This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pengertian Pernikahan Dan Tujuannya Yang Harus Diketahui Calon Pengantin

Pengertian Pernikahan Dan Tujuannya Yang Harus Diketahui Calon Pengantin

pernikahan dan tujuannya

Kata “نَكَحَ” asal penggunaan kata “اَلنِّكَاحُadalah untuk sebuah akad atau ikatan, kemudian kata tersebut dipakai untuk mengartikan persetubuhan (jima’), dan kata Jima’ merupakan kata kiasan, maka mustahil kata “jima’” digunakan untuk sesuatu yang mempunyai tujuan baik (Imam Ar Raghib Al Ashfahani dalam kitab Mufradat fi gharibil Qur’an, hal 681).

Diantara kata اَلنِّكَاحُ dalam Al Qur’an, adalah:

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu.” (Qs. An Nuur: 32)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman,” (Qs. Al Ahzab: 49)

فَانْكِحُوهُنَّ بِإِذْنِ أَهْلِهِنَّ

“Karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka,” (Qs. An Nisa: 25)

Menurut Undang-Undang

Pengertian pernikahan menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Pasal 1 memandang bahwa pernikahan adalah sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhana Yang Maha Esa.

Oleh karena itu pengertian perkawinan dalam ajaran Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Secara Bahasa

kata “Nikah” dalam bahasa arab, menurut para ahli fikih, adalah kata yang secara haqiqah (sebenarnya) dalam mengungkapkan makna akad, sedangkan digunakan secara majaz (kiasan) ketika mengungkapkan makna hubungan intim.

pengertian nikah berarti mengumpulkan, atau sebuah pengibaratan akan sebuah hubungan intim dan akad sekaligus. (Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili, fiqih islam Wa Adillatuha, hal 38).

Secara Syari’at

Nikah adalah sebuah akad yang mengandung pembolehan bersenang-senang dengan perempuan, dengan berhubungan intim, menyentuh, mencium, memeluk dan sebagainya.

Nikah adalah sebuah akad yang telah ditetapkan oleh syari’at yang berfungsi untuk memberikan hak kepemilikan bagi laki-laki untuk bersenang-senang dengan perempuan, dan menghalalkan seorang perempuan dengan laki-laki. (Prof.Dr. Wahbah Az Zuhaili, fiqih islam Wa Adillatuha, hal 39).

Ulama Hanafiyah mendifinisikan, Nikah adalah sebuah akad yang memberikan hak kepemilikan untuk bersenang-senang secara sengaja.

Tujuan Pernikahan

Orang yang menikah sepantasnya tidak hanya bertujuan untuk menunaikan syahwatnya semata, sebagaimana tujuan kebanyakan manusia pada hari ini. Namun hendaknya ia menikah karena tujuan-tujuan berikut ini:

Pertama, Melaksanakan anjuran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Wahai sekalian para pemuda! Siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah….”

Kedua, Memperbanyak keturunan umat ini, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang lagi subur, karena (pada hari kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain.”

Ketiga, Menjaga kemaluannya dan kemaluan istrinya, menundukkan pandangannya dan pandangan istrinya dari yang haram. Karena Allah berfirman:

قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu, lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.(QS An Nur ayat 30)

Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka….” (An-Nur ayat 31)

Disyariatkanya lembaga pernikahan dalam Islam adalah demi menyempurnakan ketaqwaan individu menjadi ketaqwaan bersama antara keluarga inti dalam rumah tangga hingga keluarga besar.

Perkawinan adalah salah suatu sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk tuhan, dan perkawinan juga suatu cara yang dipilih Allah bagi manusia untuk berkembang biak, Allah tidak menghendaki manusia seperti makhluk lainya yang bebas tanpa aturan, sehingga Allah mensyari’atkan perkawinan sebagai hubungan terhormat, jalan yang aman dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya dan aman bagi keturunanya.

Pasal 3 KHI merumuskan bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) bahagia yang dimaksud dalamUU pernikahan atau perkawinan sama dengan tujuan pernikahan yang terdapat dalam KHI.

Tujuan pernikahan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah, suatu rumah tangga yang didalamnya terjalin keharmonisan diantara suami istri yang saling mengasihi dan menyayangi sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah tangganya, dan terciptalah kebahagiaan dalam rumah tangga tersebut.

Selain itu, tujuan dari disyariatkannya perkawinan adalah untuk mendapatkan anak keturunan yang sah untuk generasi yang akan datang.

Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memilih pasangan suami istri yang baik (agamanya) sehingga dapat melahirkan keturunan (generasi pengganti) sebagaimana yang diharapkan. Wallahu A’lam

7 Persiapan Mental Yang Harus Dimiliki Calon Pengantin


7 Persiapan Mental Harus Dimiliki Calon Pengantin

7 persiapan mental sebelum menikah

Al-Qur’an menyatakan bahwa Allah menciptakan makhluk berpasang-pasangan, tak terkecuali manusia sebagai makhluk termulia ciptaan Allah. Firan Allah :

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Dan segala sesuatu Kami Ciptakan berpasang–pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Az Zariyat: 49)

Dengan kata lain, berpasangan merupakan fitrah seluruh makhluk di muka bumi, begitupun manusia untuk memastikan lestarinya keturunan guna memerankan diri sebagai pengelola bumi (khalifah).

Bahkan dorongan berpasangan sudah lahir sejak kecil. Hal ini karena mendambakan pasangan merupakan fitrah manusia sebelum dewasa, dan dorongan yang sulit dibendung setelah dewasa. Karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara pria dan wanita dalam ikatan suci yang dinamakan pernikahan. Hal ini untuk menghindari dorongan ke arah hubungan terlarang antara pria dan wanita.

Allah berfirman :

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar Ruum:21).

Dorongan tersebut diarahkan dalam sebuah pertemuan sehingga terlaksananya "perkawinan". Beralihlah kerisauan pria dan wanita menjadi ketenteraman atau sakinah. Sakinah terambil dari akar kata sakana yang berarti diam atau tenangnya sesuatu setelah bergejolak.

Al-Qur’an antara lain menekankan perlunya kesiapan fisik, mental, dan ekonomi bagi yang ingin menikah. Walaupun para wali diminta untuk tidak menjadikan kelemahan di bidang ekonomi sebagai alasan menolak peminang.

وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui." (QS An-Nur [24]: 31)

Yang tidak memiliki kemampuan ekonomi dianjurkan untuk menahan diri dan memelihara kesuciannya.

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغْنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ

Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya". (QS An-Nur [24]: 33)

Pernikahan adalah hal sakral saat dua orang yang mempunyai latar belakang berbeda bersatu dalam satu ikatan. Tentu saja hal ini harus didasari dengan cinta, komitmen, dan rasa saling menerima serta menghormati satu sama lain.

Maka selain mempersiapkan fisik dan materi menjelang pernikahan, hal penting lainnya adalah persiapan mental menghadapi pernikahan.

dr. Sara Elise Wijono Mres mengatakan, Diantara yang bisa dilakukan dan disiapkan oleh calon pengantin untuk mempersiapkan mental sebelum menikah ialah sebagai berikut:

Aturlah Emosi Diri Sendiri

Sangatlah wajar jika calon pasangan hidup Anda memiliki kebiasaan yang mungkin bertolak belakang dengan kebiasaan Anda. Pacaran dalam jangka waktu yang lama bukanlah jaminan untuk dapat memahami keinginan dan kebutuhan secara mendalam.

Oleh karena itu, salah satu persiapan mental pernikahan yang penting adalah mengenali tingkat emosi pasangan dan tingkat emosi diri Anda sendiri. Ini akan membantu Anda agar tidak terpancing untuk saling membalas jika terjadi suatu konflik.

Bangun Komunikasi

Memiliki komunikasi yang baik dan saling terbuka merupakan persiapan mental pernikahan yang esensial. Komunikasi tidak harus dilakukan secara verbal, melainkan juga melalui sentuhan, senyuman, lelucon, komentar, atau keinginan saling mendengarkan dan mendukung satu sama lain.

Komunikasi yang lebih penting bukanlah sekadar menanyakan apa hobinya atau apa makanan kesukaannya, tetapi juga mengenali kebutuhan emosionalnya.

Jadi, usahakan untuk selalu berkomunikasi dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan hati. Selain itu, juga jangan terlalu banyak mengeluh pada calon pendamping hidup.

Kembangkan Kemampuan untuk Mengatasi Konflik

Setiap individu yang hidup pasti memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Sering kali pasangan masih memiliki ego yang tinggi dan tidak mau mengalah karena menganggap bahwa cara dia mengatasi masalah adalah yang paling baik.

Persiapan mental sebelum pernikahan harus memperhatikan ada atau tidaknya kemampuan untuk mengatasi konflik yang mungkin terjadi. Ini diperlukan untuk menjaga keharmonisan atau kesakinahan sebuah rumah tangga.

Semua hal awalnya diselesaikan dan dipikirkan sesuai dengan cara ‘suami dan istri’. Namun, saat menikah semuanya harus berakhir dengan cara ‘kami’. Artinya, jika semula keputusan didasarkan keinginan masing-masing individu, ketika sudah menikah keputusan harus dilakukan berdasarkan keinginan bersama.

Selalu Berorientasi Untuk Belajar

Terlalu banyak berpikiran negatif akan membuat curiga dan tidak percaya pada pasangan. Padahal, semua kecurigaan tersebut belum tentu ada dasarnya. Rasa tak percaya ini bisa menjadi cikal-bakal kehancuran rumah tangga.

Selain berpikir positif saat sudah menikah, cobalah juga untuk mengapresiasi pasangan suami atau istri dan merespons keberhasilan ataupun kegagalan pasangan dengan memandang bahwa hal tersebut adalah suatu proses pembelajaran diri.

Keinginan untuk belajar dari kesalahan agar dapat menjadi lebih baik merupakan persiapan mental pernikahan yang wajib dilakukan.

Persiapan mental menghadapi pernikahan yang perlu disadari kedua belah pihak adalah pernikahan merupakan suatu proses yang perlu diusahakan.

Motivasi Membuat Pernikahan Berhasil

Memang benar pernikahan diawali dengan cinta, tapi perlu usaha dan motivasi terus-menerus untuk membuat cinta tetap membara. Dengan begitu, Anda akan memiliki hubungan suami istri yang baik hingga kakek nenek.

Pernikahan tidak bisa berjalan secara ‘auto pilot’. Jadi, cobalah rencanakan hal-hal yang membuat hubungan selalu dekat, misalnya komitmen untuk berkencan berduaan sebulan sekali.

Membicarakan Isu Sensitif

Beberapa isu sensitif sebaiknya mulai dibicarakan sejak masa Taaruf. Isu-isu terkait pernikhan dan kehidupan untuk menjalaninya, Ini dilakukan guna untuk mencari tahu apakah pasangan sepaham atau tidak mengenai isu tersebut. Kalaupun berbeda pandangan, apakah dapat menemukan solusi atau tidak.

Persiapan mental menjelang pernikahan ini penting, walaupun sering kali dipenuhi kecanggungan karena sering menjadi sumber konflik pasangan suami istri.

Bahasa Kasih Pasangan

Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa kasih sayangnya. Mereka juga umumnya merasa disayang jika diperhatikan dengan cara khusus. Hal inilah yang dikenal dengan bahasa kasih.

Ada pasangan yang suka menyatakan cinta dengan kata-kata, ada yang suka dengan hubungan fisik (berpelukan, berciuman, gandeng tangan), ada yang dengan pemberian hadiah, dan sebagainya.

Persiapan mental menjelang pernikahan yang penting adalah untuk saling mengenali bahasa kasih masing-masing. Dengan demikian, dapat membuat pasangan merasa dicintai, begitu pula sebaliknya.

Pernikahan memang suatu langkah yang sangat penting dalam hidup. Mempersiapkan pernikahan jangan hanya berfokus pada pesta saat hari H dan malam pertama saja, persiapan mental juga perlu diperhatikan. Hal ini tentunya dapat membantu Anda memiliki pernikahan (SAMARA) yang langgeng, harmonis dan bahagia.


Artikel menarik lainnya: 

 

Persaudaraan Umat Muslim 5 Hal Harus Diperhatikan Dalam Menjaga Ukhuwwah Islamiyah

Persaudaraan Umat Muslim 5 Hal Harus Diperhatikan Dalam Menjaga Ukhuwwah Islamiyah

Para ikhwan yang di rahmati Alloh ta’alla, Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena pada hari ini, kita semua masih diberi nikmat kesehatan jasmani, dan rohani. sehingga kita masih bisa melangkahkan kaki menuju tempat ini dalam rangka tentunya mengharap ridho dan ampunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Maka, sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa kita melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Allah berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat [49]: 10)

Ayat ini menjelaskan dan bahkan memberitahukan kepada kita, bahwa semua umat islam yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, adalah bersaudara,tidak ada yang membedakan.

Seperti yang disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir,“Bahwa orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, agar kamu mendapat rahmat.”

Jadi ayat ini juga menjelaskan bahwa kalau orang sudah sama-sama tumbuh iman dalam hatinya, tidak mungkin mereka akan bermusuhan karena pada hakikatnya sesama orang beriman adalah bersaudara, jadi kalau kita sudah mengikrarkan diri beriman kepada Allah namun masih memusuhinya, maka perlu tanyakan itu keimanan nya.

Para Ikhwan yang mengharap riho Allah, perlu diketahui oleh kita, bahwa dalam bahasa arab kata اخ berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal.

Banyak yang menyebutkan persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaran, persamaan sifat juga mengakibatkan persaudaraan dan persamaan dalam kepercayaan juga menimbulkan persaudaraan.

Bentuk Jamak (Plural) Dari Kata اخ Dalam Al-Quran Ada Dua Macam :

Pertama, اخوان  disebutkan 22 kali dalam Al-Quran, biasanya digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung seperti firman Allah Subhanau Wa Ta’ala Q.S. At-Taubah [9]: 11:

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”  (Q.S. At-Taubah [9]: 11)

Kedua, اخوة yang digunakan untuk arti persaudaraan sekandung.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Yusuf [12] ayat 7.

لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ

Artinya : “Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.” (Q.S. Yusuf [12]: 7).

Kata اخوة  yang digunakan dalam Al-Quran sebanyak 7 (tujuh) kali, seluruhnya digunakan untuk pengertian saudara seketurunan kecuali satu ayat dalam surat Al-Hujurat ayat 10 di atas.

Pada ayat ini digunakan kata “ikhwah” yang selalu digunakan untuk arti persaudaraan yang tidak seketurunan  padahal kalimatnya saudara seiman itu terdiri atas banyak manusia yang  tidak seketurunan  atau sekandung.

Menurut Pakar tafsir, Prof. Quraish Shihab, “hal ini bertujuan mempertegas dan mempererat jalinan hubungan antara sesama Muslim, seakan-akan hubungan tersebut dijalin bukan saja oleh keimanan mereka yang ditunjuk oleh kata “Al- Mu’minun”, tetapi ia seakan dijalin oleh  persaudaraan seketurunan yang ditunjukkan dengan kata “ikhwah” tersebut  sehingga tidak ada satu alasan apapun untuk meretakkan hubungan antar mereka.”

Dalam pembahasan di atas tentu muncul pertanyaan dalam diri kita, “bagaiman cara menjaga dan mewujudkan ukhuwah di antara orang beriman…?

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawabnya melalui kitabnya yang terdapat dalam firman Alloh,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, seraya berjamaah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” ( QS. Ali-Imran ayat 103)

Menurut para ahli tafsir, ayat ini turun berkenaan dengan ukhuwah di antara kaum Anshar dari Suku Aus dan Khazraj, akibat provokasi orang Yahudi Madinah yang tidak senang melihat kerukunan mereka setelah mereka masuk Islam. Seperti disebutkan dalam kitab-kitab tarikh bahwa suku Aus dan Khazraj sebelum masuk Islam, mereka saling bermusuhan.

Selama ratusan tahun, kedua suku tersebut selalu konflik, dan kerap terjadi perangan yang memakan banyak korban di antara kedua belah pihak.

Setelah mereka masuk Islam, berjamaah dalamsatu kepemimpinan (Rasulullah) mereka dapat hidup rukun dan damai. Inilah yangmenyebabkan orang Yahudi sakit hati.

Lalu setelah Berjamaah, apa saja yang dapat menjaga ukhuwwah itu tetap terjaga dan semakin membaik..?

Agar ukhuwah Islamiyah tetap terjaga, Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits:

آلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang Muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. barang siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.” (H.R. Abu Dawud)

Dalam hadist ini kita mendapatkan pelajaran bahwa agar persaudaraan umat Islam (ukhuwah islamiyah) dapat terjaga hendaknya kita melakukan hal-hal sebagai berikut:

Tidak Boleh Menzalimi

Dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam di atas, dikatakan bahwa seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya.

Umat muslim tidak boleh menzalimi dan tidak boleh membiarkan Muslim lainnya disakiti. hadits ini juga mengandung pesan bahwa sesama Muslim harus saling tolong menolong dalam kebaikan, bukan sebaliknya saling mengganggu.

Tidak Boleh Merendahkan

Setiap Muslim harus menghargai saudaranya. Jangan saling menghina dan merendahkan, sehingga membuat harga dirinya jatuh dan diremehkan di mata orang lain. Dalam hadits lain disebutkan.

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ  (

“Cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.” (H.R. Muslim)

Memenuhi Apa Yang Diperlukankan

Jika saudara kita memerlukan bantuan, maka sebisa mungkin kita membantunya, jika tidak bisa memenuhi semuanya, maka kita bantu sesuai kemampuan kita. Jika terpaksa tidak bisa memberikan bantuan, maka berikan nasihat yang baik, motivasi dan doa yang tulus untuk keberhasilannya.

Menghilangkan Kesulitannya

Menghilangkan kesulitan saudara kita adalah salah satu ibadah yang utama. Nabi Muhammad Shallallahu Alahi Wasallam terkenal senantiasa berusaha menghilangkan kesulitan umatnya. Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam tidak senang apabila umatnya mengal ami kesulitan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah At-Taubah [9]: 128

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Menutupi Aibnya

Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji kepada orang yang menutupi aib saudaranya, Dia akan menutupi aib-aibnya pula di akhirat dan mengampuni dosa-dosanya serta menggantinya dengan rahmat dan surga-Nya.

Semoga dengan memperhatikan hal-hal di atas, kita semua terhindar dari perpecahan dan permusuhan. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala melembutkan hati umat Islam semuanya untuk dapat bersatu, berjamaah, saling membantu dan saling menolong dalam bingkai Al-Jamaah. Wallahu A’lam

 


QS Az Zariyat 56 Tugas Jin dan Manusia Hidup Hanya Untuk Ibadah

 

QS Az Zariyat 56 Tugas Jin dan Manusia Hidup Hanya Untuk Ibadah
alt ibadah

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَ لَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً، وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمً، أَمَّا بَعْد .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ . 

Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dzat Yang menguasai alam raya. Dzat yang tidak akan pernah menolak doa-doa hamba-Nya, berserah diri dan bertawakkal kepada-Nya. Sepatutnya kita senangtiasa memuji Allah Ta’ala, karena memang hanya Dialah Yang Maha Terpuji, Yang layak mendapat pujian sejati, dan Dialah Yang paling baik dalam memuji.

Marilah kita senantiasa panjatkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dzat Yang tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-hamba-Nya, yang bergantung dan berserah diri kepada-Nya. Hanya Allah Ta’ala, Dzat Yang Maha Memberi Rizki, dan membalas amal kebaikan hamba-hambanya.

Selanjutnya pada khutbah kali ini khatib berwasiat khususnya, kepada diri sendiri serta keluarga, dan umumnya kepada jamaah Jum’ah semua, dengan wasiat taqwa.  Maka marilah kita pelihara dan tingkatkan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taqwa yang sesungguh-sungguhnya.

Karena taqwa adalah sebaik-baik bekal kehidupan. Taqwa dapat mengundang pertolongan dan kemudahan dari Alloh. Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, niscaya Allah akan menurunkan keberkahan kepada mereka. Tetapi jika penduduknya ingkar dan maksiat, maka musibah dan bencana yang akan mereka dapatkan.

Maka dari itu perlu adanya mengukur peningkatan iman dan taqwa kita, yang hal itu bisa dilihat dari seberapa sering kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan seberapa sering kita menjauhi segala larangan-larangan-nya, Marilah kita senangtiasa muhasabah diri, dengan mengevaluasi ibadah kita dalam satu pekan ini, apakah ketaqwaan kita kian meningkat, atau justru malah sebaliknya.

Jika kita rasakan ada perubahan yang lebih baik, maka pertahankan dan terus tingkatkan agar semakin mendekati taqwa yang sesungguhnya. Namun jika sebaliknya, maka hendaknya segera sadar dan taubat lalu memperbaiki diri, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Semoga kita menemui ajal dalam keadaan husnul khatimah. Aamin Yarobbal’alamin.

Jamaah Jumat Yang Di Muliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Az Zariyat [51] Ayat: 56.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Ayat diatas menegaskan bahwa, tujuan penciptaan Jin dan Manusia adalah untuk beribadah. Maka dari itu Alloh Subhanahu Wa Ta’ala membekali kita kemampuan berpikir (akal) dan keinginan (nafsu). Dengan berbekal kemampuan tersebut, jin dan manusia dituntut untuk beribadah secar totalitas dan benar. Dalam hal ini, ibadah yang dijalankan bukan hanya sebatas ritual semata. namun Ibadah di sini mencakup beragam aspek, baik ibadah yang bersifat individu atau sosial.

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, bahwa Allah memerintahkan jin dan manusia untuk beribadah bukan karena Allah butuh disembah. Akan tetapi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala ingin menguji ketaatan jin dan manusia sebagai makhluk yang telah diciptakanNya. Karena dengan beribadah, jin dan manusia diberi pilihan untuk taat atau membangkang dari perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala

"Diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Aslam yang terdapat dalam " (Tafsir at-Thabari, hal. 523). tentang penjelasan firman Allah QS Az Zariyat 56, Ia berkata: Allah Subhanahu Wa Ta’ala memaksa jin dan manusia untuk memilih antara celaka atau bahagia,

Jika kita memilih bahagia maka hendaknya dia beribadah kepada Alloh dengan menjalankan perintah Alloh dan menjauhi larangan-larangan Alloh, yang sudah ditetapkan didalam Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Salallahu Alaihi wa sallam.

Hadirin sidang Jumat Hafidzakumullah

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwasanya manusia diciptakan hanya untuk melaksanakan ibadah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, namun ibadah yang dimaksudkan disini bukan hanya ibadah-ibadah yang bersifat ritual semata. Hal ini perlu ditegaskan, karena sebagian orang beranggapan bahwa selain shalat, zakat, puasa, haji, dan mengucapkan syahadat tidak termasuk ibadah.

Padahal, yang dimaksud ibadah itu ialah, ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan, baik amal, pikiran, dan perasaan yang disandarkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu termasuk ibadah. Ibadah adalah jalan hidup yang mecakup semua hal yang bermuara pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Oleh karena itu, kita belum benar-benar dikatakan beriman hanya karena menjalankan shalat lima waktu saja. Keimanan yang diukur dari ritual yang tampak semata hanya mengkerdilkan makna iman itu sendiri. Dan biasanya, pemahaman seperti ini sering kita jumpai di kalangan umat.

Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita mengikuti contoh rasulullah Salallahu Alaihi Wa sallam.

Hadirin sidang Jumat Hafidzakumullah

Firman Allah QS Az Zariyat 56, mengingatkan kepada kita selaku umat manusia yang beriman dan bertakwa kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, bahwasanya Tugas utama manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah. Karena itu segala aktivitas kita dunia harus didedikasikan dan orientasikan untuk ibadah dalam arti yang seluas-luasnya.

Apapun status dan kedudukan manusia memiliki tugas mulia yaitu beribadah dan mengabdi kepada Allah . Maka orang yang tidak mau beribadah dikategorikan sombong dan angkuh kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, karena tidak menyadari akan eksistensi dan tugasnya di dunia.

Allah berfirman: Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu’. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina" (QS.Al-Mu’min [40] ayat 60).

Dalam melaksanakan ibadah harus dasarkan dan niatkan ikhlas semata-mata mengharap keridhaan dan pahala dari Allah Sehingga ibadah kita lakukan benar-benar dapat difokuskan pada pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah SWT Dalam Al-Qur’an diungkapkan: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah [98]:5).

Kemudian tujuan utama dari pelaksanaan ibadah itu adalah membentuk jiwa-jiwa yang bertakwa kepada Allah SWT. Karena takwa itu merupakan derajat yang paling tinggi sehingga manusia dapat mencapai puncak kemuliaan hidup di dunia maupun di akhirat. Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2]:21).

Jadi, untuk dapat mewujudkan ibadah yang baik dan ketakwaan kita yang sebenarnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dengan mewujudkan kehidupan berjamaah. Karena berjamaah bagian dari syariat Alloh, Dengan pola hidup berjamaah, akan dapat melaksanakan ibadah yang baik, terpimpin dalam satu kesatuan, terarah dan tertip. Lalu dengan begitulah akan mendatangkan rahmat dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam hadits  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ 

“Al-Jamaah adalah rahmat dan berpecah-belah adalah azab.” ( HR. Ahmad).

Dengan begitu, Marilah kita senantiasa beribadah kepada Alloh, dengan memelihara iman dan taqwa, mempertahankan Islam sampai akhir hayat, menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan berserah diri kepada syariatNya, serta dapat hidup dalam bingkai kehidupan berjamaah dan menjauhi perpecahan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم

Khutbah ke-2

 

 الحمد لله الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

 أَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، أَمَّا بَعْدُ

 فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

Pelatihan dan Menajemen Pelatihan Tujuan Pelatihan Serta Manfaat Pelatihan

  Pelatihan dan Menajemen Pelatihan Tujuan Pelatihan Serta Manfaat Pelatihan

alt pelatihan

   Pimpinan suatu perusahaan atau organisasi semakin menyadari bahwa karyawan/ petugas perlu dikembangkan dan dilatih dalam kemampuan nyata untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Pelatihan setiap personil ini dirasa semakin penting manfaatnya karena tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan yang sejenis atau organisasi.
Setiap orang dituntut agar dapat bekerja efektif, efisien, kualitas, dan kuantitas pekerjaannya baik. Hal ini dilakukan untuk tujuan nonkarier maupun karir bagi para karyawan (baru atau lama) melalui latihan dan pendidikan (H. Malayu, S.P. Hasibuan, 2000).

Secara alamiah orang akan berkembang bersama dengan dunia yang digelutinya, akan tetapi sering kali pertumbuhan perusahaan atau organisasi lebih cepat. Keduanya berpacu dalam arena “atletik” yang menantang. Sinkronisasi pertumbuhan organisasi dengan perkembangan orang/petugas/karyawan tidak lain adalah pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatan tertentu.

Jadi pelatihan adalah proses pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya.

Menurut Frank, P. Sherwood & Wallace, H. Best, dalam Nunu Jumena (2000), latihan adalah proses membantu para pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun yang akan datang, melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran dan tindakan, pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.

Menurut Moekijat (1985), ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut latihan, yaitu:

  1. Latihan harus membantu pegawai menambah kemampuannya.
  2. Latihan harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja dari pegawai, termasuk sikapnya terhadap pekerjaan dalam menerapkan informasi dan pengetahuan terhadap pekerjaan sehari-hari.
  3. Latihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.

Untuk mencapai semua ketentuan tadi maka diperlukan suatu pengelolaan atau manajemen pelatihan yang cermat mencakup perencanaannya, pengorganisasiannya, pelaksanaannya, dan pengawasan/evaluasinya. Materi dalam modul ini meliputi:

  1. Pengertian Manajemen Pelatihan
  2. Kegiatan-kegiatan Manajemen Pelatihan
  3. Macam-macam Pelatihan Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian manajemen pelatihan, kegiatan-kegiatan manajemen pelatihan dan macammacam pelatihan.

Pengertian Menajemen Pelatihan

Konsep pendidikan yang lebih luas mencakup segi kehidupan manusia, maka definisi pendidikan berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang” (Undang-undang No. 2 Tahun 1999, tentang Sistem Pendidikan Nasional). Sementara pelatihan adalah pembelajaran yang dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan sekarang meningkat (kinerjanya). Ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan dan latihan masing-masing merupakan bagian dari pengembangan pegawai.

Memperhatikan ketentuan-ketentuan tadi maka Manajemen Pelatihan dapat diartikan sebagai pengelolaan pelatihan yang mencakup perencanaan pelatihan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasinya.

Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

  1. Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan
  2. Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
  3. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi kepada pelayanan, pengayoman dan pengembangan partisipasi masyarakat.
  4. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan sedini mungkin kepribadian.
  5. Kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik (PP No. 101 Tahun 2000).

Manfaat Pendidikan Dan Pelatihan

Ada dua manfaat diklat yaitu:

a.    Dari segi individu.

  1. Menambah keterampilan dalam meningkatkan pelaksanaan tugasnya.
  2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antara sesama.
  3. Meningkatkan kemampuan menangani emosi.
  4. Meningkatkan pengalaman memimpin.
  5. Menambah wawasan, pengetahuan tentang perkembangan organisasi baik secara internal maupun eksternal.
  6. Menambah wawasan tentang perkembangan lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan organisasi.
  7. Menambah pengetahuan dibidang tugasnya.

b.   Bagi organisasi.

  1. Menyiapkan petugas untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dari jabatan yang sekarang.
  2. Penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya.
  3. Merupakan landasan untuk pengembangan selanjutnya.
  4. Meningkatkan kemapuan-kemampuan berproduksi atau produktivitas.
  5. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk meningkatkan kinerja. 

Targed dan Sasaran

Sasaran dalam pendidikan dan pelatihan adalah tersedianya petugas serta pegawai yang memiliki kualitas tertentu untuk guna memenuhi persyaratan untuk diangkat dan tempatkan jabatan tertentu.

Dalam PP No. 101 Tahun 2000, tujuan dari Diklat adalah terwujudnya kader memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.

Yang dimaksud kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang petugas berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.

Kepribadian 5 Ciri-Ciri Orang Punya Kepribadian Sigma Male


Kepribadian 5 Ciri-Ciri  Punya Kepribadian Sigma Male

Kepribadian 5 Ciri-Ciri

Kepribadian adalah keseluruhan seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian adalah karakter seseorang yang secara tidak sadar menjadi ciri-ciri dari orang itu sendiri

Kepribadian juga sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu.

Kepribadian atau personality berasal dari kata persona. Kata tersebut yang merujuk kepada kedok atau topeng, yaitu sebuah penutup muka yang kerap digunakan oleh pemain drama panggung. Dimana hal tersebut menggambarkan sebuah perilaku, kepribadian, dan watak seseorang.

Menurut Psikologi Mo dern kepribadian adalahorganisasidinamis dari sistem psikofisisi individu menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik.

Menurut John Milton Yinger kepribadian adalah keseluruhan dari perilaku seseorang dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi atau berhubungan dengan serangkaian situasi.

Gordon Allport kerkata berdasarkan psikologi, bahwakepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur serta sekaligus proses.

Agus Sujanto juga mengungkapkan bahwa kepribadian seseorang merupakan suatu totalitas psikofisik cukup kompleks dari tiap individu. Sehingga akan tampak dalam tingkah laku mereka yang unik.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa kepribadianadalah suatu perpaduan secara utuh antara sikap, sifat, pola pikir, emosi, juga nilai-nilai yang mempengaruhi individu tersebut agar berbuat sesuatu yang benar sesuai dengan lingkungannya.

Juga bisa dikatakan kepribadian merupakan sesuatu yang kemungkinan dapat berubah secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Kepribadian merupakan dinamika organisasi psikofisik fungsional manusia yang berubah menjadi pola tingkah laku yang secara spesifik dalam menghadapi kehidupan, berinteraksi dengan orang-orang yang ada di lingkungan hidupnya.

Setiap individu memiliki tipe kepribadiannya masing-masing dalam beradaptasi, menyesuaikan diri, atau menyerah dalam lingkungan tersebut. Mereka akan memiliki tipe kepribadian masing-masing dalam beradaptasi, menyesuaikan diri, atau menyerah dalam lingkungan tersebut.

Individu manusia mempunyai tipe kepribadianyang berbeda. Ada yang memiliki karakter lemah lembut, periang, dan ramah. Ada pula yang mempunyai tipe kepribadian lain seperti pemalu, keras kepala, dan lainnya.

Ada banyak sekali tipe kepribadian seperti yang diungkapkan oleh para ahli, mereka memberikan pandangan dan pendapat mengenai tipe kepribadian dari sudut pandang yang berbeda.

Salah satu tipe kepribadian manusia yng disebutkan oleh para ahli adalah Sigma Male.

Berikut ciri-ciri seseorang tersebut mempunyaikepribadian sigma male adalah sebagai berikut:

Tenang menghadapi  situasi dan peka dengan kondisi sekitar

Memproses situasi lingkungan lalu memikirkan tindakan apa yang tepat untuk diambil.

Mesterius dan penuh percaya diri

Lebih banyak mendengar dari pada berbicara.

Berpikir dahulu sebelum mengutarakan pendapat.

Memberi tatapan yang dalam dan tajam kepada lawan bicaranya.

Menatap mata lawan bicaranya tidak menatap yang lain.

Mandiri dan independen

Mengejar ambisi dengan cara independen.

Sigma male mengkonfrontasi masa lalunya secara sendirian tanpa merengek pada orang lain.

Penuh kalkulasi dan intelijensi

Berpikir dahulu sebelum berbicara dan tidak mudah terpancing emosi atau terkonfrontasi.

Tindakannya penuh perhitungan.

Selalu meriset lawan bicara sebelum melakukan diskusi.

Tenang dan kompose atau Tidak mudah panikan

Jika masalah menghadapi dia akan tenang menghadapi seakan semua mudah di atasi. Wallahu a’lam.


7 keistimewaan mempelajari bahasa arab

Pusat pendidikan islam pertama