5 Hal Yang Harus Kamu Ketahui Agar Persaudaraan Umat Islam Terwujud
Para ikhwan yang di
rahmati Alloh ta’alla, Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena pada hari ini, kita semua masih diberi
nikmat kesehatan jasmani, dan rohani.
Sehingga
kita masih bisa melangkahkan kaki menuju tempat ini dalam rangka tentunya
mengharap ridho dan ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka, sebagai
bentuk syukur itu, marilah senantiasa kita melaksanakan perintah-perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya.
Di muqodimah tadi
saya membacakan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah
Al-Hujurat [49]: 10.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman
itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS
Al-Hujurat [49]: 10)
Ayat ini menjelaskan
dan bahkan memberitahukan kepada kita, bahwa semua umat islam yang beriman
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, adalah bersaudara, tidak ada yang
membedakan.
Seperti yang
disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, “Bahwa orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, agar kamu
mendapat rahmat.”
Jadi menurut khemat
saya ayat ini juga menjelaskan bahwa kalau orang sudah sama-sama tumbuh iman
dalam hatinya, tidak mungkin mereka akan bermusuhan karena pada hakikatnya
sesama orang beriman adalah bersaudara, jadi kalau kita sudah mengikrarkan diri
beriman kepada Allah namun masih memusuhinya, maka perlu di tanyakan itu
keimanan nya.
Para Ikhwan yang
mengharap riho Allah, perlu diketahui oleh kita, bahwa dalam bahasa arab
kata اخ berarti persamaan dan keserasian dalam
banyak hal. Karenanya, banyak yang menyebutkan persamaan dalam keturunan mengakibatkan
persaudaran, persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan dan
persamaan dalam kepercayaan juga menimbulkan persaudaraan.
Pertama
bentuk jamak (plural) dari kata اخ dalam Al-Quran ada
dua macam :
Pertama, اخوان disebutkan 22 kali
dalam Al-Quran, biasanya digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak
sekandung seperti firman Allah Subhanau Wa Ta’ala Q.S. At-Taubah [9]:
11:
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا
الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي
الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Jika mereka bertaubat, mendirikan
sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu
seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”
(Q.S. At-Taubah [9]: 11)
Kedua, اخوة yang digunakan untuk arti persaudaraan sekandung.
Sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Yusuf [12]: 7.
لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ
Artinya : “Sesungguhnya ada
beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya
bagi orang-orang yang bertanya.” (Q.S. Yusuf [12]: 7).
Kata اخوة yang digunakan dalam Al-Quran sebanyak
7 (tujuh) kali, seluruhnya digunakan untuk pengertian saudara seketurunan
kecuali satu ayat dalam surat Al-Hujurat ayat 10 di atas.
Pada ayat ini digunakan kata “ikhwah” yang selalu
digunakan untuk arti persaudaraan yang tidak seketurunan padahal kalimatnya
saudara seiman itu terdiri atas banyak manusia yang tidak seketurunan atau
sekandung.
Menurut Pakar tafsir,
Prof. Quraish Shihab, “hal ini bertujuan mempertegas dan mempererat jalinan
hubungan antara sesama Muslim, seakan-akan hubungan tersebut dijalin bukan saja
oleh keimanan mereka yang ditunjuk oleh kata “Al- Mu’minun”, tetapi ia seakan
dijalin oleh persaudaraan seketurunan yang ditunjukkan dengan kata
“ikhwah” tersebut sehingga tidak ada satu alasan apapun untuk meretakkan
hubungan antar mereka.”
Dalam pembahasan di
atas tentu muncul pertanyaan dalam diri kita, “bagaiman cara menjaga dan
mewujudkan ukhuwah di antara orang beriman…? Allah Subhanahu wa
Ta’ala menjawabnya melalui kitabnya yang terdapat dalam firman Alloh,
suroh Ali-Imran ayat 103
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, seraya berjamaah dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.”
Menurut para ahlitafsir
Menurut para ahli
tafsir, ayat ini turun berkenaan dengan ukhuwah di antara kaum Anshar dari Suku
Aus dan Khazraj, akibat provokasi orang Yahudi Madinah yang tidak senang
melihat kerukunan mereka setelah mereka masuk Islam. Seperti disebutkan dalam
kitab-kitab tarikh bahwa suku Aus dan Khazraj sebelum masuk Islam, mereka saling
bermusuhan.
Selama ratusan tahun,
kedua suku tersebut selalu konflik, dan kerap terjadi perangan yang memakan
banyak korban di antara kedua belah pihak. Setelah mereka masuk Islam, berjamaah
dalam satu kepemimpinan (Rasulullah) mereka dapat hidup rukun dan
damai. Inilah yang menyebabkan orang Yahudi sakit hati.
Lalu setelah Berjamaah, apa
saja yang dapat menjaga ukhuwwah itu tetap terjaga dan semakin membaik..?
Agar ukhuwah
Islamiyah tetap terjaga, Rasulullah Shallallahu Alahi
Wasallam bersabda dalam sebuah hadits:
آلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ
يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي
حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ
كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ
اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Seorang Muslim
adalah saudara bagi Muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak
membiarkannya disakiti. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka
Allah akan membantu kebutuhannya. barang siapa yang menghilangkan satu
kesusahan seorang Muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari
kesusahan-kesusahan hari kiamat. barang siapa yang menutupi (aib) seorang
Muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (H.R. Abu
Dawud)
Jadi para ikhwan,
dalam hadist ini kita mendapatkan pelajaran bahwa agar persaudaraan umat Islam
(ukhuwah islamiyah) dapat terjaga hendaknya kita melakukan hal-hal sebagai
berikut:
Dalam hadits
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam di atas, dikatakan bahwa
seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Muslim tidak boleh menzalimi
dan tidak boleh membiarkan Muslim lainnya disakiti. hadits ini juga mengandung
pesan bahwa sesama Muslim harus saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan
sebaliknya saling mengganggu.
Setiap Muslim harus menghargai
saudaranya. Jangan saling menghina dan merendahkan, sehingga membuat harga
dirinya jatuh dan diremehkan di mata orang lain. Dalam hadits lain disebutkan.
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ
وَعِرْضُهُ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ(
“Cukuplah seseorang itu dalam
kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim
terhadap Muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan
kehormatannya.” (H.R. Muslim)
Ketiga, Memenuhi apa
yang diperlukankan
Jika saudara kita memerlukan bantuan,
maka sebisa mungkin kita membantunya, jika tidak bisa memenuhi semuanya, maka
kita bantu sesuai kemampuan kita. Jika terpaksa tidak bisa memberikan bantuan,
maka berikan nasihat yang baik, motivasi dan doa yang tulus untuk
keberhasilannya.
Keempat,
Menghilangkan kesulitannya.
Menghilangkan kesulitan saudara kita
adalah salah satu ibadah yang utama. Nabi Muhammad Shallallahu Alahi
Wasallam terkenal senantiasa berusaha menghilangkan kesulitan umatnya.
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam tidak senang apabila umatnya
mengal ami kesulitan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam surah At-Taubah [9]: 128
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ
مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berjanji kepada orang yang menutupi aib saudaranya, Dia akan
menutupi aib-aibnya pula di akhirat dan mengampuni dosa-dosanya serta
menggantinya dengan rahmat dan surga-Nya.
Semoga dengan memperhatikan hal-hal di atas, kita semua terhindar dari perpecahan dan permusuhan. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala melembutkan hati umat Islam semuanya untuk dapat bersatu, berjamaah, saling membantu dan saling menolong dalam bingkai Al-Jamaah. Wallahu A’lam.