This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

AYAT-AYAT TENTANG AMAR MA'RUF NAHI MUNGKAR

                                                               
https://penahati-1307.blogspot.com/2019/11/al-quds-di-dalam-hadist-masjid-al-aqsa.html

              
 A. LATAR BELAKANG 
    Islam menempatkan manusia itu tidak saja dalam dimensi individu, akan tetapi juga dalam dimensi sosial sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu tugas dan kewajiban syar’i disampaikan kepadanya secara bersama-sama. Inilah kewajiban atau syi’ar yang ada. Kewajiban ini merupakan pelindung bagi syi’ar-syi’ar lainnya. Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban bagi setiap orang yang merupakan keistimewaan untuk menegakkan syi’ar-syi’ar Islam.

B. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

   Menurut bahasa, amar ma’ruf nahi mungkar yaitu menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari kejahatan, Amar: menyuruh, Ma’ruf : kebaikan, Nahi : mencegah, Mungkar : kejahatan. Ada beberapa pengertian mengenai amar ma’ruf nahi mungkar:

    Abul A’la al-Maududi menjelaskan: bahwa tujuan yang utama dari syariat ialah untuk membangun kehidupan manusia di atas dasar ma’rifat (kebaikan-kebaikan) dan membersihkannya dari hal-hal yang maksiat dan kejahatan-kejahatan. 

      Dalam bukunya, Maududi memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan ma’ruf dan munkar adalah sebagai berikut: Istilah ma’rufat (jamak dari makruf) itu menunjukkan semua kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat yang baik sepanjang masa diterima oleh hati nurani manusia sebagai suatu yang baik, sebaliknya istilah munkarat (jamak dari munkar) menunjukkan semua dosa dan kejahatan-kejahatan yang sepanjang masa telah di kutuk oleh watak manusia sebagai suatu hal yang jahat.[1]
1.      Dijelaskan dalam firman Allah Surat Ali Imran: 104
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
    Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104) 

Tafsirul mufrodat:
Al-Ummah: Golongan yang terdiri dari banyak individu yang antara mereka terdapat ikatan yang menghimpun, dan persatuan yang membuat mereka seperti berbagai organ dalam satu tubuh.

Al-Khairu: Sesuatu yang di dalamnya terkandung kebajikan bagi umat manusia dalam masalah agama dan duniawi.

Al-Ma’ruf: Apa yang dianggap baik oleh syariat dan akal. Dan kata munkar ialah lawan katanya.[2]
Penjelasan ahli-ahli tafsir mempunyai dua pendapat tentang sifat perintah atau unsur hukum yang terkandung dalam ayat tersebut.

      Pendapat pertama mengatakan, bahwa hukum melaksanakan amar makruf nahi munkar ialah fardu kifayah, sebab di dalam ayat itu hanya diterangkan hendaklah kamu tergolong ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar.

    Pendapat kedua bahwa hukumnya ialah fardlu ain, yaitu wajib bagi setiap pribadi muslim dan muslimah, Orang yang diajak bicara dalam ayat ini ialah kaum mukmin seluruhnya. Mereka terkena taklif agar memilih suatu golongan yang melaksanakan kewajiban ini.

     Realisasinya adalah hendaknya masing-masing anggota kelompok tersebut mempunyai dorongan dan mau bekerja untuk mewujudkan hal ini, dan mengawasi perkembangannya dengan kemampuan optimal, sehingga bila mereka melihat kekeliruan atau penyimpangan dalam hal ini (amar makruf nahi munkar), mereka segera mengembalikannya ke jalan yang benar.

    Berdasarkan ayat di atas, maka perkataan “minkum” pada ayat tersebut adalah “mimbayaniyah” yang hanya menunjukkan tentang jenis yang dikenakan perintah itu. Maka berdasar atas pendapat itu, tiap-tiap orang, tiap-tiap pribadi, asal masuk dalam golongan ummat Islam mendapat perintah wajib melakukan amar makruf nahi munkar itu. [3]

    Penafsiran al-Maraghi dalam surat Ali Imran ayat 110, tentang fungsi dan kedudukan kaum muslimin dalam menghadapi tugas kemasyaratan.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran : 110)
Tafsirul Mufrodat
Kuntum: kalian dijadikan dan diciptakan
Ukhrijat: Umat yang ditampakkan, sehingga membeda dan diketahui.
Penjelasan

    Di sini amar makruf nahi munkar penyebutannya didahulukan di banding iman kepada Allah, padahal iman itu selalu berada di depan dari berbagai jenis ketaatan. Hal ini lantaran amar makruf nahi munkar merupakan pintu keimanan dan yang memeliharanya. Jadi didahulukan keduanya hal tersebut dalam penuturan adalah sesuai dengan kebiasaan yang terjadi dikalangan umat manusia, yaitu menjadikan pintu berada di depan segala sesuatu. [4]
3.      Surat al-A’raf : 157
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
    (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Penjelasan
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
        Maksudnya, bahwa Nabi yang ummi itu hanya menyuruh yang baik-baik saja dan tidak melarang kecuali yang buruk, sebagaimana kata Abdu ‘l-lah bin Mas’ud, “apabila kamu mendengar firman Allah, ya ayyuha ‘l-ladzina amanu, maka pasanglah telingamu untuk mendengarkannya, karena firman (yang didahului dengan, ya ayyuha ‘l-ladzina amanu, penjelasan itu memuat kebaikan yang kamu di suruh melakukannya, atau keburukan yang dilarang mengerjakannya”.

    Dan perintah Nabi Muhammad SAW, yang terpenting diantaranya ialah suruhan untuk beribadah kepada Allah semata, tanpa menyekutukan Dia dengan yang lain. Adapun larangannya yang terpenting adalah larangan yang menyembah selain Allah, dan memang demikianlah ajaran semua Rasul yang pernah di utus Allah dan soal ibadah. [5]
4.      Surat Luqman : 17
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Tafsirannya :
Lafadz:                                                                                                                                  وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ
Dan perintahkanlah orang lain supaya membersihkan dirinya, sebatas kemampuan. Maksudnya, supaya jiwanya menjadi suci dan demi untuk mencapai keberuntungan.
وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ
    Dan cegahlah manusia dari semua perbuatan durhaka terhadap Allah, dan dari mengerjakan larangan-larangan-Nya yang membinasakan pelakunya, serta menjerumuskannya ke dalam adzab neraka yang apinya menyala-nyala, yaitu neraka jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali adalah neraka jahanam. [6]
5.      Surat al-Hajj: 41, al-Maraghi tentang kewajiban amar makruf nahi munkar.
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ(الـحج :41)
 (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Penjelasannya :

    Orang-orang yang diusir dari kampung halamannya ialah orang-orang yang apabila kami meneguhkan kedudukan mereka di dalam negeri, lalu mengalahkan kaum musyrikin, lalu mereka taat kepada Allah, mendirikan sholat, seperti yang diperintahkan kepada mereka, mengeluarkan zakat, menyuruh orang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh syariat dan melarang melakukan kemusyrikan, serta kejahatan.

    Kemudian Allah menjanjikan akan meninggikan apakah dia akan membalasnya dengan pahala ataukah dengan siksa di akhirat. [7]
6.      Surat at-Taubah : 112, tentang sifat orang yang beriman:

التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
    Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu'min itu.

    Surat at-Taubah ada penjelasan tentang sifat-sifat orang yang beriman atau orang-orang mukmin yang sempurna imannya yang mana Allah telah memberi (menukar) diri dan harta mereka dengan surga.

    Ayat di atas menafsirkan al amiruna bil ma’ruf, wa a-nahuna ‘ani al-munkar = orang-orang yang mengajak kepada keimanan dengan segala akibatnya, dan orang-orang yang mencegah dari kemusyrikan dengan segala akibatnya. [8]
7.      Surat Ali Imron : 114
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.
Penjelasan :
Dalam kitab tafsir al-Maraghi jilid 10
يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
     Ayat ini, Allah menyifati kaum mukminin dengan lima sifat yang sama sekali berlawanan dengan sifat kaum munafik, yaitu :
1. Mereka menyuruh melakukan perbuatan yang makruf, sedangkan kaum munafik menyuruh perbuatan yang munkar.
2. Mereka mencegah melakukan perbuatan yang munkar, sedangkan kaum munafik mencegah melakukan perbuatan yang makruf.
Kedua sifat ini merupakan pagar segala keutamaan dan benteng penghalang tersebarnya segala keburukan.
3. Mereka melaksanakan shalat dengan sebaik dan sempurna mungkin dengan khusu’, tapi orang-orang munafik jika melaksanakan shalat dengan bermalas-malasan dan ruja’ terhadap manusia.
4. Mereka mengeluarkan zakat yang diwajibkan atas mereka dan sedekah tathawwu’ (sukarela) yang mereka di berkati untuk itu, tetapi orang munafik sebaliknya.
5. Mereka terus melaksanakan ketaatan, dengan meninggalkan larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya menurut kemampuan mereka, tetapi orang-orang munafik malah sebaliknya. [9]
Penafsiran Surat Ali Imran: 144 (dalam tafsir Ibnu Katsir I)

       Dijelaskan: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. Mereka itulah yang disebut dalam firman Allah, “dan sesungguhnya diantara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka berendah hati kepada Allah”. [10]
8.      Surat at-Taubah : 71
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

                                                    C.  DAFTAR PUSTAKA

[1] M. Yunan Nasution, Pegangan Hidup (3), Penerbit Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1981, hlm. 30-31
[2] Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tarjamah Tafsir al-Maraghi, CV. Toha Putra, Semarang, 1987, jilid IV, hlm. 31-32
[3] M. Yunan Nasution, Pegangan Hidup (3), hlm. 32-3
[4] Ahmad Musthofa al-Maraghi, Tarjamah Tafsir al-Maraghi, hlm. 4
[5] Ibid., jilid 9, hlm. 148
[6] Ibid., hlm. 45
[7] Ibid., hlm. 44
[8] Ibid., jilid II, hlm. 4
[9] Ibid., hlm. 270-271
[10] Muh. Nasib ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir I, Gema Insani, Jakarta, 1999, hlm. 571


                                                                Wallahu A'lam


09. November. 2022                                                                                                       PenaHati


Artikel Lainnya:

Gaza Palestina Dalam Alquran

Jurnalistik dan Kehumasan







Search And Rescue (SAR) Pejuang Kemanusiaan



    


SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue yang mempunyai arti usaha untuk melakukan percarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap keadaan darurat yang dialami baik manusia maupun harta benda yang berharga lainnya.

     Search And Rescue (SAR) Juga disebut kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti Pelayaran, Penerbangan, dan Bencana.

    Istilah SAR telah digunakan secara internasional, tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di indonesia yang memang negara yang hampir sering mengalami Bencana Alam di tiap tahunnya, terutama Banjir,Tanah Longsor, dan Gunung Meletus.

   Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tetapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan dan pedesaan yg membutuhkan pertolingan.

Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya.

    Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain.

Demikian juga terhadap adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api, tanah longsong, banjir dan sebagainya.

Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklusn penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari:

1. pencegahan (mitigasi),

2: kesiagaan (preparedness),

3: tanggap darurat (response) dan

4: pemulihan (recovery), dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat. 

 


Artikel Lainnya:  

NAMA-NAMA ANAK LAKI-LAKI ARTINYA BAGUS

Kisah Konspirasi Alam Semesta


   Ciluengsi 28. April. 2020. Susana pagi yg cerah, Mentari menelisik masuk melewati sela-sela dedaunan, Kau lihat itu, bunga jambu biji, yg mekar indah mempesona, di pagi ini. Dan ada lebah di kelopaknya seakan melengkapi segala asa..
 
    Mungkin indah hidup laksana lebah dan bunga, mereka berbeda, namun tetap saling berbagi, saling memberi dan saling berinteraksi. "Hai bunga", ucap ku, kau nampak indah di pagi ini, namun apa yg terjadi senja nanti, akan kah nampak indah mu..? Ataukah tak terlihat lagi..? Gimana dengan malam nanti dan esok hari akan kah layu dan tak ranum lagi..?
     
   "Begitu lah dia, jika kita lihat dia bagaikan bunga, kita tak akan temukan kesempurnaan dan kepuasan, karena bunga akan layu, begitupun dia."

Bukannya segala yg fana itu didunia, iya kata kamu ketika itu, baik lah mari kita buka mata lajang ini, maka akan Kita temukan pelajaran hidup dari segala kejadian dan hal-hal  yang kecil dan yang besar yang terjadi di kehidup ini, seperti jatuh nya daun kuning dan jatuh nya ranting kering serta jatuhnya orang kaya menjadi miskin.Mungkin itu salah satu contoh yg mudah..

   Bak senja di sore hari, dia akan nampak indah namun lama-lama akan beranjak pergi, namun senja punya cara sendiri buat pergi dengan cara yg manis, di balik konspirasi alam itu, tersimpan sebuah pelajaran yg baik untuk kita tahu, bahwa "kehidupan itu akan berakhir dengan ke fanaan atau sementara." Jika itu perjalanan, akankah perjalanan yang di tempuh berjalan mulus, lancar tanpa ada hambatan.

      Memang benar apa kata bijak "apa yang kita inginkan belum tentu bisa langsung kita dapat kan, sebaliknya yang tidak kita inginkan datang menguji iman." Hidup memang penuh misteri,

NAMA-NAMA ANAK LAKI-LAKI 2020...YANG Islami ARTI NYA BAGUS, BAIK, KEREN, DAN BERWIBAWA

     


               Nama-Nama Anak Laki-Laki 2020


1: Abraham said Akid Al Athaf

 Arti nya: penyayang, yang Kuat, teguh, tetap
                 Baik hati, lemah lembut.

2: Dzaki Asy  Amrullah
   
Artinya: Cerdas, pandai, mudah dan faham
                Kaya, Mewah perintah Allah.

3: Raden Khosyi Alghifari

Artinya: yg khusu' dlm sholat


4: Khalaf Al Khoirul Hadi

Artinya: Anak yg baik, pengganti, ulama. Sebaik-baik pemberi petunjuk.

5: Musa Maarif Al manaf
   
Artinya: orang yg berilmu, memiliki ilmupengetahuan dan kebijaksanaan, orang yg uggul dan lebih tinggi.

6: Rizkqi sirajudin Zayan
  
Artinya: Rizki pemberian tuhan, lentera agama, penerang jalan kebenaran, berparas rupawan...
 
7: Virendra Syakib Sirajudin
 
 Artinya: Pria yg Mulia, pemberani, pandai membalas budi baik, lentera agama

8: Abraham Al Khoirul Hadi.

   Artinya: Penyayang, baik dan pemberi petunjuk

9: Abraham  Said Akid Amrullah.

   Artinya: Penyayang, yg kuat, teguh, tetap baik hati, perintah Allah.

10: Syakib Sirajudin Arsyad.

     Artinya: pemberani, pandai balas budi, lentera agama dan 

11: Dzaki Al Khoirul Hadi

      Artinya: Cerdas, Pandai, mudah faham, baik dan pemberi petunjuk.

12: 

Tentang Senja Tentang Cinta

   
                                  "Tentang Senja"

   Dikala senja telah tiba, semua mahluk hidup baik manusia dan hewan kembali kerumahnya, seorang ayah kembali kerumah melepas lelah dari aktivitas yg padat menjerat, burung-burung kembali ke sangkarnya untuk bertemu gembira dengan sanak keluarga dan anak-anaknya.

    Senja waktu yg tepat untuk bercengkrama dengan sanak saudara, tertawa bahagia dalam suasana cinta, melepas letih lelah jiwa, hingga senja pun sirna di telan malam gelap gulita, Suasanapun akan berbeda jua.

   Dari senja aku belajar, bahwa yg indah itu bersifat sementara. Dan aku pun jadi tahu, hanya senja yg tahu cara berpamitan dengan suasana indah.

    Senja mu, jangan kau lewatkan tanpa hal yg berarti, karena dia bisa tak kembali kau jumpai lagi, senja saat yg tepat mengefaluasi untung dan rugi segala aktivitas yg kita lalui.

   "Senja itu jangan kau pergi...
Kau selalu hangat menemani... 
Izinkan ku sampaikan kata bahagia itu dalam dekapan rindu......
senja kau datang lagi, menghilangkan rasa gundah di hati,  menentramkan jiwa nya  yg tersakiti.....
Senja...senja kau datang seketika...
Kau Mampu kumpulkan mereka dalam suasana cinta.....".



                         ×Wallahu a'lam×

                                                         PenaHati

                                           

PERANG AJNADIN PERANG KAUM muslimin yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah ra, di bawah komando khalifah Umar bin Khattab ra,






                     

PERANG AJNADIN


وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إسْرائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا 

(٥) فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

Artinya : ”Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam kitab itu: ”Sesunguhnya kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana”.(QS.Al-Israa : 4-5)

Perang ini disebut dengan perang Ajnadin, yaitu perang yang berkobar antara kaum muslimin yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah ra di bawah komando khalifah Umar bin Khattab ra, dengan pasukan Romawi yang dipimpin oleh panglima Arthabun, seorang panglima yang ketika di bawah kekuasaannya kekuatan tentara Romawi hancur.

Betapa diperhitungkannya kekuatan militer Islam di zaman kekhilafahan. Tengok saja di masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Yerusalem – yang saat ini Israel mencaploknya dari Palestina – begitu mudahnya ditaklukkan tanpa ada perlawanan. Uskup gereja di sana saat itu menyerahkan “kunci kota” kepada umat Islam dengan keyakinan tinggi bahwa penaklukkan Islam di Yerusalem sebagai kehendak Tuhan yang mengakhiri kekuasaan kaum Byzantium.

Tapi, penaklukan kota tua ini diawali dengan perjalanan perang jihad yang panjang. Khalifah Umar memerintahkan Amr Ibn Al Ash dan Syarhabil Ibn Hasanah untuk menguasai Yerusalem. Kejadian ini terjadi pada tahun 635 M. Amr dan Syarhabil akan menuju  Yerusalem dengan membawa pasukan. Tapi, itu bukan jalan mudah. Pasalnya, mereka mesti menaklukkan terlebih dahulu beberapa daerah untuk bisa masuk ke Yerusalem.

Pasukan pun melangkah lewat area pegunungan subur dan penuh pepohonan di Golan (Jaulan). Di sini, pasukan muslim akan melewati Galileia yang ada di utara Palestina. Sama seperti Golan, wilayah ini juga sangat subur. Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki memori sejarah penting di kota ini. Dan, peperangan kecil terjadi. Pasukan yang dipimpin Amr dan Syarhabil berhasil memenangkan pertempuran dengan pasukan Byzantium yang kala itu berkuasa.

Kota-kota sepanjang Galileia mampu ditaklukkan pasukan muslim, dan penduduknya diberikan jaminan keamanan dan kepemilikan. Rupanya strategi Umar untuk menaklukkan Yerusalem sangat cerdas. Kota ini bakal dikuasai dengan jalan pengepungan. Di lain sisi Palestina, Yazid Ibn Abi Sufyan dan Muawiyah ternyata juga diutus untuk membantu menaklukkan Yerusalem. Muawiyah membawa pasukan untuk menaklukkan wilayah utara Palestina lainnya. 

Akhirnya Beirut, Tripoli, Sidon, Byblos, dan Latakia berhasil dikuasai. Sementara itu, Yazid menaklukkan daerah di Palestina sebelah selatan. Daerah yang berhasil dikuasai Yazid dan pasukan muslim adalah Sidon, Tyre, Acre, hingga Haifa. Usai menaklukkan Haifa, Yazid dan pasukannya bergabung dengan Amr. Dua kekuatan militer ini lantas berjalan menuju Yerusalem.

Pangeran Konstantin II, penguasa wilayah Caesarea yang ada di Barat Palestina, merasa gelisah dengan pergerakan pasukan Islam ke Yerusalem. Dari kota bandar yang ada di pesisir Levantina ini, Pangeran Konstantin II meminta bantuan pasukan Byzantium dari Siprus dan Konstantinopel. Padahal, kala itu, pertahanan Caesaria cukup kuat sebagai daerah kekuasaan Byzantium. Lalu, terbentuklah pasukan Byzantium di bawah komando Artavon yang harus menghadang pasukan Islam yang harus melewati daerah Caesarea untuk bisa sampai ke Yerusalem. 

Tak ayal lagi, pasukan Amr dan Yazid bertemu pasukan Artavon dari Caesarea. Perang hebat pun terjadi di daerah Ajnadin. Atas izin Allah, pasukan Islam menang. Artavon lalu melarikan diri ke Yerusalem. Dari kemenangan inilah rencana penaklukan Yerusalem jadi semakin mudah. Khalifah Umar segera memerintahkan penambahan pasukan untuk mendukung Amr. Pasukan yang dipimpin Ubaidah, Khalid, dan Mu’awiyah diminta untuk membantu setelah sebelumnya menaklukkan Suriah dan pesisir Levantina. Dan, pasukan Islam pun mengepung sepanjang kota selama musim dingin.

Rasa gentar dihadapi oleh Artavon dan Patriarch Sophronius. Patriarch adalah uskup agung gereja Yerusalem. Mereka beradu mulut. Artavon tidak ingin bila Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam. Di lain sisi, Patriarch menginginkan Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam dengan damai. Dia yakin kedatangan pasukan Islam sebagai bentuk kehendak Tuhan. Perdebatan itu disaksikan oleh orang-orang di dalam gereja yang letaknya dalam benteng. Dan, orang-orang ini menyetujui ide Patriarch.

Lantas dikirimlah utusan gereja menemui pasukan Islam. Utusan ini menyampaikan bahwa Yerusalem akan diserahkan dengan beberapa syarat. Yaitu, penyerahan kota tidak dilakukan dengan jalan peperangan, pasukan Byzantium dibiarkan untuk menuju Mesir, dan Khalifah Umar diminta datang ke Yerusalem untuk serah-terima “kunci kota”.  Abu Ubaidah yang menerima utusan gereja itu menyanggupi permintaan yang ada.

Setelah kabar gembira ini disampaikan ke Umar, Umar tetap berpegang teguh dengan prinsip musyawarah. Kemudian ia bermusyawarah dengan Usman bin Affan ra dan Ali bin Abi Talib ra. Usman ra mengusulkan kepadanya agar tetap melakukan pengepungan terhadap        Al-Quds sampai orang Romawi berada dalam keadaan terjepit dan merasa terpaksa untuk keluar atau menyerahkan diri.Sedangkan Ali bin Abi Talib ra mengusulkan kepadanya agar menyerahkan perkara ini kepada Allah SWT, lalu ia berangkat  ke Al-Quds sendirian. 

Setelah itu Umar bin al-Khattab ra berpikir dan tidak tergesa-gesa, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengambil kedua usulan tersebut, yaitu berangkat dengan pasukan tambahan dari kota Madinah menuju Al-Quds. Jika Al-Quds berhasil ditaklukkan dengan cara damai, maka itu sesuai dengan harapan. Namun, jika sebaliknya, berarti perang di bawah kepemimpinannya langsung sampai mendapatkan salah satu dari dua kebaikan.

        Sebelum berita kedatangan Umar bin al-Khattab ra dengan pasukannya sampai kepada Arthabun, ia memutuskan untuk lari ke Mesir dan menyerahkan Al-Quds kepada pendeta Shofronius, seorang pemimpin Nasrani di Al-Quds. Sebelum Umar bin al-Khattab ra sampai, Pendeta segera menawarkan perdamaian kepada Abu Ubaidah bin Jarrah ra. Lalu Abu Ubaidah bin Jarrah ra memberitahukan kepadanya bahwa keputusan ada di tangan amirul mukminin yang akan segera tiba. 

Akhirnya Umar sampai di al-Quds dan kota tersebut takluk dengan damai. beliau pun segera menuju Yerusalem. Masyarakat kota ini bahkan menyiapkan arakan untuk menyambut Umar yang bagi mereka cukup disanjung sikap adilnya. Tapi, arakan ini mendadak hilang. Pasalnya, orang-orang di Yerusalem hanya melihat dua orang dan seekor unta. Salah satunya naik ke punggung unta. Sungguh, tidak tampak seperti kedatangan penguasa di zaman sekarang ini yang penuh dengan penyambutan mewah.

Penduduk kota menyangka Umarlah yang naik di punggung unta. Justru sebaliknya, yang di punggung unta adalah pengawal Umar. Ternyata mereka bergantian naik unta selama dalam perjalanan. Umar tidak egois membiarkan pengawalnya kelelahan. Kejadian ini menambah kagum penduduk Yerusalem terhadap pemimpin barunya.. Apalagi, Umar hanya memakai pakaian lusuh, bekal makanan seadanya, dan satu tikar untuk sholat.

Umar merenungkan nasib Al-Quds hingga ia menangis. Karena ia mengetahui dengan pasti bahwa Al-Quds akan segera ditaklukkan dengan izin Allah SWT. Sesampainya di kota, Umar disambut Uskup Patriarch. Umar diajak ke beberapa tempat suci di kota. Uskup membukakan Gereja Makam Suci kala waktu dhuhur tiba. Maksudnya, Umar dipersilakan shalat dulu di gereja itu. Namun, hal tersebut ditolak Umar.

“Jika saya melaksanakan shalat di gereja ini, saya khawatir para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini dimasa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya Gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat diluar,” ucap Umar yang tetap menghormati pemeluk agama lain dalam wilayah perlindungan Islam.

Waktu azan pun tiba, Beliau segera menyuruh Bilal untuk mengumandangkan azan. Dan suara takbir bergema di segala penjuru dengan penuh kewibawaan yang benar.  Sesungguhnya tentara Allah tidak akan datang kecuali untuk mengeluarkan  orang-orang yang berbuat aniaya dari kiblat pertama umat Islam, dan membebaskan penduduk Palestina dari penjajah Romawi. 

Setelah dua hari  berlalu, kaum muslimin dikejutkan oleh sekelompok penunggang kuda yang mendatangi mereka. Mereka adalah utusan pendeta Shofronius. Maka terjadilah perundingan diantara kedua belah pihak. Dan akhirnya perjanjian pun disepakati (perjanjian Umar), Berikut adalah isi dari perjanjian tersebut:

بسم الله الرحمن الرحيم .هذا ما أعطى عبد الله: عمر أمير المؤمنين أهل إيلياء من الأمان، أعطاهم: أماناً لأنفسهم، وأموالهم، ولكنائسهم وصلبانهم، وسقيمها وبريئها، وسائر ملتها. وألا تسكن كنائسهم، ولا تهدم، ولا ينتقص منها ولا من حَيِّزِها ولا من صَلِيبِهم، ولا من شيء من أموالهم، ولا يُكرهون على دينهم، ولا يضار أحد منهم ولا يسكن بإيلياء معهم أحد من اليهود.

Artinya : Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi Penyayang. Ini adalah perdamaian yang  diberikan hamba Allah Umar bin Khattab Amirul mukminin kepada penduduk Elia berupa jaminan keamanan. Beliau telah memberikan mereka  keamanan terhadap jiwa-jiwa mereka, harta-harta mereka, tempat ibadah mereka, salib-salib mereka, yang sakit dan yang sehat dari mereka, dan semua ajaran agama mereka. Tempat ibadah mereka tidak boleh diduduki, dan tidak boleh dihancurkan atau dimusnahkan, begitu pun dengan salib-salib mereka dan harta-harta mereka. Agama mereka tidak boleh dibenci dan tidak seorang pun dari mereka yang boleh diserang. Dan tidak seorang Yahudi pun yang boleh tinggal di Elia bersama mereka.

Setelah perjanjian disepakati dan Al-Quds jatuh ke tangan Umar bin al-Khattab ra, pendeta mengajaknya berkeliling kota. Ketika sedang berjalan-jalan, ia bertanya kepada Pendeta tentang batu Ya’qub (Batu tapak Isra’ dan Mi’raj). Pendeta lalu menunjukkan tempatnya. Ternyata letaknya di pekuburan dan di bawah tumpukan sampah. 

Maka ia bersiap-siap lalu membersihkan kotoran-kotoran yang ada di sekitarnya sampai batu tersebut menjadi bersih. Setelah itu ia shalat di dekatnya, lalu meninggalkan batu tersebut tanpa merendahkannya. Adapun batu ini di atasnya sekarang didirikan kubah batu (Qubbah Sakhrah) oleh  Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Dari semua itu, terbuktilah firman Allah SWT :

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا

Artinya : ”Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk kedalam masjid (Masjid Al-Aqsha), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai”.

Kemenangan Umar atas Yerusalem hingga seluruh wilayah Palestina. Yordania, pesisir Levantina,  dan Suriah, menandai berakhirnya kakuasaan Byzantium (Yunani-Romawi). Setelah dalam genggaman Islam, Palestina hidup dalam naungan pemerintahan Islam.

Kabar baiknya, sekali pun sudah berada dalam kekuasaan Islam, hak-hak masyarakat non Islam tetap dilindungi. Ini berkebalikan dengan pemerintahan Zionis Israel di zaman sekarang yang melakukan pembunuhan massal penduduk Palestina untuk merebut tanah suci ini dan seluruh wilayah di sekitarnya.


Referensi:

2.  http://www.knrp.org/2015/07/penaklukan-al-quds-pada-zaman-khalifah-umar-bin-khattab-ra/



                                                             
     Wallahu A'lam
                                                                                                                                                     @PenaHati
                                          

GAZA, PALESTINA, AL QUDS DALAM AL QURAN DAN HADIST

                          

      GAZA, PALESTINA,  AL QUDS DALAM AL QURAN DAN HADIST   

                    

عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا حَتَّى نَزَلَتْ الْآيَةُ 
الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

Artinya : Dari Al-Bara bin ‘Azib berkata, “Saya shalat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas bulan, sampai turun ayat di dalam Surah Al-Baqarah WAHAITSU MA KUNTUM FAWALLAU WUJUHAKUM SYATROH...” (H.R. Bukhari). Ayat yang di sebut dalam hadist tersebut adalah surat Al-Baqarah ayat 144.

1. Masjid yang kedua di bangun oleh manusia bumi

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ يَعْنِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ قُلْتُ كَمْ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً
Artinya : "Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?" Beliau bersabda, "Al-Masjid Al-Haram". Abu Dzar bertanya lagi, "Kemudian apa?". Beliau bersabda, "Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha". Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” . Abu Dzar bertanya lagi, "Berapa lama antara keduanya?". Beliau menjawab, "Empat puluh tahun". (H.R. Ahmad dari Abu Dzar).

2. Tempat Ziarah yang sangat di anjurkan

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ

Artinya : "Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)". (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

         3. Keutamaan Masjid Al- Aqsa

أَنَّ مَيْمُونَةَ مَوْلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ أَرْضُ الْمَنْشَرِ وَالْمَحْشَرِ ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ فَإِنَّ صَلَاةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ

Artinya : “Sesunggunya Maimunah pembantu Nabi berkata, “Ya Nabiyallah, berilah kami fatwa tentang Baitul Maqdis”. Maka Rasulullah menjawab, “Bumi tempat bertebaran dan tempat berkumpul. Datangilah ia, maka shalatlah di dalamnya, karena sesungguhnya shalat di dalamnya seperti seribu kali shalat dari shalat di tempat lain”. (HR Ahmad).

الصلاة في المسجد الحرام بمائة ألف صلاة، والصلاة في مسجدي، بألف صلاة، والصلاة في بيت المقدس بخمسمائة صلاة
Artinya : ”Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali lipat. Dan sholat di Masjidil Aqsha lebih utama lima ratus kali lipat.” (HR Ahmad dari Abu Darda).

تَذَاكَرْنَا وَ نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَيُّهُمَا أَفْضَلُ, مَسْجِدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أو مَسْجِدُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : صلاة في مَسْجِدِيْ هذا أَفْضَلُ مِنْ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيْهِ وَ لَنِعْمَ الْمُصَلَّى وَ لَيُوُشِكَنَّ أَنْ لاَ يَكُوْنَ لِلَّرَجُلِ مِثْلُ شَطَنِ فَرَسِهِ مِنَ اْلأَرْضِ حَيْثُ يُرَى مِنْهُ بَيْتُ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيْعًا أَوْ قَالَ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا .

Artinya : “Kami saling bertukar pikiran tentang mana yang lebih utama, masjid Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam atau Baitul Maqdis, sedangkan di sisi kami ada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya dari dunia seluruhnya”, atau ,”lebih baik dari dunia seisinya”. (HR Ath-Thabrani dan Al-Hakim).

أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللهَ - عَزَّ وَجَلَّ - خِلَالاً ثَلَاثَةً؛ سَأَلَ اللهَ - عَزَّ وَجَلَّ - : حُكْماً يُصَادِفُ حُكْمَهُ، فَأُوتِيَهُ، وَسَأَلَ اللهَ - عَزَّ وَجَلَّ - مُلْكاً لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ، فَأُوتِيَهُ، وَسَأَلَ اللهَ - عَزَّ وَجَلَّ - حِيْنَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إلَّا الصَّلَاةُ فِيْهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِي رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُوْنَ قَدْ أُعطِيَ الثَّالِثَةَ).

Artinya : ”Sesungguhnya ketika Sulaiman bin Dawud membangun kembali Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah ’Azza Wa Jalla tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah ’Azza Wa Jalla agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukum-Nya, lalu dikabulkan; dan meminta kepada Allah ’Azza Wa Jalla dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan; serta memohon kepada Allah bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorang pun yang berkeinginan shalat di situ, kecuali agar dikeluarkan kesalahannya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya (dalam riwayat lain : Lalu Nabi Muhammad Shallallaahu ’Alaihi Wasallam bersabda : ”Ada pun yang kedua, maka telah diberikan. Dan aku berharap, yang ketiga pun dikabulkan)”. (HR. An-Nasa’i).

     4Tempat bertolaknya jamaah haji

مَنْ أَحْرَمَ مِنْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya : “Barangsiapa berihram dari Baitul Maqdis Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Ahmad dari Ummu Salamah isteri Rasulullah).

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ لَعَدُوِّهِمْقَاهِرِينَ
 لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلَّا مَا أَصَابَهُمْ مِنْ لَأْوَاءَحَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيْنَ هُمْ قَالَ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ

Artinya : "Tidak henti-hentinya thaifah dari umatku yang menampakkan kebenaran terhadap musuh mereka. Mereka mengalahkannya, dan tidak ada yang membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya, hingga datang kepada mereka keputusan Allah 'Azza wa Jalla, dan tetaplah dalam keadaan demikian". Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, di manakah mereka?". Beliau bersabda, "Di Bait Al-Maqdis dan di sisi-sisi Bait Al-Maqdis". (HR Ahmad dari Abi Umamah).

5. Tempat yang akan di bebaskan oleh kaum muslimin

عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ

Artinya : "Dari Abu Hurairah bahwa Raslullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum Muslimin berperang dengan Yahudi, maka kaum Muslimin berhasil membunuh mereka sehingga Yahudi bersembunyi di balik pohon dan batu. Lalu batu atau pohon itu berkata : Wahai Muslim.. Wahai Abdullah… ini Yahudi sembunyi di belakangku, maka segera bunuh dia, kecuali gharqad karena ia adalah dari pohon Yahudi". (H.R. "Wallahu A'lam"