This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Persaudaraan Umat Muslim 5 Hal Harus Diperhatikan Dalam Menjaga Ukhuwwah Islamiyah

Persaudaraan Umat Muslim 5 Hal Harus Diperhatikan Dalam Menjaga Ukhuwwah Islamiyah

Para ikhwan yang di rahmati Alloh ta’alla, Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena pada hari ini, kita semua masih diberi nikmat kesehatan jasmani, dan rohani. sehingga kita masih bisa melangkahkan kaki menuju tempat ini dalam rangka tentunya mengharap ridho dan ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Maka, sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa kita melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Allah berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat [49]: 10)

Ayat ini menjelaskan dan bahkan memberitahukan kepada kita, bahwa semua umat islam yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, adalah bersaudara,tidak ada yang membedakan.

Seperti yang disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir,“Bahwa orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, agar kamu mendapat rahmat.”

Jadi ayat ini juga menjelaskan bahwa kalau orang sudah sama-sama tumbuh iman dalam hatinya, tidak mungkin mereka akan bermusuhan karena pada hakikatnya sesama orang beriman adalah bersaudara, jadi kalau kita sudah mengikrarkan diri beriman kepada Allah namun masih memusuhinya, maka perlu tanyakan itu keimanan nya.

Para Ikhwan yang mengharap riho Allah, perlu diketahui oleh kita, bahwa dalam bahasa arab kata اخ berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal.

Banyak yang menyebutkan persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaran, persamaan sifat juga mengakibatkan persaudaraan dan persamaan dalam kepercayaan juga menimbulkan persaudaraan.

Bentuk Jamak (Plural) Dari Kata اخ Dalam Al-Quran Ada Dua Macam :

Pertama, اخوان  disebutkan 22 kali dalam Al-Quran, biasanya digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung seperti firman Allah Subhanau Wa Ta’ala Q.S. At-Taubah [9]: 11:

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”  (Q.S. At-Taubah [9]: 11)

Kedua, اخوة yang digunakan untuk arti persaudaraan sekandung.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Yusuf [12] ayat 7.

لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ

Artinya : “Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.” (Q.S. Yusuf [12]: 7).

Kata اخوة  yang digunakan dalam Al-Quran sebanyak 7 (tujuh) kali, seluruhnya digunakan untuk pengertian saudara seketurunan kecuali satu ayat dalam surat Al-Hujurat ayat 10 di atas.

Pada ayat ini digunakan kata “ikhwah” yang selalu digunakan untuk arti persaudaraan yang tidak seketurunan  padahal kalimatnya saudara seiman itu terdiri atas banyak manusia yang  tidak seketurunan  atau sekandung.

Menurut Pakar tafsir, Prof. Quraish Shihab, “hal ini bertujuan mempertegas dan mempererat jalinan hubungan antara sesama Muslim, seakan-akan hubungan tersebut dijalin bukan saja oleh keimanan mereka yang ditunjuk oleh kata “Al- Mu’minun”, tetapi ia seakan dijalin oleh  persaudaraan seketurunan yang ditunjukkan dengan kata “ikhwah” tersebut  sehingga tidak ada satu alasan apapun untuk meretakkan hubungan antar mereka.”

Dalam pembahasan di atas tentu muncul pertanyaan dalam diri kita, “bagaiman cara menjaga dan mewujudkan ukhuwah di antara orang beriman…?

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawabnya melalui kitabnya yang terdapat dalam firman Alloh,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, seraya berjamaah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” ( QS. Ali-Imran ayat 103)

Menurut para ahli tafsir, ayat ini turun berkenaan dengan ukhuwah di antara kaum Anshar dari Suku Aus dan Khazraj, akibat provokasi orang Yahudi Madinah yang tidak senang melihat kerukunan mereka setelah mereka masuk Islam. Seperti disebutkan dalam kitab-kitab tarikh bahwa suku Aus dan Khazraj sebelum masuk Islam, mereka saling bermusuhan.

Selama ratusan tahun, kedua suku tersebut selalu konflik, dan kerap terjadi perangan yang memakan banyak korban di antara kedua belah pihak.

Setelah mereka masuk Islam, berjamaah dalamsatu kepemimpinan (Rasulullah) mereka dapat hidup rukun dan damai. Inilah yangmenyebabkan orang Yahudi sakit hati.

Lalu setelah Berjamaah, apa saja yang dapat menjaga ukhuwwah itu tetap terjaga dan semakin membaik..?

Agar ukhuwah Islamiyah tetap terjaga, Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits:

آلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang Muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. barang siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (H.R. Abu Dawud)

Dalam hadist ini kita mendapatkan pelajaran bahwa agar persaudaraan umat Islam (ukhuwah islamiyah) dapat terjaga hendaknya kita melakukan hal-hal sebagai berikut:

Tidak Boleh Menzalimi

Dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam di atas, dikatakan bahwa seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya.

Umat muslim tidak boleh menzalimi dan tidak boleh membiarkan Muslim lainnya disakiti. hadits ini juga mengandung pesan bahwa sesama Muslim harus saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan sebaliknya saling mengganggu.

Tidak Boleh Merendahkan

Setiap Muslim harus menghargai saudaranya. Jangan saling menghina dan merendahkan, sehingga membuat harga dirinya jatuh dan diremehkan di mata orang lain. Dalam hadits lain disebutkan.

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ  (

“Cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.” (H.R. Muslim)

Memenuhi Apa Yang Diperlukankan

Jika saudara kita memerlukan bantuan, maka sebisa mungkin kita membantunya, jika tidak bisa memenuhi semuanya, maka kita bantu sesuai kemampuan kita. Jika terpaksa tidak bisa memberikan bantuan, maka berikan nasihat yang baik, motivasi dan doa yang tulus untuk keberhasilannya.

Menghilangkan Kesulitannya

Menghilangkan kesulitan saudara kita adalah salah satu ibadah yang utama. Nabi Muhammad Shallallahu Alahi Wasallam terkenal senantiasa berusaha menghilangkan kesulitan umatnya. Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam tidak senang apabila umatnya mengal ami kesulitan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah At-Taubah [9]: 128

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Menutupi Aibnya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji kepada orang yang menutupi aib saudaranya, Dia akan menutupi aib-aibnya pula di akhirat dan mengampuni dosa-dosanya serta menggantinya dengan rahmat dan surga-Nya.

Semoga dengan memperhatikan hal-hal di atas, kita semua terhindar dari perpecahan dan permusuhan. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala melembutkan hati umat Islam semuanya untuk dapat bersatu, berjamaah, saling membantu dan saling menolong dalam bingkai Al-Jamaah. Wallahu A’lam

 


QS Az Zariyat 56 Tugas Jin dan Manusia Hidup Hanya Untuk Ibadah

 

QS Az Zariyat 56 Tugas Jin dan Manusia Hidup Hanya Untuk Ibadah
alt ibadah

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَ لَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً، وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمً، أَمَّا بَعْد .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ . 

Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dzat Yang menguasai alam raya. Dzat yang tidak akan pernah menolak doa-doa hamba-Nya, berserah diri dan bertawakkal kepada-Nya. Sepatutnya kita senangtiasa memuji Allah Ta’ala, karena memang hanya Dialah Yang Maha Terpuji, Yang layak mendapat pujian sejati, dan Dialah Yang paling baik dalam memuji.

Marilah kita senantiasa panjatkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dzat Yang tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-hamba-Nya, yang bergantung dan berserah diri kepada-Nya. Hanya Allah Ta’ala, Dzat Yang Maha Memberi Rizki, dan membalas amal kebaikan hamba-hambanya.

Selanjutnya pada khutbah kali ini khatib berwasiat khususnya, kepada diri sendiri serta keluarga, dan umumnya kepada jamaah Jum’ah semua, dengan wasiat taqwa.  Maka marilah kita pelihara dan tingkatkan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taqwa yang sesungguh-sungguhnya.

Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal kehidupan. Taqwa dapat mengundang pertolongan dan kemudahan dari Alloh. Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, niscaya Allah akan menurunkan keberkahan kepada mereka. Tetapi jika penduduknya ingkar dan maksiat, maka musibah dan bencana yang akan mereka dapatkan.

Maka dari itu perlu adanya mengukur peningkatan iman dan taqwa kita, yang hal itu bisa dilihat dari seberapa sering kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan seberapa sering kita menjauhi segala larangan-larangan-nya, Marilah kita senangtiasa muhasabah diri, dengan mengevaluasi ibadah kita dalam satu pekan ini, apakah ketaqwaan kita kian meningkat, atau justru malah sebaliknya.

Jika kita rasakan ada perubahan yang lebih baik, maka pertahankan dan terus tingkatkan agar semakin mendekati taqwa yang sesungguhnya. Namun jika sebaliknya, maka hendaknya segera sadar dan taubat lalu memperbaiki diri, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Semoga kita menemui ajal dalam keadaan husnul khatimah. Aamin Yarobbal’alamin.

Jamaah Jumat Yang Di Muliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Az Zariyat [51] Ayat: 56.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Ayat diatas menegaskan bahwa, tujuan penciptaan Jin dan Manusia adalah untuk beribadah. Maka dari itu Alloh Subhanahu Wa Ta’ala membekali kita kemampuan berpikir (akal) dan keinginan (nafsu). Dengan berbekal kemampuan tersebut, jin dan manusia dituntut untuk beribadah secar totalitas dan benar. Dalam hal ini, ibadah yang dijalankan bukan hanya sebatas ritual semata. namun Ibadah di sini mencakup beragam aspek, baik ibadah yang bersifat individu atau sosial.

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa Allah memerintahkan jin dan manusia untuk beribadah bukan karena Allah butuh disembah. Akan tetapi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala ingin menguji ketaatan jin dan manusia sebagai makhluk yang telah diciptakanNya. Karena dengan beribadah, jin dan manusia diberi pilihan untuk taat atau membangkang dari perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala

"Diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Aslam yang terdapat dalam " (Tafsir at-Thabari, hal. 523). tentang penjelasan firman Allah QS Az Zariyat 56, Ia berkata: Allah Subhanahu Wa Ta’ala memaksa jin dan manusia untuk memilih antara celaka atau bahagia,

Jika kita memilih bahagia maka hendaknya dia beribadah kepada Alloh dengan menjalankan perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan Alloh, yang sudah ditetapkan didalam Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Salallahu Alaihi wa sallam.

Hadirin sidang Jumat Hafidzakumullah

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwasanya manusia diciptakan hanya untuk melaksanakan ibadah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, namun ibadah yang dimaksudkan disini bukan hanya ibadah-ibadah yang bersifat ritual semata. Hal ini perlu ditegaskan, karena sebagian orang beranggapan bahwa selain shalat, zakat, puasa, haji, dan mengucapkan syahadat tidak termasuk ibadah.

Padahal, yang dimaksud ibadah itu ialah, ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan, baik amal, pikiran, dan perasaan yang disandarkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu termasuk ibadah. Ibadah adalah jalan hidup yang mecakup semua hal yang bermuara pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Oleh karena itu, kita belum benar-benar dikatakan beriman hanya karena menjalankan shalat lima waktu saja. Keimanan yang diukur dari ritual yang tampak semata hanya mengkerdilkan makna iman itu sendiri. Dan biasanya, pemahaman seperti ini sering kita jumpai di kalangan umat.

Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita mengikuti contoh rasulullah Salallahu Alaihi Wa sallam.

Hadirin sidang Jumat Hafidzakumullah

Firman Allah QS Az Zariyat 56, mengingatkan kepada kita selaku umat manusia yang beriman dan bertakwa kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, bahwasanya Tugas utama manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah. Karena itu segala aktivitas kita dunia harus didedikasikan dan orientasikan untuk ibadah dalam arti yang seluas-luasnya.

Apapun status dan kedudukan manusia memiliki tugas mulia yaitu beribadah dan mengabdi kepada Allah . Maka orang yang tidak mau beribadah dikategorikan sombong dan angkuh kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, karena tidak menyadari akan eksistensi dan tugasnya di dunia.

Allah berfirman: Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu’. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina" (QS.Al-Mu’min [40] ayat 60).

Dalam melaksanakan ibadah harus dasarkan dan niatkan ikhlas semata-mata mengharap keridhaan dan pahala dari Allah Sehingga ibadah kita lakukan benar-benar dapat difokuskan pada pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah SWT Dalam Al-Qur’an diungkapkan: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah [98]:5).

Kemudian tujuan utama dari pelaksanaan ibadah itu adalah membentuk jiwa-jiwa yang bertakwa kepada Allah SWT. Karena takwa itu merupakan derajat yang paling tinggi sehingga manusia dapat mencapai puncak kemuliaan hidup di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]:21).

Jadi, untuk dapat mewujudkan ibadah yang baik dan ketakwaan kita yang sebenarnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dengan mewujudkan kehidupan berjamaah. Karena berjamaah bagian dari syariat Alloh, Dengan pola hidup berjamaah, akan dapat melaksanakan ibadah yang baik, terpimpin dalam satu kesatuan, terarah dan tertip. Lalu dengan begitulah akan mendatangkan rahmat dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam hadits  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ 

“Al-Jamaah adalah rahmat dan berpecah-belah adalah azab.” ( HR. Ahmad).

Dengan begitu, Marilah kita senantiasa beribadah kepada Alloh, dengan memelihara iman dan taqwa, mempertahankan Islam sampai akhir hayat, menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan berserah diri kepada syariatNya, serta dapat hidup dalam bingkai kehidupan berjamaah dan menjauhi perpecahan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم

Khutbah ke-2

 

 الحمد لله الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

 أَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، أَمَّا بَعْدُ

 فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

Pelatihan dan Menajemen Pelatihan Tujuan Pelatihan Serta Manfaat Pelatihan

  Pelatihan dan Menajemen Pelatihan Tujuan Pelatihan Serta Manfaat Pelatihan

alt pelatihan

   Pimpinan suatu perusahaan atau organisasi semakin menyadari bahwa karyawan/ petugas perlu dikembangkan dan dilatih dalam kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Pelatihan setiap personil ini dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang sejenis atau organisasi.
Setiap orang dituntut agar dapat bekerja efektif, efisien, kualitas, dan kuantitas pekerjaannya baik. Hal ini dilakukan untuk tujuan nonkarier maupun karir bagi para karyawan (baru atau lama) melalui latihan dan pendidikan (H. Malayu, S.P. Hasibuan, 2000).

Secara alamiah orang akan berkembang bersama dengan dunia yang digelutinya, akan tetapi sering kali pertumbuhan perusahaan atau organisasi lebih cepat. Keduanya berpacu dalam arena “atletik” yang menantang. Sinkronisasi pertumbuhan organisasi dengan perkembangan orang/petugas/karyawan tidak lain adalah pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatan tertentu.

Jadi pelatihan adalah proses pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya.

Menurut Frank, P. Sherwood & Wallace, H. Best, dalam Nunu Jumena (2000), latihan adalah proses membantu para pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun yang akan datang, melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran dan tindakan, pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.

Menurut Moekijat (1985), ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut latihan, yaitu:

  1. Latihan harus membantu pegawai menambah kemampuannya.
  2. Latihan harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja dari pegawai, termasuk sikapnya terhadap pekerjaan dalam menerapkan informasi dan pengetahuan terhadap pekerjaan sehari-hari.
  3. Latihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.

Untuk mencapai semua ketentuan tadi maka diperlukan suatu pengelolaan atau manajemen pelatihan yang cermat mencakup perencanaannya, pengorganisasiannya, pelaksanaannya, dan pengawasan/evaluasinya. Materi dalam modul ini meliputi:

  1. Pengertian Manajemen Pelatihan
  2. Kegiatan-kegiatan Manajemen Pelatihan
  3. Macam-macam Pelatihan Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian manajemen pelatihan, kegiatan-kegiatan manajemen pelatihan dan macammacam pelatihan.

Pengertian Menajemen Pelatihan

Konsep pendidikan yang lebih luas mencakup segi kehidupan manusia, maka definisi pendidikan berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang” (Undang-undang No. 2 Tahun 1999, tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sementara pelatihan adalah pembelajaran yang dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat (kinerjanya). Ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan dan latihan masing-masing merupakan bagian dari pengembangan pegawai.

Memperhatikan ketentuan-ketentuan tadi maka Manajemen Pelatihan dapat diartikan sebagai pengelolaan pelatihan yang mencakup perencanaan pelatihan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasinya.

Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

  1. Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan
  2. Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
  3. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi kepada pelayanan, pengayoman dan pengembangan partisipasi masyarakat.
  4. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan sedini mungkin kepribadian.
  5. Kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik (PP No. 101 Tahun 2000).

Manfaat Pendidikan Dan Pelatihan

Ada dua manfaat diklat yaitu:

a.    Dari segi individu.

  1. Menambah keterampilan dalam meningkatkan pelaksanaan tugasnya.
  2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara sesama.
  3. Meningkatkan kemampuan menangani emosi.
  4. Meningkatkan pengalaman memimpin.
  5. Menambah wawasan, pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik secara internal maupun eksternal.
  6. Menambah wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan organisasi.
  7. Menambah pengetahuan dibidang tugasnya.

b.   Bagi organisasi.

  1. Menyiapkan petugas untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dari jabatan yang sekarang.
  2. Penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
  3. Merupakan landasan untuk pengembangan selanjutnya.
  4. Meningkatkan kemapuan-kemampuan berproduksi atau produktivitas.
  5. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk meningkatkan kinerja. 

Targed dan Sasaran

Sasaran dalam pendidikan dan pelatihan adalah tersedianya petugas serta pegawai yang memiliki kualitas tertentu untuk guna memenuhi persyaratan untuk diangkat dan tempatkan jabatan tertentu.

Dalam PP No. 101 Tahun 2000, tujuan dari Diklat adalah terwujudnya kader memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.

Yang dimaksud kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang petugas berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

Kepribadian 5 Ciri-Ciri Orang Punya Kepribadian Sigma Male


Kepribadian 5 Ciri-Ciri  Punya Kepribadian Sigma Male

Kepribadian 5 Ciri-Ciri

Kepribadian adalah keseluruhan seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian adalah karakter seseorang yang secara tidak sadar menjadi ciri-ciri dari orang itu sendiri

Kepribadian juga sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu.

Kepribadian atau personality berasal dari kata persona. Kata tersebut yang merujuk kepada kedok atau topeng, yaitu sebuah penutup muka yang kerap digunakan oleh pemain drama panggung. Dimana hal tersebut menggambarkan sebuah perilaku, kepribadian, dan watak seseorang.

Menurut Psikologi Mo dern kepribadian adalahorganisasidinamis dari sistem psikofisisi individu menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik.

Menurut John Milton Yinger kepribadian adalah keseluruhan dari perilaku seseorang dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi atau berhubungan dengan serangkaian situasi.

Gordon Allport kerkata berdasarkan psikologi, bahwakepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur serta sekaligus proses.

Agus Sujanto juga mengungkapkan bahwa kepribadian seseorang merupakan suatu totalitas psikofisik cukup kompleks dari tiap individu. Sehingga akan tampak dalam tingkah laku mereka yang unik.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa kepribadianadalah suatu perpaduan secara utuh antara sikap, sifat, pola pikir, emosi, juga nilai-nilai yang mempengaruhi individu tersebut agar berbuat sesuatu yang benar sesuai dengan lingkungannya.

Juga bisa dikatakan kepribadian merupakan sesuatu yang kemungkinan dapat berubah secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Kepribadian merupakan dinamika organisasi psikofisik fungsional manusia yang berubah menjadi pola tingkah laku yang secara spesifik dalam menghadapi kehidupan, berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungan hidupnya.

Setiap individu memiliki tipe kepribadiannya masing-masing dalam beradaptasi, menyesuaikan diri, atau menyerah dalam lingkungan tersebut. Mereka akan memiliki tipe kepribadian masing-masing dalam beradaptasi, menyesuaikan diri, atau menyerah dalam lingkungan tersebut.

Individu manusia mempunyai tipe kepribadianyang berbeda. Ada yang memiliki karakter lemah lembut, periang, dan ramah. Ada pula yang mempunyai tipe kepribadian lain seperti pemalu, keras kepala, dan lainnya.

Ada banyak sekali tipe kepribadian seperti yang diungkapkan oleh para ahli, mereka memberikan pandangan dan pendapat mengenai tipe kepribadian dari sudut pandang yang berbeda.

Salah satu tipe kepribadian manusia yng disebutkan oleh para ahli adalah Sigma Male.

Berikut ciri-ciri seseorang tersebut mempunyaikepribadian sigma male adalah sebagai berikut:

Tenang menghadapi  situasi dan peka dengan kondisi sekitar

Memproses situasi lingkungan lalu memikirkan tindakan apa yang tepat untuk diambil.

Mesterius dan penuh percaya diri

Lebih banyak mendengar dari pada berbicara.

Berpikir dahulu sebelum mengutarakan pendapat.

Memberi tatapan yang dalam dan tajam kepada lawan bicaranya.

Menatap mata lawan bicaranya tidak menatap yang lain.

Mandiri dan independen

Mengejar ambisi dengan cara independen.

Sigma male mengkonfrontasi masa lalunya secara sendirian tanpa merengek pada orang lain.

Penuh kalkulasi dan intelijensi

Berpikir dahulu sebelum berbicara dan tidak mudah terpancing emosi atau terkonfrontasi.

Tindakannya penuh perhitungan.

Selalu meriset lawan bicara sebelum melakukan diskusi.

Tenang dan kompose atau Tidak mudah panikan

Jika masalah menghadapi dia akan tenang menghadapi seakan semua mudah di atasi. Wallahu a’lam.


7 keistimewaan mempelajari bahasa arab

Pusat pendidikan islam pertama

Mempelajari Bahasa Arab 7 Keistimewaan dan Keutamaan Bahasa Arab

 

Mempelajari Bahasa Arab 7 Keistimewaan Dan  Keutamaan  Bahasa Arab

Pena News

Banyak orang yang merasa bahwa belajar Bahasa Arab tidak terlalu penting. Apalagi jika membandingkan dengan mempelajari bahasa lain semisal bahasa Inggris. Padahal, setiap bahasa memiliki kelebihan dan manfaatnya masing – masing.Termasuk bahasa Arab.

Bahkan, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa mempelajari bahasa Arab adalah sesuatu yang fardhu wajib bagi setiap muslim. Mengapa?

Jika Anda masih ragu dan bingung kenapa harus mempelajari bahasa Arab, berikut ini adalah 7 alasan yang harus Anda ketahui:

Bahasa Arab Adalah Syiar Islam Dan Umat Islam

Islam diturunkan di Makkah yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa utama. Karena itu, berbagai literatur dan syiar agama Islam menggunakan bahasa Arab sebagai bahasanya.

Mempelajari bahasa Arab dapat membantu seorang muslim memahami agamanya dengan lebih baik.

Di samping itu, bahasa sendiri merupakan salah satu bentuk syiar yang digunakan oleh Islam. Dan bahasa juga disebut sebagai sebaik – baiknya syiar.

Mempelajari Bahasa Arab Adalah Bagian Dari Agama

Belajar bahasa Arab adalah salah satu bagian dari agama. Dalam salah satu hadits, Umar ra. pernah berkata:

Pelajarilah bahasa Arab karena ia bagian dari agama kalian. Pelajarilah hukum waris, ia juga bagian dari agama kalian!

Bahasa Arab Untuk Shalat dan Dzikir

Banyak doa dan dzikir yang pelafalannya menggunakan bahasa Arab. Meskipun beberapa doa bisa diubah ke dalam bahasa lain, namun berdoa menggunakan bahasa Arab lebih baik dan juga lebih mendekati sunnah para Nabi terdahulu.

Akan tetapi, jika doa dan dzikir tersebut merupakan bagian dari sholat, maka harus dilafalkan dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagian besar fuqaha sepakat bahwa bacaan di dalam sholat harus dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab.

Menggunakan Bahasa Arab Menyerupai Sahabat dan Tabiin

Para sahabat dan tabiin adalah orang – orang yang menggunakan bahasa Arab dalam berbagai komunikasi yang mereka lakukan. Membiasakan diri menggunakan bahasa Arab juga menjadi salah satu upaya agar bisa mendekati para sahabat dan tabiin.

Dengan menggunakan bahasa Arab secara baik, perlahan – lahan kita akan bisa meniru cara berpikir, cara beragama, dan juga akhlak mulia yang dimiliki oleh para sahabat dan juga tabiin.

Terbiasa Menggunakan Bahasa Arab Akan Mempengaruhi Logika, Akhlak, Dan Agama

Bahasa juga bisa menjadi identitas seseorang. Seseorang yang terbiasa menggunakan bahasa Arab akan memiliki logika, akhlak, dan juga pemahaman agama yang lebih baik.

Bahasa Arab Membuat Seseorang Semakin Baik Dalam Ucapan

Orang yang mempelajari bahasa Arab dikatakan dapat menjadi orang yang faqih dalam ucapan. Perbendaharaan kata dalam bahasa Arab yang luas membuat seseorang lebih mampu mengungkapkan apa yang ia maksud dengan baik dan lugas.

Selain itu, Ibnu Taimiyah juga mengatakan bahwa mempelajari bahasa Arab adalah agar lebih faqih dalam ucapan. Sedangkan mempelajari sunnah Nabi dilakukan agar lebih faqih dalam amalan. Sedangkan dalam diin terdiri dari ucapan dan amalan.

Bahasa Arab Agar Lebih Memahami Al-Quran Dan As-Sunnah

Al-Quran dan as-Sunnah adalah dua hal yang menjadi warisan dan juga petunjuk bagi setiap umat islam. Dua petunjuk ini diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, memahami al-Quran dan as-Sunnah akan semakin mudah jika Anda memiliki pemahaman yang baik pula terhadap bahasa Arab.

Salah satu kaidah menyatakan bahwa sesuatu yang wajib dan tidak bisa terpenuhi kecuali dengannya, maka itu dihukumi wajib. Seseorang baru bisa memahami makna di dalam Quran dan Sunnah lebih baik jika orang tersebut mampu memahami bahasa Arab.

Sedangkan, setiap muslim wajib belajar dan memahami al-Quran dan Sunnah. Karena itu, mempelajari bahasa Arab menjadi sesuatu yang juga wajib.

Abu Bakr bin Abi Syaibah meriwayatkan, Umar pernah menulis pada Abu Musa:

“Pelajarilah as-Sunnah dan pelajarilah bahasa Arab, serta i’rablah Al-Quran. Ingatlah Al-Quran itu dengan bahasa Arab.”

Keistimewaan bahasa Arab disebutkan dalam Al-Qur’an lebih dari sepuluh tempat, di antaranya pada ayat,

“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 27-28)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata

“Bahasa Arab adalah syi’ar Islam dan syi’ar kaum muslimin.” Disebutkan dalam Iqtidha’ Shirath Al-Mustaqim.

Keutamaan bahasa Arab amatlah jelas karena bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an Al-Karim. Cukup alasan inilah yang jadi alasan besar kenapa kita harus mempelajari bahasa Arab. Wallahu A'lam

 


Al-Shuffah Pusat Pendidikan Islam Pertama Dan Pengaruh Ahli Shuffah Dalam Perkembangan Pendidikan Islam

Al-Shuffah, Pusat Pendidikan Islam Pertama, Pengaruh Ahli Shuffah Dalam Perkembangan Pendidikan Islam.

MASJID NABI

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan serta pendidikan.  Bahkan Allah menegaskan bahwa salah satu tugas pokok Rasulullah adalah mendidik manusia dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan.

Allah berfirman:

رَبَّنَا وَٱبْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ (البقرة [٢]: ١٢٩

Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 129)

لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَـٰلٍ مُّبِينٍ (ال عمران [٣]: ١٦٤

Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Q.S, Ali Imran [3]: 164)

هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّـۧنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَـٰلٍ مُّبِينٍ (الجمعة [٦٢]: ٢)

Artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (Q.S. Al-Jumu'ah [62]: 2)

Ayat ini menjelaskan bahwa utusnya Rasulullah adalah anugerah bagi orang-orang yang mempercayainya. Adapun tugas Rasulullah menurut ayat ini adalah membacakan ayat-ayat Allah, membersihkan manusia serta mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah. Tugas-tugas ini semuanya berkaitan erat dengan masalah pendidikan.

Membacakan ayat-ayat Allah bukan hanya membacakan firman-firman Allah yang tertulis dalam al-Qur'an (ayat-ayat qauliyah) tetapi juga membacakan ayat Allah yang terpampang pada alam semesta (ayat-ayat kauniyah), sedang membersihkan manusia maksudnya, membersihkan manusia dari kotoran jasmaniyah seperti wudhu, mandi dan istinjak, dan membersihkan manusia dari kotoran jiwa, seperti kebodohan, syirik, dengki, takabur, dan sebagainya. Adapun mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah menurut Sayid Quthb adalah membawa manusia dari alam kebodohan kepada hidup berpengetahuan dan menunjukkan kejalan keselamatan.

sulullah menegaskan bahwa beliau diutus oleh Allah adalah sebagai pengajar, sebagaimana sabdanya:

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا (رواه مسلم(

“Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak mengutusku untuk memaksa orang atau menjerumuskannya, akan tetapi Dia mengutusku sebagai seorang pengajar dan orang memudahkan urusan.”

Untuk merealisasikan tugas-tugas tersebut, sejak awal masa dakwah, Rasulullah telah memperhatikan tempat pendidikan. Pada saat beliau berada pada kota Makkah, ketika orang-orang yang menganut Islam telah mencapai lebih dari tiga puluh orang laki-laki dan wanita, beliau memilih rumah al-Arqam bin al-Arqam, sebagai tempat pertama kali untuk mengadakan aktivitas pendidikan bagi umat Islam.

Tempat ini terletak di kaki bukit Shafa dekat Masjid Haram dan dikenal dengan nama Dâr al-Arqam. Pada tempat inilah Rasulullah mendidik umat Islam secara intensif ketika dakwah Islam masih dilakukan dengan cara rahasia.

Tempat ini lebih terkenal dalam sejarah Islam karena disini tokoh Islam, Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'Anhu menyatakan diri memeluk Islam. Namun dikarenakan umat Islam Makkah saat itu masih minoritas dan dalam kondisi tertindas, maka Dâr al-Arqam ini tidak dapat berkembang.

Setelah tiga belas tahun Rasulullah mendakwahkan Islam pada Makkah, beliau bersama para sahabatnya hijrah (pindah) ke Madinah.

Penyiaran Islam di Madinah telah mengantarkan Islam pada masa kejayaan Islam, Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya mampu membangun peradaban baru yang membentuk masyarakat terbaik masa itu.

Keberhasilan Rasulullah membangun masyarakat terbaik pada kota Madinah saat itu tidak dapat terlepaskan dari langkah-langkah awal yang beliau lakukan setelah tinggal di Madinah.

Langkah-langkah tersebut adalahmembangun masjid, menjalin persaudaraan intern antar umat Islam, dan membuatperjanjian kerjasama dengan non muslim serta mendirikan pusat pendidikan Islam (al-Shuffah).

Setelah bangun masjid selesai, Rasulullah menggunakannya sebagai tempat membina masyarakat muslim Madinah.

Dalam masjid ini beliau secara intensif mendidik dan mengajar para sahabat tentang berbagai aspek kehidupan sehingga Masjid Madinah saat itu bagaikan sebuah universitas tempat dimana umat Islam menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan juga menjadi pusat bagi tumbuhnya budaya ilmiah di kalangan umat Islam.

Ketika terjadi perpindahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka'bah di Makkah, enam belas bulan setelah Rasulullah tinggal di Madinah terjadilah perubahan geografis di Masjid Nabi yaitu tembok arah kiblat pertama menjadi bagian belakang masjid.

Nabi memerintahkan supaya tembok itu dibuat atap. Tempat ini kemudian dikenal dengan nama al-Shuffah (beranda) atau al-Dzillah (naungan) yang merupakan tempat tidak berdinding di sekelilingnya.

Di tempat ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendirikan pusat pendidikan Islam yang pertama kali. Guru-guru yang mengajar di al-Shuffah ini adalah beliau sendiri dan beberapa orang yang beliau tunjuk seperti Abdullah bin Sa'ad dan Ubadah bin al-Shamit. Bidang studi yang diajarkan di al-Shuffah meliputi al-Qur'an, Tajwid, dan ilmu- ilmu keislaman di samping membaca dan menulis.

Sedang murid-murid al-Shuffah adalah para sahabat yang rata-rata miskin dan tidak memiliki tempat tinggal serta sanak saudara di Madinah yang kemudian disebut ahl al-Shuffah (penghuni shuffah). Dengan demikian, al-Shuffah ini bisa disebut sebagai perguruan intern pertama kali dalam Islam.

Terhadap ahl al-Shuffah ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mempunyai perhatian yang sangat tinggi. Beliau menjaga dan mengawasi sendiri. Mengunjungi mereka, melihat keadaan dan menjenguknya jika ada yang sakit.

Beliau sering duduk-duduk bersama mereka, membimbing, membantu, mengingatkan, bercerita, mengarahkan untuk membaca al-Qur'an dan mempelajarinya, berdzikir dan memberi motivasi pentingnya kehidupan akhirat.

Untuk memenuhi kebutuhan materil ahl al-Shuffah, khususnya dalam hal makanan, apabila menerima sedekah, beliau mengirimkannya kepada mereka dan tidak mengambilnya sedikitpun, begitu juga apabila menerima hadiah, beliau mengantarkannya kepada mereka dengan mengambil bagian seperlunya. Beliau juga sering mengundang mereka untuk makan-makan di rumah salah seorang istri beliau.

Rasulullah juga menganjurkan kepada para sahabat untuk bersedekah kepada penghuni (ahli) al-Shuffah. Abdurrahman bin Abu Bakar bercerita. Penghuni al-Shuffah adalah orang-orang miskin dan Nabi menganjurkan kepada para sahabat memberikan makanan kepada mereka.

Beliau bersabda: “Barangsiapa mempunyai makanan cukup untuk dua orang undanglah orang yang ketiga, apabila cukup untuk empat orang, undanglah orang yang kelima, kemudian Abu Bakar mengajak tiga orang sedang Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri mengajak sepuluh orang.” (HR. Bukhari)

Para ulama berselisih pendapat mengenai jumlah sahabat yang tinggal di al-Shuffah. Abu Nu'aim menuturkan bahwa jumlah orang yang tinggal di dalam al-Shuffah tidak tetap tergantung situasi dan waktu.

Ibn Taimiyah (w. 728 H) menyebutkan bahwa jumlah mereka mencapai 400 orang. Sedang menurut Qatadah jumlah mereka mencapai 900 orang.

Para penghuni al-Shuffah (ahl al-Shuffah) yang dididik langsung oleh Rasulullah kemudian banyak menjadi tokoh yang sangat berperan dalam perkembangan agama Islam di berbagai bidang.

Di antara mereka yang gugur sebagai syuhada di medan perang antara lain, Shafwan bin Bidhai, Salim bin Umair, Khubaib bin Sayaf gugur di perang Badar. Hanzhalah yang jasadnya dimandikan malaikat gugur di medan perang Uhud. Salim Maula Abu Hudzafah gugur di perang Yamamah.

Adapun yang menjadi ulama, antara lain Abu Hurairah pada bidang periwayatan hadis, Abdullah bin Mas'ud di bidang ilmu qiraat, Salman al-Farisi pengembara pencari kebenaran yang dianugerahi ilmu orang-orang terdahulu dan terkemudian, Hudzaifah bin al-Yaman yang memiliki ketajaman berfikir sehingga mampu memprediksi masa depan, Bilal bin Rabah seorang bekas budak yang diangkat menjadi muadzin Rasulullah .

Para penghuni al-Shuffah yang hidup secara askestis (zuhud) dan sederhana ini beberapa kali menyebabkan turunnya ayat al-Qur'an. Salah satu di antaranya adalah:

لِلْفُقَرَآءِ ٱلَّذِينَ أُحْصِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِى ٱلْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ ٱلْجَاهِلُ أَغْنِيَآءَ مِنَ ٱلتَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَـٰهُمْ لَا يَسْـَٔلُونَ ٱلنَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ (البقرة [٢]: ٢٧٣

Artinya: “(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 273)

Menurut Ibn Sa'ad, yang menjelaskan riwayatnya dengan sanad sampai kepada Ka'ab al-Qardhi, ayat di atas turun berkaitan dengan ahl al-Shuffah.

Ayat tersebut yang turun berkaitan dengan ahl al-Shuffah yang berisi tentang tuntunan hidup askestis dan sederhana. Hal ini yang menyebabkan ahl al-Shuffah diidentikkan dengan para shufi yang hidup di abad pertengahan pada tempat pemondokan untuk menghindari kemewahan dunia.

Setelah berkembangnya tasawuf pada abad ke-3 hijriyah, para sahabat yang menghuni al-Shuffah banyak mendapat perhatian para shufi, sehingga kajian al-Shuffah dan penghuninya cenderung kepada kajian tasawuf.

Hingga pada saat ini masih jarang kajian mengenai al-Shuffah dan ahl al-Shuffah yang dikaitkan dengan masalah pendidikan dan pengaruhnya bagi perkembangan pendidikan Islam padahal al-Shuffah adalah pusat pendidikan intern yang pertama kali dalam Islam. Wallahu A’lam