This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rasulullah Sebagai Pendidik, 3 Sikap Yang Harus Dimiliki Sebagai Seorang Pendidik

https://penahati-1307.blogspot.com/

Nabi Muhammad juga seorang pendidik dan utusan Allah, ditegaskan oleh Allah dalam Al - Quran, antara lain: “Ya Tuhan Kami, utuslah di tengah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As Sunnah) kepada mereka serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Q.s Al-Baqarah [2]: 129)

Ayat AL-Quran diatas merupakan doa Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam agar keturunanya lahir orang yang dapat mengembangkan agama dan mangajarkan ilmu pengetahuan dalam membina moral manusia.

Doa itu dikabulkan Allah dengan mengutus Nabi Muhammad sebagai penutup para Nabi dan Rasul sekaligus sebagai seorang pendidik yang mengajarkan berbagai prilaku positif dengan contoh dan teladan yang baik untuk praktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mengajarkan kepada manusia al-Kitab bukan hanya mengandung pengertian mengajarkan Al Quran semata, tetapi juga mengajarkan menulis yang merupakan arti bahasa dari kata al Kitab.

Menurut Muhammad Abduh (1265 H/ 184 9M 1323 H/1905 M), pengertian yang terakhir ini lebih sesuai mengingat pentingnya peran tulisan bagi kemajuan peradaban umat manusia.

Sedang mengajarkan al-Hikmah adalahmengajarkan rahasia-rahasia hukum agama dan manfaatnya untuk mendorong manusiaagar melaksanakannya.

Allah juga berfirman yang artinya, “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Ali Imran [3]: 164).

Pada ayat ini mejelaskan, sosok Nabi Muhammad sebagai seorang pendidik, kembali dipertegas oleh Allah . Ketika menafsirkan kalimat wa yuzakkihim (dan membersihkan (jiwa) mereka), Muhammad Abduh berkata: “Rasulullah adalah seorang pendidik dan pengajar.”

Selanjutnya Allah berfirman yang artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (al-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Jumu’ah [62]:2).

Seperti pada ayat yang disebutkan sebelumnya, ayat ini juga menunjukkan bahwa salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk mendidik manusia agar dalam melaksanakan ajaran agama yang dilandasi dan didasari dengan pengertian yang benar dan memahami tujuannya.

Dalam hadis disebutkan: “Dari Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah melewati dua majelis di dalam masjid. Lalu beliau bersabda, “Keduanya baik, hanya majelis yang satu lebih utama. Adapun majelis yang satu, mereka berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak akan memberi dan jika berkehendak akan menolak sedang majelis yang lain, mereka mengadakan aktifitas belajar mengajar inilah yang lebih utama. Sesungguhnya aku diutus untuk memberi pengajaran. Selanjutnya beliau duduk bersama majelis yang mengadakan aktifitas belajar-mengajar.” (H.R. Al-Darimi).

Sebagai seorang pendidik, Rasulullah diberi anugerah oleh Allah berbagai sikap yang membantu keberhasilan tugasnya antara lain:

1. Memiliki Empati dan Rasa Kasih sayangserta Berambisi akan Keberhasilan Anak Didik.

Allah berfirman yang artinya:“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. Al-Taubah [9]: 12).

Pada ayat ini, Allah menerangkan tiga sikap Rasulullah dalam menyantuni umatnya.

a)     Pertama Sangat berat bagi beliau apabila umatnya menderita kesusahan. Setiap waktu yang dipikirkan hanya nasib umatnya. Bahkan pada akhir hayatnya beliau berpesan: “Perhatikanlah shalat, perhatikanlah shalat dan budak-budakmu.”

Pada waktu itu, perbudakan belum dihapuskan dan budak adalah kelompok manusia yang paling menderita.

b)     Kedua, sangat berambisi terhadap kebaikan dan keberhasilan umatnya. Perhatian beliau hanyalah bagaimana umatnya maju dan sukses di dunia dan di akhirat.

c)      Ketiga, sangat sayang kepada umatnya. Pada ayat ini, Allah menggunakan dua sifat-Nya yaitu rauf dan rahim untuk Nabi Muhammad . Hal ini menunjukkan bahwa sifat kasih sayang Rasulullah pada umatnya sangat tinggi, melebihi sifat kasih sayang manusia biasa, sehingga mendekati sifat kasih Allah kepada makhluk-Nya.

Buya Hamka membedakan antara rauf (kasih) dan rahim (sayang). Rauf adalah belas kasihan kepada orang yang lemah, miskin, sakit, gagal dan semua orang yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang karena penderitaan yang dialaminya. Sedang rahim adalah kasih sayang yang merata kepada semua manusia baik yang berbahagia maupun yang menderita.

2. Shidiq (berkata benar) dan Dapat dipercaya.

Allah berfirman yang artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Quran) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S. Al-Najm, 53: 3-4)

Ayat ini menunjukkan bahwa sebagai seorang pengajar dan pendidik, Rasulullah memiliki sifat Shidiq (berkata benar). Dia tidak akan menyampaikan sesuatu tentang agama yang tidak diwahyukan Allah kepadanya.

Rasulullah juga dikenal sebagai al-Amin (orang yang sangat dipercaya), gelar al-Amin telah beliau peroleh sejak beliau belum diangkat sebagai utusan Allah .

3. Berjuang Tanpa Pamrih.

Firman Allah yang artinya: “Katakanlah: “Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Saba’, 34: 47)

Yang dimaksud pada ayat ini adalah bahwa Rasulullah sekali-kali tidak meminta upah kepada manusia. Tetapi yang diminta Rasulullah sebagai upah ialah agar mereka beriman kepada Allah dan iman itu adalah buat mereka sendiri.

Ayat-ayat di atas, memberikan gambaran tentang sebagian kepribadian Rasulullah sebagai seorang pendidik. Beliau memiliki rasa kasih sayang yang sangat tinggi kepada anak didiknya dan sangat berambisi atas keberhasilan mereka.

Beliau sangat dekat dengan anak dan mencintai mereka dengan kecintaan yang tiada taranya bahkan terkadang mengalahkan kecintaannya kepada keluarganya.

Perhatian dan kasih sayang yang sangat tinggi kepada anak-anak didik sangat besar untuk keberhasilan mereka, semuanya tanpa mengharapkan balas jasa dan upah atas segala dilakukannya. nilah suatu sikap yang diperhatikan oleh setiap pendidik demi tercapainya kesuksesan dalam pengajaran.

Strategi Mengatasi Anak Yang Bermasalah

Kita kerap menyaksikan kekeliruan yang dilakukan seorang anak. Metode seorang pendidik sangat menentukan keberhasilan upaya mengatasi kekeliruan serta mendorong anak untuk tidak mengulangi kekeliruan yang sama. Ada beberapa cara yang digunakan oleh Rasulullah dalam mengatasi anak yang bermasalah.

1. Melalui Teguran Langsung. Umar bin Abi Salamah berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah. Ketika makan biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau bersabda, ‘Hai ghulam, bacalah Basmallah, makanlah dengan tangan kanan mu dan makanlah apa yand di dekatmu.” (Mutthaifaq ‘alaih)

2. Melalui Sindiran. Rasulullah bersabda: “Apa keinginan kaum yang mengatakan begini begitu. sesunguhnya aku shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka, dan menikahi wanita. Maka barang siapa tidak senang dengan sunnahku berarti bukan golonganku.” (Mutthaifaq alaih)

3. Melalui Celaan. Abu Dzar berkata, “Aku telah memaki seseorang sampai membuatnya malu sambil menyebutkan nama ibunya. Kemudian Rasulullah bersabda kepadaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau telah mempermalukannya dengan menyebut nama ibunya? Sesungguhnya pada dirimu masih melekat sifatiahliyah.” (H.R. Bukhari)

4. Melalui Pemutusan Hubungan. Pernah disebutkan bahwa Ka’ab bin Malik tidak ikut berserta Rasulullah dalam perang Tabuk. Dia berkata, “Nabi melarang para sahabat berbicara denganku selama lima puluh malam.” (H.R. Bukhari)

5. Melalui Pemukulan. Rasulullah bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu shalat dari usia tujuh tuhun, dan pukulah mereka kalau enggan mengerjakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkaan mereka dari tempat tidur.” (H.R. Abu Daud)

Dalam hadis yang lain beliau bersabda, “Gantungkanlah cemeti, agar penghuni keluarga melihtnya karena yang demikian itu adalah pendidikan bagi mereka.” (H.R. Thabrani)

Maksudnya dengan hanya menggantungkan cemeti sudah cukup membuat anak takut tanpa perlu melecutkan kepadanya.

Memukul tidak boleh diartikan sebagai tindakan pukul, memukul dalam cara ini terdapat kode etik syari untuk melindungi anak, antara lain:

  1. Seorang pendidik tidak boleh memukul kecuali jika seluruh saran peringatan dan ancaman tidak mempan lagi.
  2. Tidak boleh memukul dalam keadaan marah karena akan membahayakan anak.
  3. Pemukulan tidak dilakukan terlalu keras dan tidak menyakitkan serta tidak lebih dari sepuluh kali.
  4. Pemukulan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat berbahaya seperti kepala, muka atau dada.
  5. Pemukul yang digunakan tidak boleh berupa kawat besi, utamakan alat pemukul yang lentur.
  6. Pemukulan tidak boleh dilakukan pada kesalahan pertama kali. Ketika anak melakukan kesalahan pertama kali harus diberikan kesempatan memperbaiki diri.
  7. Pemukulan harus dilakukan oleh pendidik sendiri tidak boleh diwakilkan kepada orang lain, agar terhindar dari kedengkian dan perselisihan.
  8. Pemukulan harus dilakukan langsung ketika anak melakukan kesalahan. Tidak dibenarkan memukul anak yang bermasalah setelah berselang hari dari perbuatan salahnya.
  9. Apabila dengan cara memukul tidak membuahkan hasil, pemukulan tidak boleh diteruskan dan harus mencari jalan pemecahan yang lain.
  10. Pemukulan tidak boleh berpusat, harus berpindah-pindah dan pemukulan kedua harus lebih ringan dari pemukulan pertama.
  11. Lebih baik jika pemukulan tidak terlalu keras dan tidak menyakitkan. Seorang pendidik dianjurkan mengangkat lengan sampai ketiaknya terlihat dan menjatuhkan pukulan dengan seringan-ringannya.

Demikianlah karakter Rasulullah  sebagai seorang pendidik dan strategi untuk mendidik anak agar sukses dalam menciptakan anak didik yang berprestasi dan memberikan manfaat buat semuanya.

 


Andy Rachmianto, Indonesia Dukungan Palestina Pada Hal Yang Kongkrit

https://penahati-1307.blogspot.com/2022/11/andy-rachmianto-dukungan-indonesia.html

Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Andy Rachmianto mengatakan, “sebagai salah satu negara pertama yang memberi dukungan pada kemerdekaan Indonesia, Palestina telah terpatri dalam inti politik luar negeri Indonesia sejak dahulu.”

Hal itu di sampaikan Andy saat mengisi sambutan pada acara memperingati Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (29/11).

Andy mengatakan pemerintah dan rakyatIndonesia tentunya akan terus memberikan dukungan bagi terwujudnya kemerdekaan Palestina dengan ibukotanya Yerusalem, dengan kembali eratkan hubungan antara Indonesia dengan Palestina yang telah terjalin sejak awal berdirinya negara ini.

“Kita ucapkan selamat sekaligus juga untuk memberikan dukungan bahwa solidaritas Indonesia terhadap Palestina yang tidak akan pernah berhenti,” ujar Andy dalam acara peringatan Hari Solidaritas Internasional Bersama Rakyat Palestina di Jakarta, Selasa (29/11).

Andy menegaskan, dukungan Indonesia untuk Palestina juga dilakukan dengan memperbanyak kerja sama yang telah berjalan selama ini. Selain kerjasama ekonomi, Indonesia juga akan selalu terus aktif memberikan dukungan politik untuk Palestina di dunia internasional misalnya di PBB, OKI dan Gerakan Non-Blok.

“Kita juga akan lanjutkan dukungan kepada Palestina kepada hal-hal yang lebih konkrit. Pertama, perdagangan kita akan memberikan fasilitas bebas bea untuk produk-produk dari  Palestina yang lain di luar kurma dan minyak zaitun,” katanya.

Lebih lanjut, Andy Rachmianto juga mengatakan, bahwa Indonesia juga telah menganggarkan sekitar USD2,3 juta guna memberikan dukungan untuk kegiatan kemanusiaan, juga termasuk pembangunan kapasitas yang sudah dilakukan Indonesia sejak sekitar 30 tahun terakhir ini.

“Ke depan Indonesia sudah menganggarkan sekitar dua, tiga juta dolar sebagai bagian dari dukungan kita untuk kegiatan kemanusiaan. Warga Palestina yang kita berikan bantuan pelatihan kapasitas, kita harapkan pada saat mereka sudah merdeka, orang-orang, warga-warga Palestina ini sudah siap untuk menjalankan pemerintahan dalam keadaan merdeka,” tembahnya.

Sementara itu, Duta Besar Palestina untukRepublik Indonesia, Zuhair Al-Shun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rakyat Indonesia yang selalu terus menerus memberikan dukungan untuk perjuangan kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.

“Pada kesempatan ini, izinkan saya juga mengulangi rasa terima kasih kami yang tulus atas sikap berprinsip solidaritas dan peran utama Indonesia dalam memajukan hak-hak rakyat Palestina yang tidak pernah ada. Ini di samping mobilisasi dukungan di tingkat regional dan internasional, terutama pada saat kritis ini,” ujarnya.

Dubes Al-Shun juga menegaskan kembali tekadkuat dan keyakinan teguh rakyat Palestina yang akan terus berjuang sampaimereka mencapai kemerdekaan dan kedaulatan Negara Palestina dengan Yerusalemsebagai ibukotanya.

Dalam peringatan tersebut, dihadiri oleh duta besar negara Timur Tengah dan negara sahabat, Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI, tokoh nasional, DPR, Kadin, dan lsm peduli Palestina seperti pembina dan Sekjen Aqsa Working Group, Sekjen PB PII, Wakil Presiden OIC Youth Indonesia serta Wakil Sekjen

Hari Solidaritas Internasional untuk RakyatPalestina yang  dicanangkan PBB ini diperingati setiap tahun pada tanggal29 November sejak 1978.

Sementara itu, di sisi lain Aqsa Working Group(AWG) melakukan dukungan terhadap Palestina dengan menggelar rangkaian acara Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2022 yang dilaksanakan serempak di 14 Provinsi se Indonesia dalam bulan Nopember ini.

Aqsa Working Group (AWG) adalah lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum Muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan rakyat Palestina.

AWG didirikan oleh komponen umat yang hadir dalam Al-Aqsha International Conference yang diselenggarakan di Wisma Antara pada tanggal 20 Sya’ban 1429H/ 21 Agustus 2008 di Jakarta.


MUTIARA HIKMAH, MENCARI ILMU TAK ADA ISTIRAHAT KECUALI DI SURGA

MENCARI ILMU TAK ADA ISTIRAHAT KECUALI DI SURGA

Ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan dan pengetahuan. Ilmu menjadi sebuah sarana untuk bisa menjalankan apa yang menjadi perintah Allah kepada kita.

Tidak akan sempurna keimanan serta tak sempurna pula amal seorang kecuali dengan keutamaan sebuah ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya pula hak Allah dijalankan, serta dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Hal ini yang sebuah membuat kebutuhan pada sebuah ilmu lebih besar serta dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab keberlangsungan agama serta dunia bergantung dengan ilmu.

Manusia akan lebih memerlukan ilmu daripada sebuah makanan dan minuman. Karena pada makanan dan juga minuman hanya dibutuhkan sebanyak dua hingga tiga kali sehari, sedangkan ilmu terus diperlukan pada setiap waktunya.

Kemuliaan dan ketinggian derajat seseorang tergantung kadar ilmunya, maka siapapun yang ingin mulia, hendaknya bersiap meraih ilmu sebanyak mungkin. Allah berfirman,

"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman  diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. " (QS al-Mujadalah 11)

Meski semua orang ingin meraih derajat tinggi dalam hal ini, namun hanya sedikit dari mereka yang berani membayar konsekuensinya.

Karenanya, meski banyak yang menginginkan, hanya sedikit yang mendapatkan. Seperti dikatakan oleh para ahli "kalaulah bukan karena besarnya tantangan, tentulah semua orang bisa meraih puncak kemuliaan."

Karakter ilmu itu seperti yang dikatakan oleh Yahya bin Abi Katsier, "Ilmu tidak akan didapat dengan berleha-leha."

Seberapa bagian ilmu yang didapatkan, tergantung seberapa besar pengorbanan dan kesungguhan seseorang untuk berusaha mendapatkannya.

Seperti yang dikatakan oleh Imam asy-Syafi'i rahimahullah, "Barangsiapa yang tidak pernah merasakan pahitnya mencari ilmu, niscaya dia akan mengenyam pahitnya menjadi orang bodoh sepanjang hayat,"

Lihatlah kesuksesan seorang ulama tabi'in, Imam asy-Sya'bi dalam memperoleh tingginya ilmu dan pengetahuan, hingga beliau sendiri mengutarakan.

"Yang paling sedikit dari ilmu yang aku pelajari adalah kata-kata sya'ir. Namun seandainya aku mau membacakan sya'ir-sya'ir Yang kuhafal dan kuketahui, tentu akan memakan waktu sebulan penuh tanpa mengulang-ulang yang sudah aku sebutkan."

Karena akrabnya dengan ilmu pula, beliau meraih kecerdasan dan kuatnya hafalan seperti yang beliau katakan, "Tiada aku menulis di lembaran ptltih atau aku mendengar hadits dari seseorang melainkan aku mampu menghafalnya. Dan tiada pernah aku mendengar perkataan dart seseorang, melainkan aku tak ingin dia mengulangi ucapannya."

Namun kita jangan hanya melihat hasil akhirnya, tapi kita lihat bagaimana beliau dan para Ulama lainnya menjalani prosesnya.

Tatkala seseorang bertanya kepada beliau (Imam asy-Sya'bi, "Bagaimana cara Anda mendapatkan ilmu sebanyak ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa bersandar, mengembara ke pelosok negeri, dengan tahan uji layaknya benda mati, dan dengan berpagi-pagi layaknya burung gagak berpagi-pagi. "

Mencari Ilmu Tak Ada Waktu Istirahat

Klimak cita-cita yang diharapkan manusia adalah jannah (Surga) beserta kenikmatannya. Namun tidak semua orang yang berharap, serta merta menjadi wujud.

Tidak semua orang yang menginginkan jannah lantas beruntung mendapatkannya. Jannah hanya diperuntukkan bagi orang yang sanggup mengusahakan dan komitmen dalam menggapai serta konsekuensinya. Allah berfirman,

"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia ada/ah mukminj maka mereka itu ada/ah orang-orang yang usahanya diba/asi dengan baik. " (QS. al-Isra': 19).

Maka dari itu, tak ada waktu untuk berleha-leha pada dunia fana ini, karena barang siapa berleha-leha di dunia, maka dia tak akan berleha-leha di akhirat, dia akan disibukkan dengan berbagai penderitaan dan siksa.

Seperti jawaban Imam Ahmad rahimahullahtatkala ditanya, "Kapankah seorang hamba merasakan nikmatnya rehat?" Belaiu menjawab, "Séjak pertama kali menginjakkan kaki di jannah."

Ulama salaf ada yang pernah ditegur lantaran kesungguhannya dalam beribadah, lalü beliau menjawab "Dahulu, dunia sudah ada tatkala aku belum ada, dan kelak dunia masih ada saat aku telah tiada, maka aku tak ingin tertipu oleh hari-hari yang aku lalui."

Begitulah kehidupan, karena kesempatan di duniaini begitu singkat tak ada waktu lagi untuk menunda, karena umur kita dibandingdengan umur dunia tak ada artinya, sedangkan umur dunia dibanding akhirat, terlalu singkat untuk dibandingkan antara keduanya. Karena dunia itu begitu fana, sedang akhirat itü kekal adanya.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa, manusia memiliki keterbatasan, baik secara psikis maupun fisik. Yang karenanya, dia butuh istrirahat. Dan memang, tidak selayaknya seorang mukmin mengabaikan hak badan.

Namun, perlu kita ingat bahwa, rehatnya seorang mukmin tetap saja dikatakan sebagai kesibukan, karena dia tidak istirahat, kecuali untuk menyusun kekuatan agar mampu melanjutkan ketaatan. Sehingga istirahatnya itu maşuk dalam rangkaian kesibukan.

Seperti 'qailulah', tidur sejenak pada waktu siang, jika dilakukan sebagai persiapan untuk melaksanakan shalat tahajud di waktu sepertiga malam, maka tidur siang itü juga disebut sebagai kesibukan.

Ketika Hasan al-Bashri melihat orang-orang di pasar tak ada satupun yang menyempatkan tidut siang, beliau mengatakan, "Saya mengira, malam mereka adalah malam yang buruk, karena tidak melalui malamnya dengan amal shalih, kaıena tiadanya persiapan berupa tidur di siang hari.”

Begitulah seharusnya seorang mukmin mengisi hari-hari, penuh dengan kesibukan dan kerja keras. Selaras dengan cita-citanya yang sangat agung dan luhur, yakni Jannatul Firdaus yang didambakan sepanjang umur.

Siapa yang tidak ingin terus menerus untuk bisa mendapatkan pahala walaupun telah meninggal dunia. Semua hal tersebut akan didapatkan oleh seorang yang telah bersungguh-sungguh saat menuntut ilmu.

Karena, ilmu tersebut tidak hanya bermanfaatuntuk dirinya, namun juga berpengaruh untuk orang lain.

Keutamaan dalam ilmu ini sebaiknya bisa sebab untuk para setiap Muslim senantiasa bersemangat serta bersungguh-sungguh dalam perjalanan menuntut ilmu.

Manusia yang diperintahkan Allah untuk belajarserta menuntut ilmu. Hanya saja memang kualitas terhadap akal manusia itudengan kapasitas yang berbeda-beda.

Kesungguhan inilah yang menjadi sebuah kunci. Dengan kesungguhan tersebut, sesuatu yang sulit itu akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk selalu komitmen dalam kebaikan atau komitmen didalam menuntut ilmu.


Musibah, 3 Sikap Terbaik Dalam Menyikapinya

 

Sikap yang Terbaik Dalam menyikapi Musibah

Harus kita akui, nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita, masih lebih banyak daripada musibah yang kita rasakan.

Musibah adalah sesuatu yang tidak disenangi. Padamnya listrik ketika dibutuhkan adalah musibah, paketan habis disaat deadline pun juga musibah.

Musibah berasal dari kata bahasa Arab yaitu ashaba yang artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Musibah juga berarti kemalangan (al-baliyyah) atau setiap kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musibah berarti kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa, malapetaka atau bencana.

 “Menyikapi Musibah Menurut Syariat.”  Marilah kita merenungkan firman dalam Q.S. Al-An’am [6], ayat ke-65:

قُلۡ هُوَ ٱلۡقَادِرُ عَلَىٰٓ أَنْ يَّبۡعَثَ عَلَيۡكُمۡ عَذَابً۬ا مِّن فَوۡقِكُمۡ أَوۡ مِن تَحۡتِ أَرۡجُلِكُمۡ أَوۡ يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعً۬ا وَيُذِيقَ بَعۡضَكُم بَأۡسَ بَعۡضٍ‌ۗ ٱنظُرۡ كَيۡفَ نُصَرِّفُ ٱلۡأَيَـٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَفۡقَهُونَ (الانعام [٦]: ٦٥

“Katakanlah: Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti, agar mereka memahami (nya).”

Mengenai ayat di atas, dalam tafsir ringkas Kementerian Agama RI diterangkan, Allah Mahakuasa menyelamatkan manusia dari musibah dan bencana. Mahakuasa menimpakan musibah kepada yang dikehendaki-Nya.

Musibah dari atas seperti: hujan batu, badai, petir yang menggelegar, termasuk virus yang menyebar di udara dan lainnya.

Sedangkan musibah dari bawah yaitu: likuifaksi, gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, juga inflasi yang tidak terkendali, merajalelanya kejahatan, dan lainnya.

Makna يَلۡبِسَكُمۡ شِيَعً۬ا  adalah perpecahan umat, bisa jadi kerena pertarungan politik serta perebutan kekuasaan sehingga menimbulkan saling benci, saling menjatuhkan dan penindasan kepada sesama manusia.

Allah menurunkan itu semua agar manusia kembali kepada jalan yang benar, melakukan taubatan nasuha serta berpasrah diri kepada Allah , Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta.

Hanya Allah saja, Dzat satu-satunya, tempat manusia bergantung, tempat kembali, dan berserah diri.

Orang beriman hendaknya menyadari, hakikat dari semua peristiwa yang terjadi di alam raya, baik berupa anugerah atau musibah, semua atas izin dan kehendak Allah , sebagaimana firman-Nya:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ … (التغابن [٦٣]: ١١

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah,…” (QS. At-Taghabun [63]: 11)

Akan tetapi, dalam pandangan Islam, musibah terjadi adalah akibat dari kesalahan dan dosa-dosa manusia.

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ (الشورى [٤٢]: ٣٠

“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syuuraa [42]: 30)

Maka dari itu, tidak boleh kita menyalahkan ketetapan Allah , membenci takdir, dan mengambinghitamkan orang lain.

Sikap terbaik orang beriman dalam menghadapimusibah adalah: istighfar, muhasabah dan mengambil hikmah.

Sikap Terbaik Dengan Beristighfar

Beristighfar, memohon ampun kepada-Nya, kiranya memaafkan segala kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat, mengganti musibah itu dengan karunia yang lebih baik, lebih berkah dan bermanfaat, dan membuat kita semua semakin dekat kepada-Nya.

Pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam berada di Madinah, pernah terjadi gempa bumi. Beliau pun meletakkan tangannya ke bumi, seraya bersabda: “Tenanglah (wahai bumi), karena waktumu belum tiba.” Lalu kemudian, Nabi menghadapkan wajahnya kepada para sahabatnya dan bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian benar-benar sedang menegur kalian, maka perhatikanlah teguran-Nya.”

Setelah itu, terjadi lagi gempa bumi di masa Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Lalu Umar ingat sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam, yang artinya, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka beramallah agar Allah ridha kepada kalian!” Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera bertaubat.

Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap syariat-syariat-Nya.

Sikap Terbaik Dengan Muhasabah

Ibnul Qoyyim dalam kitab “Al-Jawab Al-Kafy” mengungkapkan, “Terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, agar manusia kembali dan tunduk kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan dan menyesal atas kekeliruannya.”

Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga terjadi lagi gempa bumi. Lalu, beliau segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Sesungguhnya gempa ini adalah teguran dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta, hendaklah bersedekah dengannya.”

 Katakanlah apa yang diucapkan Nabi Adam Alaihi Salam saat terusir dari surga:

ربَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الاعراف[٧] : ٢٣

“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf [7]: 23)

Dan katakan pula, apa yang diucapkan Nabi Nuh Alaihi Salam:

,…وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ (هود [١١]: ٤٧)

“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Hud [11]: 43)

Juga doa Nabi Yunus Alaihi Salam:

,…لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (الانبياء[٢١] : ٨٧)

“Tidak ada Tuhan selain Engkau (ya Allah), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS Al-Anbiya’ [21]: 87)

Sikap Terbaik Dengan Mengambil Hikmah

Terjadinya musibah, orang beriman harus bisa mengambil hikmah, memetik pelajaran berharga dari setiap peristiwa, sebagai bekal untuk meniti kehidupan selanjutnya.

Musibah datang, sejatinya agar manusia sadar, bahwa dirinya adalah makhluk yang sangat lemah lagi faqir di hadapan . Maka, tidak ada yang pantas disombongkan, tidak ada yang layak untuk dibanggakan.

Dr Aid Al-Qarni dalam bukunya, Laa Tahzan, mengatakan, musibah serta bencana diturunkan kepada manusia, untuk menunjukkan bahwa hanya Allah lah yang Mahakuasa.

Allah adalah Al-Jabbar, Dia melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya, tidak bisa diatur-atur, tidak bisa diintervensi makhluk-makhluk-Nya.

Akan tetapi, Allah juga Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hambanya. Bersama dengan musibah, Allah melimpahkan kasih sayang, berupa kafarah (penghapus dosa) bagi orang beriman.

Aid Al-Qarni mengutip pernyataan Imam Al-Ghazali yang menyatakan, seandainya seseorang tahu akan hikmah, kenikmatan dan pahala yang Allah Ta’ala sediakan bagi yang terkena musibah, niscaya manusia akan menghadapinya dengan sabar, tenang dan ridha terhadap segala takdir yang ditetapkan untuknya.

Sebagai penutup mari kita berdoa, semoga Allah memberi kekuatan, ketabahan, kesabaran dan kemudahan kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah, merahmati dan mengampuni segala dosa kaum Muslimin yang wafat dalam musibah.

Kiranya Allah menjaga kita dari segenap dan segala  musibah, melindungi kita dari segala bencana, serta memberi kekuatan dan kelapangan kepada kita semua untuk dapat membantu saudara-saudara kita yang sedang kesusahan atau tertimpa musibah.

 


Seribu Keinginan, Seribu Ujian, Tips Menggapai Cita-Cita

 

Seribu Keinginan, Seribu Ujian, Tips Menggapai Cita-Cita

Setiap muslim pastilah memiliki cita-cita mulia. Berhasil mendapatkan capaian ilmu yang mumpuni, menghasilkan karya-karya yang banyak dan keshalihan yang tinggi, hingga akhirnya meraih kenikmatan jannah yang abadi. ltulah dambaan, impian sekaligus idealisme masa depan yang dicinta setiap manusia.

Hanya saja, seringkali kecenderungan dan keinginan nafsu berbenturan dengan apa yang diidamkan  dan diinginkan oleh hati dan akal sehatnya,

Sangat jarang kita dapatkan keserasian arahantara cita-cita dan rasa suka, antara impian dan keinginan meskipun antarakeduanya tampak mirip.

Cita-cita adalah capaian yang hendak dituju sebagai harapan yang berasal dari hasil pemikiran matang, penuh kesadaran dan hadir dari ketulusan hati yang paling dalam. Sementara rasa suka dan keinginan biasanya muncul secara spontan, dan lebih dipengaruhi oleh dorongan nafsu.

Seribu Keinginan Nafsu

Sebagai sampel yang memperjelas perbedaan antara keduanya adalah hadits Nabi Muhammad bersabda, "Jannah diselimuti oleh berbagai hal yang tidak disukai. " (HR Muslim)

Ketika seseorang memiliki cita-cita masuk jannah, maka dia harus menempuh apa-apa yang tidak disukai nafsunya, dan meninggalkan keinginan-keinginan nafsunya.

Nafsu ingin makan minum sesuai selera, namuñ cita-cita jannah mengharuskan ia mencukupkan dengan yang halal saja.

Nafsu ingin menjalin hubungan dengan setiap wanita yang disukainya namun cita-cita jannah mengahruskan ia mengikuti batasan yang ditetapkan oleh Allah yang memiliki jannah,

Begitulah, antara cita-cita dan keinginan takberjalan seirama. Inilah konsekuensi yang harus dibayar untuk sebuah cita-cita serta bagi seorang yang ingin terwujud cita-citanya.

Anehnya,  banyak orang-orang yang berjalan sesuai keinginan nafsunya saja, menempuh jalan menuju neraka, lalu berharap bahwa finish dari perjalanannya adalah jannah. Padahal kita ketahui masing-masing jalan memiliki karakter yang berbeda, dan berakhir pada finish yang berbeda pula.

Maka kita dapatkan, keinginan nafsu berdiri sebagai penghalang cita-cita. Termasuk dalam hal duniawi, apalagi ukhrawi, cita-cita ingin kaya, tapi leha-leha lebih dia suka dari pada gigih dalam bekerja.

Berharap menjadi ulama atau cendikia serta pengusaha sukses, tapi lebih suka mengisi waktu dengan hiburan katimbang membaca buku dan menghadiri majlis ilmu.

Juga ingin memiliki tubuh yang sehat selalu, tapi lebih suka  makanan enak yang beresiko daripada menu yang sehat, dan begitulah seterusnya, itu sia-sia belaka, semua berfinis pada harapan yang semu belaka.

Ambil pula contoh dari diri kita sendiri. Cobalah kita pikirkan, masa depan seperti apa yang ingin kita dapatkan, lalu bandingkan dengan keinginan-keinginan yang antri berdatangan, niscaya kita  dapatkan keduanya saling sejajar dan sama jumlahnya.

Padahal sunnatullah yang berlaku, Allah menghendaki bagi siapapun yang memiliki cita-cita, ia harus mengorbankan banyak keinginan yang bertentangan dan menghalangi cita-cita.

Imam Hasan abBashri tahimahullah betkata, “Takkan kau dapatkan apa yang kamu cinta, kecuali dengan meninggalkan apa yang kamu suka. "

Kisah Tokoh Umat Islam

Para imam dan tokoh-tokoh umat Islam menjadí contoh nyata tentang hal ini, Tidaklah mereka sampai ke derajat yang sedemikian rupa, kecuali telah melampaui fase ini, Mereka meninggalkan hobi dan kesenangan yang berpotensi merampas cita-cita mereka.

Imam Bukhari dengan kecerdasan dan kekuatan hafalan yang luar biasa, itu karena banyak kesenangan ragawi yang berhasil beliau tinggalkan. Beliau sedikit tidur di malam hari, meski tabiat manusia ingin berlama-lama untuk tidur.

Beliau pernah bangun dari tidurnya di suatu malam, lalu beliau menyalakan lampu dan mencatat ilmu yang terlintas di benaknya, lalu ia mematikan lampu kembali.  Kemudian, ia bangun Iagi dan melakukan hal yang sama.

Demikianlah, sampai hal itu terjadi lebih kurang dua puluh kali, seperti yang tersebut  dalam kitab 'Shafahaat min Shabril Ulama'.

Menghadapi Seribu Ujian

Tak hanya menahan diri dari seribu keinginan yang menghalangi cíta-cita, namun juga dibutuhkan kesabaran menghadapi seribu ujian dalam perjalanan. Dia harus bersabar menikmati pahit getirnya  perjuangan.

Kita perhatikan nasihat Hasan al-Bashri, dia berkata, "Takkan kau raih cita-cita, kecuali dengan bersabar terhadap  apa yang tidak karna suka. "

Kalaulah bukan karena keletihan dan kepayahan tentu semua manusia akan menjadi tokoh, jumlah yang mampu menggapai cita-cita hanya sedikit, karena sedikit yang mampu bertahan menghadapi panasnya ujian dan derasnya hujan penderitaan.

Imam asy-Sya'bi rahimahullah yang kecerdasannya luar biasa, saat ditanya, "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu sebanyak ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa berpangku tangan, mengembara ke pelosok negeri, dengan bersabar tanpa kefuhan layaknya benda mati, dan dengan berpagi-pagi dalam mencan Ilmu. "

Semakin tinggi cita-cita, makin besar pula ujian merintang yang akan hadapan. Tidak aneh, jika para Nabi adalah orang yang paling berat ujiannya di antara manusia, karena bersikeras untuk bisa menggapainya serta kuat menahan keinginan nafsu.

Ringkasnya, kita tidak perlu takut untuk bercita-cita, yang kita butuhkan adalah kesiapan kita menghadapi konsekuensi yang harus kita bayar untuk mewujudkannya.

Seperti dikatakan ahli  yang memiliki cita-cita besar, hendaknya menyiapkan ketahanan diri menghadapi seribu ujian, dan hendaknya menahan seribu keinginan sebelum sampai kepada tujuan.

Kalaulah bukan karena beratnya masyaqqah (keletihan dan kepayahan) tentu semua manusia akan menjadi tokoh. Jumlah mereka sedikit, karena hanya sedikit yang mampu bertahan menghadapv panasnya ujian dan hujan penderitaan.

Ada imam asy-Sya'bi rahimahullah yang memiliki ilmu dan kecerdasan luar biasa, saat ditanya, "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu sebanyak ini?" Beliau menjawab, "Dengan tanpa berpangku tangan, mengembara ke pelosok negeri, dengan bersabar tanpa keluhan layaknya benda mati, dan dengan berpagi-pagi dalam mencari ilmu."

Semakin tinggi cita-cita, makin besar pula ujian merintang di hadapan. Tidak aneh, jika 25 Nabi dan Rasul adalah orang yang paling berat ujiannya di antara manusia.

Ringkasnya, kita tidak perlu takut untuk bercita-cita, hanya saja yang kita butuhkan adalah kesiapan kita menghadapi konsekuensi yang harus kita bayar untuk mewujudkannya.

Seperti dikatakan ahli. “Bagi yang memiliki cita-cita besar, hendaknya menyiapkan ketahanan diri menghadapi seribu ujian, dan hendaknya menahan seribu keinginan  sebelum sampai kepada tujuan."

Semoga Allah memudahkan jalan kita untuk meraih cita-cita dan suatu harapan yang baik untuk hidup kita dan keluarga serta orang yang berada di sekitar kita. aamiin.

 

Gempa Bumi Cianjur, Ketua MUI Ajak Masyarakat Untuk Perkuat Sedekah Untuk Korban Bencana

https://penahati-1307.blogspot.com/2022/11/gempa-bumi-cianjur-ketua-mui-ajak.html

Majelis UlamaIndonesia (MUI) mengajak seluruh rakyat indonesia memperkuat solidaritas dengan menyalurkan sebagian hartanya untuk membantu korban terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat.

Gempa bumi yang terjadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diduga akibat pergerakan dari Sesar Cimandiri, pada Senin (21/11/2022) siang. Gempa ini pun menelan korban jiwa dan terluka serta kerugian material.

Menanggapi musibahgempa bumi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Sodikin Masduki, mengajakuntuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, memperkuat solidaritas, dan menyalurkan hartanya untuk bersedekah.

“Hendaknya seluruh umat Islam, serta seluruh anak bangsa harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, saling menguatkan, dan menyalurkan hartanya bagi saudara kita yang terdampak korban gempa bumi di Sesar Cimandiri,” ujar Ketua MUI Sodikin Masduki dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (24/11).

Sodikin mengatakan, bencana yang terjadi, harus disikapi dengan penuh kesabaran dan penuh hikmah. Karena pada setiap musibah atau bencana yang terjadi pasti menyimpan hikmah di dalamnya.

“Karena mau sekuat apapun kita untuk mencegahnya, kita tidak mungkin mampu atau bisa mengelak, dan menolak,” ujarnya.

Menurutnya, dalam perspektif agama, apapun yang terjadi tidak terlepas dari perilaku manusia atau SDM itu sendiri, agar setelahnya kembali kepada-Nya.

Ia mengingatkan, umat untuk terus bersabar, berikhtiar, berdoa, bertawakal, dan memohon ampun kepada Allah SWT, agar musibah yang terjadi ini segera berakhir.

Majelis Ulama Indonesia (MUI), melalui Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) telah menugaskan sejumlah relawan kemanusiaan berangkat ke Cianjur mendirikan posko bencana bekerjasama dengan relawan kelompok lain sejak Senin malam.

Akhmad Baidun (Sekretaris LPB MUI) mengatakan, bahwa MUI berkoordinasi dengan BNPB, Tim Penanggulangan Bencana Indonesia (PBI), Basarnas, LSM lainnya terkait kebencanaan untuk penanganan korban.

“Kita kerahkan personil dan peralatan penunjang seperti ambulan ke lokasi bencana,” kata dia.

Sekretariat LPB MUI juga menyiapkan bantuan yang dibutuhkan seperti obat-obatan maupun bantuan logistik untuk korban bencana. “Kami juga siapkan tim medis bersama lembaga Indonesia Care di lapangan,”

Dia pun mengingatkan umat untuk terus bersabar, berikhtiar, berdoa, bertawakal, dan memohon ampun kepada Allah SWT. Agar musibah yang terjadi ini segera berakhir.

Menutup pemaparannya, kiai Sodikin memberikan arahan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk segera merespon melalui tangan lembaga penanggulangan bencana.

FILM SEBAGAI MEDIA DAKWAH, PENGERTIAN DAN FUNGSI DAKWAH



Dakwah adalah sesuatu kewajiban yang datang dari Allah Ta'alla, yang Wajid dan harus  ditunaikan oleh semuat umat Islam yang ada di dunia ini. Dakwah juga wujud konkret amar ma’ruf nahi munkar, dengan tujuan umum yaitu memberikan suara dan warna dalam gerak hidup di masyarakat, serta memberikan peringatan dan dorongan untuk berbuat baik dengan tepat dan benar.

Dakwah merupakan suatu proses komunikasi. dalam ilmu komunikasi dikatakan efektif apabila tercapainya motif komunikasi dari komunikator ke komunikan. dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dakwah disebut efektif apabila tercapai dari tujuan dakwahnya, yaitu membawa manusia ke jalan yang lebih baik, jalan yang di ridhai oleh Allah.

Melihat begitu pentingnya dakwah,  maka dakwah tidak boleh dilakukan secara sembarangan, harus menggunakan metode-metode tertentu. Maka dari itu, Seorang da’i atau biasa disebut komunikator harus benar-benar memahami karakter dari mad’u atau komunikan yang memiliki karakter beragam. Hal seperti itu dimaksudkan agar pesan dakwah yang disampaikan oleh komunikator (da’i) dapat diterima oleh komunikan (mad’u) dengan baik dan tepat.

Media massa elektronik, seperti televisi, radio dan internet adalah salah satu metode dakwah yang dapat dilakukan melalui jarak jauh sekalipun. Melalui media elektronik juga da’i dapat menyampaikan pesan dakwah yang layak terhadap objek yang jangkauannya cukup luas.

Jadi dilihat dari segi perkembangan elektronik, televisi termasuk media yang tempat buat sarana berdakwah, dakwah melalui film bisa di sebut salah satu metode dakwah yang paling kuat daya tariknya, karena televisi bersifat audio visual (dapat dilihat dan didengar) dan segala sesuatunya terlihat hidup dan dapat membawa khalayak seolah-olah berada ditempat peristiwa sesuai yang disiarkan oleh pemancar televisi.

Salah satu cara yang menarik di zaman modern ini adalah dakwah melalui film-film yang ditayangkan di televisi (TV) ataupun di Bioskop. Ternyata cara ini memang terbukti sangat efektif.

Pengaruh televisi pada sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. R. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, padangan, persepsi dan perasaan para penonton. (Effendi, 1999 : 41).

Dalam tayangan film, dakwah dilakukan dengan cara memberikan peringatan melalui contoh-contoh aplikasi kehidupan yang Islami melaui gambar dan suara. Dengan demikian, Umat Islam diingatkan untuk tetap konsisten dalam kebajikan sehingga tidak mudah terjebak dalam kesesatan.

Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah masalah keamanan dan ketentraman jiwa. Berbagai tindak penyimpangan sering kali dilakukan para remaja, bukan hanya oleh orang dewasa.

Remmers dan Hackett mengatakan, usia remaja yaitu dari umur 12 sampai dengan 21 tahun. Dapat dikatakan sebagai masa-masa transisi. Pada masa transisi ini, pada umumnya kejiwaan seseorang dalam kondisi labil.

Biasanya mereka menjadi sensitif, meledak-ledak dan mengambil tindakan tanpa berpikir panjang, sehingga banyak sekali masalah yang ditimbulkan akibat dari tindakan itu. Remaja adalah generasi penerus bangsa dan negara, dimana ditangan merekalah nantinya agama dan negara ini dipegang.

Sebab kita harus Meningkatkan Dakwah, membina dan dibimbing agar menjadi generasi yang tangguh dan berakhlakul karimah yang baik, karena merekalah yang akan menentukan maju atau mundurnya negara dan agama ini.

Dakwah bersifat umum atau universal atau dapat diartikan dakwah hendaknya dapat dilakukan oleh setiap muslim kepada seluruh umat manusia. Meskipun hanya menyampaikan satu ayat, tapi itu adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk menyampaikan termasuk kepada para remaja sebagai sumber objeknya.

Semakin banyaknya film-film yang bertemakan religi sebagai wujud bentuk dakwah pada masa kini, bisa di pastikan film termasuk media dakwah yang tepat untuk menyampaikan isi atau pesan dakwah dengan tepat dan menarik.

Dengan begitu harapan saya dunia perfilman Indonesia bisa mengeluarkan film-film yang bertemakan Islami, agar bisa menjadi sarana untuk menciptakan dan mendidik masyarakat yang berkarakter baik dan berbudi yang luhur.



kesehatan dalam pandangan islam