This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

5 Hal Yang Harus Kamu Ketahui Agar Persaudaraan Umat Islam Terwujud

 5 Hal Yang Harus Kamu Ketahui Agar Persaudaraan Umat Islam Terwujud 

5 Hal Yang Harus Kamu Ketahui Agar Persaudaraan Umat Islam Terwujud

Para ikhwan yang di rahmati Alloh ta’alla, Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena pada hari ini, kita semua masih diberi nikmat kesehatan jasmani, dan rohani.

Sehingga kita masih bisa melangkahkan kaki menuju tempat ini dalam rangka tentunya mengharap ridho dan ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka, sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa kita melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Di muqodimah tadi saya membacakan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Hujurat [49]: 10.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat [49]: 10)

Ayat ini menjelaskan dan bahkan memberitahukan kepada kita, bahwa semua umat islam yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, adalah bersaudara, tidak ada yang membedakan.

Seperti yang disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir“Bahwa orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, agar kamu mendapat rahmat.”

Jadi menurut khemat saya ayat ini juga menjelaskan bahwa kalau orang sudah sama-sama tumbuh iman dalam hatinya, tidak mungkin mereka akan bermusuhan karena pada hakikatnya sesama orang beriman adalah bersaudara, jadi kalau kita sudah mengikrarkan diri beriman kepada Allah namun masih memusuhinya, maka perlu di tanyakan itu keimanan nya.

Para Ikhwan yang mengharap riho Allah, perlu diketahui oleh kita, bahwa dalam bahasa arab kata اخ berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Karenanya, banyak yang menyebutkan persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaran, persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan dan persamaan dalam kepercayaan juga menimbulkan persaudaraan.

Pertama bentuk jamak (plural) dari kata اخ dalam Al-Quran ada dua macam :

Pertama, اخوان disebutkan 22 kali dalam Al-Quran, biasanya digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung seperti firman Allah Subhanau Wa Ta’ala Q.S. At-Taubah [9]: 11:

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”  (Q.S. At-Taubah [9]: 11)

Kedua, اخوة yang digunakan untuk arti persaudaraan sekandung.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Yusuf [12]: 7.

لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ

Artinya : “Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.” (Q.S. Yusuf [12]: 7).

Kata اخوة yang digunakan dalam Al-Quran sebanyak 7 (tujuh) kali, seluruhnya digunakan untuk pengertian saudara seketurunan kecuali satu ayat dalam surat Al-Hujurat ayat 10 di atas.

Pada ayat ini digunakan kata “ikhwah” yang selalu digunakan untuk arti persaudaraan yang tidak seketurunan padahal kalimatnya saudara seiman itu terdiri atas banyak manusia yang tidak seketurunan atau sekandung.

Menurut Pakar tafsir, Prof. Quraish Shihab, “hal ini bertujuan mempertegas dan mempererat jalinan hubungan antara sesama Muslim, seakan-akan hubungan tersebut dijalin bukan saja oleh keimanan mereka yang ditunjuk oleh kata “Al- Mu’minun”, tetapi ia seakan dijalin oleh  persaudaraan seketurunan yang ditunjukkan dengan kata “ikhwah” tersebut  sehingga tidak ada satu alasan apapun untuk meretakkan hubungan antar mereka.”

Dalam pembahasan di atas tentu muncul pertanyaan dalam diri kita, “bagaiman cara menjaga dan mewujudkan ukhuwah di antara orang beriman…? Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawabnya melalui kitabnya yang terdapat dalam firman Alloh, suroh Ali-Imran ayat 103

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, seraya berjamaah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Menurut para ahlitafsir

Menurut para ahli tafsir, ayat ini turun berkenaan dengan ukhuwah di antara kaum Anshar dari Suku Aus dan Khazraj, akibat provokasi orang Yahudi Madinah yang tidak senang melihat kerukunan mereka setelah mereka masuk Islam. Seperti disebutkan dalam kitab-kitab tarikh bahwa suku Aus dan Khazraj sebelum masuk Islam, mereka saling bermusuhan.

Selama ratusan tahun, kedua suku tersebut selalu konflik, dan kerap terjadi perangan yang memakan banyak korban di antara kedua belah pihak. Setelah mereka masuk Islam, berjamaah dalam satu kepemimpinan (Rasulullah) mereka dapat hidup rukun dan damai. Inilah yang menyebabkan orang Yahudi sakit hati.

Lalu setelah Berjamaah, apa saja yang dapat menjaga ukhuwwah itu tetap terjaga dan semakin membaik..?

Agar ukhuwah Islamiyah tetap terjaga, Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits:

آلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang Muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. barang siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (H.R. Abu Dawud)

Jadi para ikhwan, dalam hadist ini kita mendapatkan pelajaran bahwa agar persaudaraan umat Islam (ukhuwah islamiyah) dapat terjaga hendaknya kita melakukan hal-hal sebagai berikut:

Pertama Tidak boleh menzalimi

Dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam di atas, dikatakan bahwa seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Muslim tidak boleh menzalimi dan tidak boleh membiarkan Muslim lainnya disakiti. hadits ini juga mengandung pesan bahwa sesama Muslim harus saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan sebaliknya saling mengganggu.

Kedua Tidak boleh merendahkan

Setiap Muslim harus menghargai saudaranya. Jangan saling menghina dan merendahkan, sehingga membuat harga dirinya jatuh dan diremehkan di mata orang lain. Dalam hadits lain disebutkan.

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ(

“Cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.” (H.R. Muslim)

Ketiga, Memenuhi apa yang diperlukankan

Jika saudara kita memerlukan bantuan, maka sebisa mungkin kita membantunya, jika tidak bisa memenuhi semuanya, maka kita bantu sesuai kemampuan kita. Jika terpaksa tidak bisa memberikan bantuan, maka berikan nasihat yang baik, motivasi dan doa yang tulus untuk keberhasilannya.

Keempat,  Menghilangkan kesulitannya.

Menghilangkan kesulitan saudara kita adalah salah satu ibadah yang utama. Nabi Muhammad Shallallahu Alahi Wasallam terkenal senantiasa berusaha menghilangkan kesulitan umatnya. Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam tidak senang apabila umatnya mengal ami kesulitan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah At-Taubah [9]: 128

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Kelima, Menutupi aibnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji kepada orang yang menutupi aib saudaranya, Dia akan menutupi aib-aibnya pula di akhirat dan mengampuni dosa-dosanya serta menggantinya dengan rahmat dan surga-Nya.

Semoga dengan memperhatikan hal-hal di atas, kita semua terhindar dari perpecahan dan permusuhan. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala melembutkan hati umat Islam semuanya untuk dapat bersatu, berjamaah, saling membantu dan saling menolong dalam bingkai Al-Jamaah. Wallahu A’lam.


6 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan Yang Perlu Kamu Ketahui

 6 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan Yang Perlu Kamu Ketahui

6 Aml ibadah utama pada bulan puasa

Bagi umat muslim, bulan suci Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk memperbanyak amal ibadah, karena pada bulan Ramadhan segala amal yang dikerjakan akan mendpat nilai yang berlipat dari bulan-bulan lainnya.

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang dinanti-nanti bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Setiap umat Islam akan berlomba-lomba dalam melakukan amal kebaikan. Ramadan disebut sebagai bulan yang mulia karena terdapat banyak kemuliaan di dalamnya.

Kewajiban untuk melaksanakan puasa selama satu bulan penuh oleh seluruh umat Islam di bulan Ramadan, tetapi tidak semua orang yang berpuasa akan mendapatkan kemuliaan yang disebut dengan takwa. Karena dalam berpuasa, hanya orang-orang yang serius dan bersungguh-sungguhlah yang akan mendapatkan peningkatan takwa.

Maka dari itu, untuk meraih ketakwaan dan menunjukkan kesungguhan dalam berpuasa, terdapat lima amalan utama yang dapat dilakukan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad .

1. Memeperbanyak Shalat

Menurut Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya, Pada bulan Ramadhan hendaknya mengerjakan shalat fardu dan juga ditambah dengan yang sunah. Salat sunah merupakan salat yang dapat dikerjakan di luar salat fardu. Salah satunya adalah salat sunah rawatib, yaitu salat yang melekat dengan salat fardu yang dapat dilakukan sebelum maupun setelah salat fardu.

Salat rawatib terdiri dari dua belas rakaat, di antaranya dua rakaat sebelum Subuh, empat rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat setelah Zuhur, dua rakaat setelah Magrib, dan dua rakaat setelah Isya. Khusus untuk salat sunah rawatib sebelum Zuhur, diperbolehkan dua rakaat saja jika waktunya terbatas.

Jika dua belas rakaat dari salat sunah rawatib ini konsisten dilakukan, maka akan dibangunkan baginya satu rumah di surga. Dari Ummu Habibah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, Rasulullah bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 rakaat, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim, no, 728).

Selain salat sunah rawatib, terdapat pula salat sunah mutlak yaitu salat yang berdampingan dengan salat fardu tetapi ada pula yang terpisah. Contoh yang berdampingan adalah salat sunah empat rakaat sebelum Asar.

Terdapat juga shalat di antara azan dan ikamah, salat tahiyatul masjid, salat duha yang terbagi menjadi awal duha (satu jam setengah setelah salat Subuh disebut juga dengan syuruk dan dilaksanakan sebanyak dua rakaat), pertengahan duha (sekitar jam delapan sampai sepuluh dan jumlahnya dua sampai empat rakaat), dan akhir duha (sekitar jam sepuluh sampai sebelas dan jumlahnya dua, empat, sampai delapan rakaat). Lalu di malam harinya terdapat salat tahajud dengan sebelas rekaat dengan witir dan  salat tarawih.

2. Perbanyak infak dan Sedekah

Melakukan ibadah puasa merupakan amalan wajib di bulan Ramadan. Orang yang berpuasa ada baiknya memperbanyak sedekah.

Bersedekah bisa dengan menyumbangkan uang atau dengan memberi makanan dan minuman untuk berbuka. Allah menjanjikan ganjaran pahala bagi orang yang melakukan amalan tersebut, sebagaimana dalam sabda Rasulullah :

"Barangsiapa yang memberi buka orang yang puasa akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun." (HR. Tirmidzi no. 807.)

Perbanyaklah infak dan sedekah di bulan Ramadan karena bertepatan dengan waktu yang mulia sehingga setiap amalan akan dilipatgandakan pahalanya yaitu berupa 700 kali lipat dikali sepuluh. Selain itu, infak dan bersedekah dapat membantu banyak orang yang membutuhkan apalagi di masa pandemi saat ini.

Dalam hadis Ibnu Abbas r.a. disebutkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau bertambah kedermawanannya di bulan Ramadan ketika bertemu dengan malaikat Jibril, dan Jibril menemui beliau di setiap malam bulan Ramadan untuk mudarosah (mempelajari) Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhari).

Nabi Muhammad . adalah orang yang sangat luar biasa dermawan dan bertambah dermawan lagi ketika tiba Ramadan. Maka dari itu, tingkatkanlah rasa kedermawanan, berikanlah infak maupun sedekah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Memberi itu tidak harus dengan uang tetapi dapat pula memberi dengan makanan sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Artinya: “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini sahih)

3. Perbanyak Membaca dan Menghafal Al Quran

Banyak Membaca dan Menghafal Al Quran atau berinteraksi dengan Al-Qur’an merupakan salah satu sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah . karena memberikan manfaat sangat banyak baik di dunia maupun di akhirat.

Membaca dan Menghafal atau berinteraksi dengan Al-Qur’an merupakan salah satu amalan yang sangat penting pada bulan Ramadan. Berikut merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an:

Banyak membaca Al-Qur’an (qiraah). Di bulan Ramadan, buat target khusus yaitu haruslah khatam tiga puluh juz. Strategi yang dapat dilakukan agar dapat lebih mudah mengkhatamkan Al-Qur’an yaitu dengan dibagi tiga puluh yang berarti menargetkan sehari satu juz, lalu satu juz dibagi dalam lima waktu sholat, kemudian dibagi lagi menjadi sebelum dan setelah salat. Jika strategi ini konsisten dilakukan maka di akhir Ramadan insyaallah dapat mengkhatamkan tiga puluh juz Al-Qur’an.

Tilawah, mengkaji Al-Qur’an. Banyak pahala yang didapatkan saat bertilawah. Selama bertilawah, rahmat Allah . dibentangkan sehingga saat berdoa akan cepat dikabulkan dan ketika beristigfar akan diampuni. Selain itu, orang yang bertilawah akan diberikan ketenangan dalam jiwa.

4. Menjaga Lisan

Menjaga lisan sangat diperlukan saat bulan Ramadan. Terlebih, lisan dapat menjadi senjata mematikan, maka dari itu berkatalah yang baik-baik dan bermanfaat atau lebih baik diam. Saat berpuasa, menjaga lisan akan mencegah timbulnya dosa. Karena ucapan atau perkataan-perkataan yang kurang baik dapat mengurangi pahala puasa.

5. Perbanyak Istigfar

Amalan ibadah puasa selanjutnya adalah dengan memohon pengampunan kepada Allah dengan tulus. Pada bulan Ramasan, Allah memberikan pengampunan bagi dosa-dosa hambanya. Sehingga sudah seharusnya kita menggunakan momen bulan suci Ramadhan untuk mengakui dosa dan memohon ampun, serta jangan lupa untuk tidak mengulanginya lagi.

6. Melaksanakan Makan Saur

Sebelum berpuasa, hendaklah kita melaksanakan sahur. Sahur memiliki manfaat sebagai cadangan tenaga dalam melakukan aktivitas sehari hari saat puasa.

Sahur merupakan sunah pada bulan suci Ramadan. Rasulullah juga mengatakan bahwa terdapat banyak keberkahan dalam sahur.

"Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan beberapa amalan utama yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa setiap amalan yang dilakukan di bulan Ramadan memiliki manfaat yang luar biasa, salah satunya yaitu pahala yang dilipatgandakan.

Maka dari itu, jalankanlah puasa di bulan Ramadan pada 1444 H atau tahun 2023 M ini, dengan konsisten dan bersungguh-sungguh agar dapat meraih ketakwaan kepada Allah dan dapat memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

Itulah amalan- amalan yang harus dikerjakan pada bulan Ramadan sesuai sunah rasul . Semoga dapat membantu kita semua dalam meraih ridho dan rahmat Allah di bulan yang suci ini. Wallahu A’lam


Artikel Menarik lainnya:

Keutamaan Membaca Al quran


Memilih Calaon Pasangan Hidup Dalam PandanganIslam Berdasarkan Al Quran dan Sunnah

Memilih Calaon Pasangan Hidup Dalam PandanganIslam Berdasarkan Al Quran dan Sunnah

memilih calon

Pernah, ada orang bertanya kepada Al-Hasan r.a. mengenai calon suami putrinya. Kemudian Al-Hasan r.a. menjawab, “Kamu harus memilih calon suami (putrimu) yang taat beragama. Sebab, jika dia mencintai putrimu, dia akan memuliakannya. Dan jika dia kurang menyukai (memarahinya), dia tidak akan menghinakannya.”

Abu Hurairah mengabarkan bahwa Rasulullah pernah bersabda:

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ

“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Al-Irwa’ no. 1868, Ash-Shahihah no. 1022)

Dalam Hadist

Kemudian ada yang bertanya,“Wahai Rasulullah, bagaimana jika orang (pemuda) itu mempunyai (cacat atau kekurangan-kekurangan)?”

Maka, Rasulullah . menjawab, (mengulangnya tiga kali) “Jika datang kepada kalian orang yang bagus agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan putrimu)!” (HR Imam Tirmidzi dari Abu Hatim Al Mazni).

Ucapan Rasulullah dalam hadits di atas ditujukan kepada para wali, إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ yakni bila seorang lelaki meminta kepada kalian agar menikahkannya dengan wanita yang merupakan anak atau kerabat kalian, sementara lelaki tersebut kalian pandang baik sisi agama, akhlak dan pergaulannya, maka nikahkanlah dia dengan wanita kalian.

Ridhai Agama dan Akhlaknya

 إِلاَّ تَفْعَلُوا yakni bila kalian tidak menikahkan orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya tersebut dengan wanita kalian, malah lebih menyukai lelaki yang meminang wanita kalian adalah orang yang punya kedudukan/kalangan ningrat, memiliki ketampanan ataupun kekayaan, niscaya akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar.

Karena bila kalian tidak mau menikahkan wanita kalian kecuali dengan lelaki yang berharta atau punya kedudukan, bisa jadi banyak dari wanita kalian menjadi perawan tua dan kalangan lelaki kalian menjadi bujang lapuk (lamarannya selalu ditolak karena tidak berharta dan tidak punya kedudukan). Akibatnya banyak orang terfitnah untuk berbuat zina dan bisa jadi memberi cela kepada para wali, hingga berkobarlah fitnah dan kerusakan.

Dampak yang timbul kemudian adalah terputusnya nasab, sedikitnya kebaikan dan sedikit penjagaan terhadap kehormatan dan harga diri. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab An-Nikah, bab Ma Ja’a: Idza Ja’akum Man Tardhauna Dinahu Fa Zawwijuhu).

Kisah Nabi Musa a.s.

Para pendahulu kita yang shalih, sangat mempermudah urusan pernikahan wanita-wanita yang di bawah perwalian mereka, karena mereka lebih mementingkan sisi agama dan kemuliaan akhlak. Bahkan bila lelaki yang shalih belum kunjung datang meminang wanita mereka, tak segan mereka tawarkan putri atau saudara perempuan mereka kepada seorang yang shalih.

Seperti kisah Nabi Musa a.s. yang diberi tawaran oleh seorang lelaki yang shalih di Negeri Madyan, untuk memilih salah satu dari dua gadis untuk dijadikan istrinya, kisah tersebut diabadikan dalam Al Qur’an Surat Al-Qasas.

قَالَ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰٓى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَاِنْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Dia berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik.” (QS. Al-Qasas Ayat 27)

قَالَ ذٰلِكَ بَيْنِيْ وَبَيْنَكَۗ اَيَّمَا الْاَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّۗ وَاللّٰهُ عَلٰى مَا نَقُوْلُ وَكِيْلٌ

“Dia (Musa) berkata, “Itu (perjanjian) antara aku dan engkau. Yang mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu yang aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan (tambahan) atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan.” (QS. Al-Qasas Ayat 28)

Kisah Umar ibnul Khaththab r.a.

Kisah seorang sahabat Rasul yang terkenal kemuliaan dan ketegasan dan kedudukannya dalam sejarah Umat Islam, yaitu ‘Umar ibnul Khaththab r.a. Ketika putrinya Hafshah menjanda karena ditinggal mati suaminya (Khunais bin Hudzafah As-Sahmi) di Madinah, ‘Umar mendatangi ‘Utsman bin ‘Affan r.a. yang belum lama ditimpa musibah dengan meninggalnya istrinya, (Ruqayyah bintu Rasulullah), guna menawarkan putrinya kepada ‘Utsman, sekiranya ‘Utsman berhasrat menikahinya. Namun ternyata ‘Utsman berkata, “Saya akan pertimbangkan urusanku.” ‘Umar pun menunggu beberapa hari. Ketika bertemu lagi, ‘Utsman berkata, “Aku putuskan untuk tidak menikah dulu dalam waktu-waktu ini.”

Karena ‘Utsman telah memberikan isyarat penolakannya untuk menikah dengan Hafshah, ‘Umar pun menemui Abu Bakr Ash-Shiddiq dengan maksud yang sama, “Jika engkau mau, aku akan nikahkan engkau dengan Hafshah bintu ‘Umar,” kata ‘Umar. Namun Abu Bakr diam tidak berucap sepatah kata pun. Sikap Abu Bakr seperti ini membuat ‘Umar marah.

Selang beberapa hari, ternyata Rasulullah meminang Hafshah. Betapa bahagianya ‘Umar dengan pinangan tersebut. Ia pun menikahkan Hafshah dengan Rasulullah Setelah pernikahan yang diberkahi tersebut, Abu Bakr menjumpai ‘Umar dan berkata,

“Mungkin engkau marah kepadaku ketika engkau tawarkan Hafshah kepadaku namun aku tidak berucap sepatah kata pun? “

“Iya,” jawab Umar.

“Sebenarnya tidak ada yang mencegahku untuk menerima tawaranmu. Hanya saja aku tahu Rasulullah n pernah menyebut-nyebut Hafshah, maka aku tidak suka menyebarkan rahasia Rasulullah n tersebut. Seandainya Rasulullah n tidak jadi meminang Hafshah, aku tentu mau menikahi Hafshah,” jawab Abu Bakr menjelaskan. (HR. Al-Bukhari no. 5122)

Kisah Abdullah ibnu Abi Wada’ah r.a.

Kisah Abdullah ibnu Abi Wada’ah yang beruntung mempersunting putri Sa’id ibnul Musayyab yang shalihah, jelita lagi cendekia. Padahal putri Sa’id ini pernah dipinang oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk putranya, Al-Walid. Namun Sa’id enggan menikahkan putrinya dengan putra khalifah. Ia lebih memilih menawarkan putrinya kepada muridnya yang hidup penuh dengan kesederhanaan, namun sarat dengan ilmu dan keshalihan. (Siyar A’lamin Nubala`, 4/233-234)

seorang ayah diperingatkan agar memperhatikan orang yang beragama dan berakhlak bagus. Akhlak yang bagus adalah sebagian tanda-tanda bagusnya agama seseorang. Tanda ini lebih kuat daripada tanda lainnya, misal pengetahuan agama dan lingkungan. Dua hal yang disebut terakhir ini menjadi pertimbangan pendukung mengenai agama dan akhlak orang yang berniat menjadi suami.

Seorang ayah bisa mencari pengetahuan mengenai laki-laki yang meminang anak gadisnya dengan seksama sebelum mengambil keputusan. Antara lain, ia dapat menanyai orang yang dekat dengan calon menantunya. Ia juga bisa menanyakan kepada orang-orang yang dapat dipercaya (tsiqah).

Sebelum membicarakan masalah lain, marilah kita renungkan peringatan Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan laki-laki itu meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak pernah pernikahan itu akan dibarakahi-Nya.”

Demikianlah kisah-kisah orang soleh terdahulu yang memilihkan orang yang baik untuk wanitanya, karena kebaikan agama dan ahklaknya, mereka yakin bahwa seorang yang shalih bila mencintai istrinya ia akan memuliakannya. Namun bila tidak mencintai istrinya, ia tidak akan menghinakannya. Karenanya, janganlah para wali mempersulit urusan pernikahan wanita mereka dengan seseorang yang baik agama dan akhlaknya. Wallahu A'lam

Pengertian Ta’aruf Menurut Berdasarkan Hadist

 

Pengertian Ta’aruf Menurut Berdasarkan Hadist 

Taaruf dan tujuannya


Sabda Rasullullah .

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا خَطَبَ اَحَدُكُمْ الْمَرْءَةَ فَاِنِ اسْتَطَاعَ اَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا اِلَى مَا يَدْعُوْهُ اِلَى نِكَاحِهَا فَلْيَفْعَلْ. قَالَ جَابِرُ.فَخَطَبْتُ جَارِيَةَ فَكُنْتُ اَتَّخِبَاُ لَهَا حَتَّى رَاَيْتُ مِنْهَا مَا دَعَانِي اِلَى نِكَاحِهَا فَتَزَوَّجْتُهَا.(رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبُوْدَاوُدَ وَرِجَالُهُ ثِقَّاتٌ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ (

“Dari Jabir Ra berkata, telah bersabda Rasulullah Jika salah seorang diantara kalian hendak mengkhithbah perempuan, jika ia dapat melihat apa yang menarik dari perempuan tersebut  hingga membuatnya ingin menikahinya, maka hendaklah ia melakukanya”, Jabir berkata: lantas aku mengkhithbah perempuan, sebelumnya aku bersembunyi darinya hingga aku melihat apa yang menarik darinya untuk aku nikahi, lantas aku menikahinya”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan menshahihkanya Imam Al Hakim).

عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَة اَنَّهُ خَطَبَ امْرَاَةَ فَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُنْظُرْ اِلَيْهَا فَاِنَّهُ اَحْرَى اَنْ يُؤَدِّمَ بَيْنَكُمَا.( رَوَاهُ اَحْمَدُ )

“Dari Mughirah bin Syu’bah ra bahwasanya ia mengkhithbah seorang perempuan, lantas Rasulullah bersabda,: ”lihatlah perempuan tersebut, karena sesungguhnya itu akan dapat lebih mempererat di antara kalian berdua”.(HR.Ahmad, Nailul Authar, 6/109, Subulussalam,3/113).

رَوَى اَنَسُ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ اُمُّ سُلَيْمِ اِلَى امْرَاَةِ فَقَالَ اُنْظُرِيْ اِلَى عُرْقُوْبِهَا وَشَمِّي مُعَاطَفَهَا.(رَوَاهُ اَحْمَدُ وَالطَبْرَنِيُ وَالْحَاكِمُ وَالْبَيْهَقِيُ )

“Diriwayatkan oleh Anas, bahwasanya Rasulullah pernah mengutus Ummu Sulaim kepada seorang perempuan seraya bersabda “Lihatlah urat kaki di atas tumitnya dan ciumlah bau mulutnya”. (HR. Ahmad, Thabraniy, Al Hakim dan Al Baihaqiy, subulussalam.3/ 113).

Melihat perempuan diperbolehkan karena terpaksa atau kebutuhan, sebatas keperluan seorang laki-laki melihat perempuan asing ketika hendak mengkhithbah, syariat membolehkan berkenalan dengan perempuan yang dikhithbah dari dua segi, yaitu:

1. Mengirim seorang perempuan yang telah dipercaya oleh laki-laki pengkhithbah untuk melihat perempuan yang hendak dikhithbah dan selanjutnya memberitahukan sifat-sifat perempuan tersebut kepadanya.

2. Melihat secara langsung perempuan yang akan dikhithbah untuk mengetahui kecantikan dan kelembutan kulitnya.

Rambu-Rambu Taaruf

1. Tidak Berkhalwat,

Dalam Subuah Hadist “Jangan sampai kalian berdua-duaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya), karena setan adalah orang ketiganya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syu’aib al Arnauth)

2. Beritikad untuk menikah

Bukan koleksi kenalan, pacaran, bukan untuk mempermainkan dengan memberi harapan palsu.

3. Mencari Informasi

Menyamakan visi pernikahan, karakter, kelebihan dan kekurangan.

Mencari informasi sebagai berikut:

1.       Apakah dia orang yang mudah emosi?

2.      Bagaimana sifatnya dengan harta?

3.      Apakah dia menjaga Sholat?

4.      Apakah dia wanita yang bersih rapi atau cuek dengan lingkungan?

5.      Bagaimana dia dengan orang tuanya?

6.      Apakah dia orang yang selalu bekerja?

7.      Apakah orangnya bisa mengendalikan emosi atau tempramen?

8.     Penyakit apa yang diderita?

9.      Apakah dia seorang gamer atau sufi?

10.  Apakah bekerja didalam atau di luar kota?

11.   Apakah dia suka nonton drakor?

12.  Apa yang sering dia tonton di youtube?

13.  Apakah jujur atau suka berbohong?

14.  Apakah dia membiayai sekolah adiknya?

15.  Apa sifat baiknya?

16.  Apa saja sifat buruknya?

Mengenal calon dengan beberapa cara, diantarannya yaitu:

1.       Bertukar biodata (CV) melalui seorang yang tsiqoh

2.      Masing masing menulis biodata dilengkapi dengan kekurangan dan kelebihan misalnya.

3.      Orang lain kan bersifat netral dalam memberi informasi.

4.      Mencari tahu melalui saudara/i kandung

5.      Meminta adik atau kakak untuk mencari tahu tentang si fulan.

6.      Kenali lewat “orang yang tahu aslinya”

7.      teman kerja, teman kuliah, teman kos, dll. Wallahu A'lam