi, yang pada akhirnya menghasilkan gencatan senjata pada tanggal 25 Oktober 1973.

Perang Yom Kippur dianggap sebagai salah satu perang yang paling berdarah dan paling mematikan dalam sejarah Timur Tengah, dengan perkiraan jumlah korban tewas mencapai sekitar 8.000-10.000 orang. Perang ini juga membawa dampak besar pada politik dan keamanan Timur Tengah, termasuk meningkatkan ketegangan antara Israel dan negara-negara tetangganya serta memperkuat peran OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) dalam politik dunia dan ekonomi global.

Perjanjian Damai Camp David

Setelah perang, terjadi upaya-upaya damai dan perundingan antara Israel dan negara-negara tetangganya, yang akhirnya menghasilkan Perjanjian Damai Camp David pada tahun 1979 antara Israel dan Mesir serta Perjanjian Damai Wye River pada tahun 1998 antara Israel dan Yordania.

Pada tahun 1978, Amerika Serikat memfasilitasi perundingan damai antara Israel dan Mesir, yang menghasilkan Perjanjian Damai Camp David pada tahun 1979. Perjanjian ini menetapkan perdamaian antara Israel dan Mesir, termasuk pemulihan wilayah Sinai yang direbut oleh Israel dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967.

Namun, usaha-usaha damai selanjutnya tidak selalu berhasil. Pada tahun 1982, Israel menyerbu Lebanon untuk mengusir kelompok militan Palestina dan mendukung kelompok Kristen Lebanon, namun tindakan ini justru memperburuk keadaan di kawasan tersebut. Konflik Israel-Palestina juga tetap berlanjut, dengan terjadinya Intifada Palestina pada tahun 1987 dan 2000.

Peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan bahwa perang Yom Kippur tidak hanya berdampak pada masa lalu, tetapi juga berpengaruh pada masa sekarang dan masa depan Timur Tengah. Hingga saat ini, konflik dan ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab masih terus berlangsung dan menjadi isu global yang penting.

Pasca Perjanjian Damai Camp David

Perjanjian Damai Camp David pada tahun 1979 adalah sebuah perjanjian damai antara Israel dan Mesir yang dicapai melalui mediasi Amerika Serikat. Perjanjian ini menetapkan perdamaian antara kedua negara dan memulihkan wilayah Sinai yang dikuasai oleh Israel dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967 kepada Mesir.

Dalam perjanjian ini, Mesir mengakui keberadaan Israel dan memutuskan hubungan dengan negara-negara Arab yang tidak mengakui Israel. Sebagai imbalannya, Israel menarik pasukannya dari Sinai dan menyerahkan kendali atas wilayah tersebut kepada Mesir.

Dalam perjanjian ini, Mesir diuntungkan dengan mendapatkan kembali wilayahnya yang hilang, dan Israel diuntungkan dengan mengurangi ancaman militer dari Mesir di sepanjang perbatasannya. Namun, perjanjian ini juga menimbulkan kontroversi di kedua belah pihak.

Di Mesir, perjanjian ini mendapat kritik dari kalangan nasionalis yang menentang pengakuan terhadap Israel dan penyerahan wilayah Sinai. Mereka menganggap perjanjian ini sebagai pengkhianatan terhadap nasionalisme dan integritas wilayah Mesir.

Di Israel, perjanjian ini juga mendapat kritik dari kalangan nasionalis dan sayap kanan yang menentang pengembalian wilayah tanpa jaminan keamanan yang memadai. Namun, secara umum perjanjian ini diterima oleh masyarakat Israel karena mengurangi ancaman militer dari Mesir.

Secara keseluruhan, perjanjian CampDavid dianggap sebagai langkah penting dalam upaya mencapai perdamaian di Timur Tengah, meskipun konflik antara Israel dan negara-negara Arab tetap berlanjut. Perjanjian ini memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, namun juga menimbulkan kontroversi dan perdebatan di masyarakat.

Pasca perang Yom Kippur, situasi politik dan keamanan di Timur Tengah tetap tidak stabil. Israel terus berusaha mempertahankan keamanan dan memperluas wilayahnya, sementara negara-negara Arab tetap bersikeras untuk mengembalikan wilayah yang direbut oleh Israel.

Kenapa Israel Bisa Menang DalamPerang Yonkipur

Israel berhasil memenangkan Perang Yom Kippur (atau disebut juga Perang Oktober) pada tahun 1973 melalui sejumlah faktor strategis dan taktis yang dimilikinya. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1.      Persenjataan yang lebih baik

Israel memiliki persenjataan yang lebih baik dan lebih modern dibandingkan dengan negara-negara Arab pada saat itu. Israel memiliki teknologi canggih seperti tank Merkava dan jet tempur F-4 Phantom yang membantu memperkuat pertahanannya.

2.      Kesiapan militer

Israel juga mempersiapkan diri secara matang sebelum perang terjadi. Mereka melakukan pelatihan intensif dan meningkatkan kesiapan militer pada saat-saat kritis menjelang perang.

3.      Intelijen yang lebih baik

Israel memiliki intelijen yang sangat baik yang memungkinkan mereka untuk mengetahui rencana serangan negara-negara Arab sebelum perang dimulai.

4.      Keunggulan strategis

Israel memiliki keunggulan strategis karena wilayahnya yang sempit, memungkinkan mereka untuk memusatkan kekuatan pertahanan mereka di garis depan, sehingga dapat memperlambat serangan musuh.

5.      Dukungan internasional

Israel juga mendapatkan dukungan internasional, terutama dari Amerika Serikat. Amerika Serikat memberikan bantuan militer kepada Israel selama perang berlangsung.

Meskipun demikian, Israel juga mengalami kerugian dalam perang tersebut, termasuk kehilangan sejumlah wilayah dan jumlah korban yang cukup besar. Meskipun demikian, Israel berhasil mempertahankan eksistensinya sebagai negara dan memperkuat kepercayaan dirinya sebagai negara yang dapat melindungi diri sendiri.

Perang Yom Kippur terjadi antara Israel dan koalisi negara-negara Arab, yaitu Mesir dan Suriah. Pada saat perang berlangsung, warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza berada di bawah pendudukan Israel. Sebagian besar warga Palestina tetap tinggal di tempat tinggal mereka selama perang berlangsung.

Berdampak Pada Warga Palestina

Perang Yom Kippur ini juga berdampak pada warga Palestina di wilayah tersebut. Selama perang, Israel melakukan tindakan militer dan penangkapan terhadap sejumlah warga Palestina yang diduga terlibat dalam kegiatan teroris atau memusuhi Israel.

Selain itu, wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza juga mengalami berbagai kendala, seperti terputusnya pasokan listrik dan air, dan penutupan jalur perbatasan oleh Israel.

Dampak Jangka Panjang

Dampak jangka panjang dari perang ini ialah pada kehidupan warga Palestina di wilayah tersebut. Perang ini memberikan pengaruh pada tumbuhnya gerakan kebangkitan nasional Palestina yang menginginkan pembebasan wilayah mereka dari pendudukan Israel, sehingga konflik antara Israel dan Palestina semakin meningkat hingga saat ini.

Perang Yom Kippur pada tahun 1973 sebenarnya terjadi antara Israel dan koalisi negara-negara Arab, yaitu Mesir dan Suriah, sehingga warga Palestina tidak secara langsung terlibat dalam konflik tersebut. Namun, dampak perang ini secara tidak langsung juga berdampak pada kehidupan warga Palestina di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza yang saat itu berada di bawah pendudukan Israel.

Perang Yom Kippur Memperburuk Kondisi Kehidupan Warga Palestina

Perang ini memperburuk kondisi kehidupan warga Palestina di wilayah tersebut. Selama perang, Israel meningkatkan kontrol dan penindasan terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan mereka.

Pasokan air dan listrik pun terputus dan ekonomi di wilayah tersebut mengalami penurunan drastis, sehingga warga Palestina juga terdampak secara ekonomi. Selain itu, perang ini juga meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina, yang berdampak pada konflik yang masih berlangsung hingga saat ini.

Perang Yom Kippur Juga Memperkuat Posisi Israel

Dalam jangka panjang, perang Yom Kippur juga memperkuat posisi Israel sebagai negara yang menguasai wilayah-wilayah Palestina, sehingga warga Palestina terus mengalami diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia, seperti pembangunan pemukiman Israel di wilayah mereka dan pembatasan gerak mereka di wilayah pendudukan. Hal ini juga menjadi salah satu pemicu dari konflik antara Israel dan Palestina hingga saat ini. Wallau A'lam


0 Komen-Komen:

Post a Comment